Kata
Pengantar
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
konsep kebidanan ini dengan judul “ Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan
Kebidanan di Luar Negeri” . Makala ini di susun dalam rangka memenuhi tugas
individu mata kuliah konsep kebidanan Program Studi DIII Kebidanan Fakultas
Kesehatan Masyrakat Universitas Muslim Indonesia Makassar.
Dalam
penyusunan makala ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Ibu Hj.
Hasrani, S.ST , selaku dosen mata kuliah “Konsep Kebidanan”
2. Orang
tua tercinta yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberikan bantuan baik
moril maupun materi.
3. Seluruh
teman-teman yang telah banyak membantu penulis.
Penulis
menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khsusunya dan bagi pembaca umumnya.
Makassar,
10 -11- 2012
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bidan adalah seorang wanita yang telah
menyelesaikan program pendidikan kebidanan yang diakui oleh negara dan memenuhi
kualifikasi untuk daftar serta memiliki izin yang sah untuk menjalankan praktek
kebidanan.
Profesi kebidanan adalah salah satu
profesi yang sudah diakui di Dunia Internasional sebagai profesi yang paling
dekat dengan perempuan selama siklus kehidupannya. Sebagai salah satu profesi
dalam bidang kesehatan bidan memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan
kebidanan yaitu kesehatan reproduksi kepada perempuan, remaja putri, calon
pengantin, ibu hamil, bersalin, nifas, masa interval, klimakterium dan
menopause, bayi baru lahir , anak balita dan prasekolah. Selain itu bidan juga
berwenang untuk memberikan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan
masyarakat.
Perkembangan peleyanan dan pendidikan
kebidanaan nasional dan internasional terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukan
bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan merupakan hal yang penting untuk
dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas
sebagai bidan pendidik maupun bidan pelayanan.
Salah satu faktor yang menyebabkan
terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya
mortalitas dan mordibitas pada wanita hamil, dan bersalin, khususnya di negara
berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%. Mengingat hal diatas,
maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan
pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam
pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti
perkembangan iptek dan menambh ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau
non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik
melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan
jabatan yang sesuai.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sejarah perkembangan pelayanan kebidanan di luar negeri ?
2.
Bagaimana
sejarah perkembangan pendidikan kebidanan di luar negeri ?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan agar
masyarakat lebih mempelajari dan memahami sejarah perkembangan pelayanan dan
pendidikan kebidanan yang terjadi dalam lingkup internasional.
1.4 Manfaat
Adapun
manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makala ini, yaitu:
1.
Manfaat
bagi peneliti :
a.
Agar
peneliti bisa mengembangkannya kepada orang lain tentang sejarah perkembangan
pelayanan dan pendidikan kebidanan di luar negeri.
2.
Manfaat
bagi pembaca :
a.
Agar
pembaca mendapat ilmu lebih banyak mengenai sejarah perkembangan pelayanan dan
pendidikan kebidanan di luar negeri.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di
Luar Negeri
2.1.1 Sebelum abad 20 (1700-1900)
William
Smellie dari Scotlandia (1677-1763) mengembangkan forcepss dengan kurva pelvik
seperti kurva shepalik. Dia memperkenalkan cara pengukuran konjungata
diagonalis dalam pelvi metri, menggambarkan metode tentang persalinan lahirnya
kepala pada presentasi bokong, dan penanganan resusitasi bayi asfiksia dengan
penonpaan paru-paru melalui sebuah metal kateler.
Ignos Phillip Semmelweis, seorang
dokter dari Hungaria (1818-1865) mengenalkan tentang cuci tangan yang bersih,
mengacu pada pengendalian species puerperium.
James Young Simpsosn dari
Edenburgh, Scotlandia (1811-1870) memperkenalan dan menggunakan anastesi umum.
Tahun 1824, James Blundell dari
Inggris menjadi orang pertama yang berhasil menangani pendarahan postpartum
dengan menggunakan tranfusi darah.
Jean Lubumean dari Prancis (orang
kepercayaan Rene Laenec, penemu Stetoskop pada tahun 1819) pertama kali
mendengar bunyi jantung janin dengan stetoskop pada tahun 1920.
Jhon Charles Weaven dari Inggris
(1811-1859), pada tahun 1843, adalah orang pertama yang tes urin pada perempuan
hamil untuk pemeriksaan dan menghubungkan kehadirannya dengan eklamsipsia.
Adolf Pinard dari Prancis
(1844-1934) , pada tahun 1878, mengumpulkan kerjanya pada palpasi abdominal.
Carl Crede dari Jerman
(1819-1892), menggambarkan metode stimulasi urin yang lembut dan lentur untuk
mengeluarkan plasenta.
Juduig Bandl, dokter obstetri dari
jerman (1842-1992), pada tahun 1875, menggambarkan lingkaran retraksi yang
pasti muncul pada pertemuan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim dalam
persalinan macet atau sulit.
Daunce dari Bordeauz, pada tahun
1857, memperkenalkan penggunaan inkubator dalam perawatan bayi prematur.
2.1.2 Abad 20
Postnatal care sejak munculnya hospitalisasi untuk persalinan telah berubah dari perpanjangan masa rawatan sampai 10 hari, ke trend “Modern” ambulasi diri. Yang pada kenyataannya, suatu pengembalian pada “cara yang lebih alami”.Selama beberapa tahun, pemisahan ibu dan bayi merupakan praktek yang dapat diterima di banyak rumah sakit, dan alat menyusui bayi buatan menjadi dapat diterima, dan bahkan oleh norma! Bagaimanapun, alami sekali lagi “membuktikan dirinya “rooing-in” dipraktekan dan menyusui dipromosikan menyusui disemua rumah sakit yang sudah mendapat penerangan.
Perkembangan teknologi yang cepat telah monitoring anthepartum dan intrapartum yang tepat menjadi mungkin dengan pengguraan ultrasonografi dan cardiotocografi, dan telah merubah prognosis bagi bayi prematur secara dramatis ketika dirawat di neonatal intersive acara urits, hal ini juga memungkinkan perkembangan yang menakjubkan.
2.2 Sejarah
Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Beberapa Negara
2.2.1 Australia
Pelayanan
Bidan di Australia
Florence Nightingale adalah pelopor
kebidanan dan keperawatan yang dimulai dengan tradisi dan latihan-latihan pada
abad 19. Tahun 1824 kebidanan masih belum dikenal sebagai bagian dari
pendidikan medis di Inggris dan Australia, kebidanan masih didominasi oleh profesi
dokter.
Pendidikan bidan pertama kali di
Australia dimulai pada tahun 1862. Lulusan itu dibekali dengan pengetahuan
teori dan praktek. Pendidikan diploma kebidanan dimulai tahun 1893. Dan sejak
itu tahun 1899 hanya bidan sekaligus perawat yang telah terlatih yang boleh
bekerja di rumah sakit.
Sebagian besar wanita yang melahirkan
tidak dirawat dengan selayaknya oleh masyarakat. Ketidakseimbangan seksual dan
moral di Australia telah membuat prostitusi berkembang dengan cepat. Hal ini
menyebabkan banyak wanita hamil diluar nikah dan jarang mereka dapat memperoleh
pelayanan dari bidan atau dokter karena pengaruh sosial mereka atau pada
komunitas yang terbatas, meskipun demikian di Australia bidan tidak bekerja
sebagai perawat, mereka bekerja sebagaimana layaknya seorang bidan. Pendapat
bahwa seseorang bidan harus reflek menjadi perawat dan program pendidikan serta
prakteknya banyak dibuka di beberapa tempat dan umumnya disediakan oleh non
bidan.
Pendidikan
Kebidanan di Australia
Kebidanan di Australia telah mengalami
perkembangan yang pesat sejak 10 tahun terakhir. Dasar pendidikan telah berubah
dari tradisional hospital base programme menjadi tertiary course of studies
menyesuaikan kebutuhan pelayanan dari masyarakat. Tidak semua institusi pendidikan
kebidanan di Australia telah melaksanakan perubahan ini, beberapa masih
menggunakan program yang berorientasi pada rumah sakit. Kurikulum pendidikan
disusun oleh staf akademik berdasarkan pada keahlian dan pengalaman mereka di
lapangan kebidanan.
Kekurangan yang bisa dilihat dari
pendidikan di Australia hampir sama dengan pelaksanaan pendidikan bidan di
Indonesia. Belum ada persamaan persepsi mengenai penerapan kurikulum pada
masing-masing institusi, sehingga lulusan bidan mempunyai komponetensi klinik
yang berbeda, tergantung pada institusi pendidikannya. Ini di tambah dengan
kurangnya kebijaksaan formaldan tidak adanya standar nasional menurut National Review of Nurse Education 1994,
tidak ada direct entry.
Perawat kebidanan tidak boleh menolong
persalinan. Pendidikan kebidanan di Australia setingkat universitas,
mahsiswanya berasal dari lulusan degree perawat dan 2 tahun bidan. Pada tahun
200, di University of technology of
Sidney, telah terbentuk S2 kebidanan (Doctor of Midwifery).
2.2.2 Afrika
Usia yang diijinkan masuk
Sebelum ada peraturan-peraturan Dewan Medis Afrika
Selatan, tidak ada penentuan batas usia. Beberapa sekolah menetapkan bahwa para
siswa harus berusia 21-50 tahun, sekolah yang lain menetapkan 21-45 tahun.
Semua sekolah mewajibkan orang yang sudah dewasa. Kebidanan bukan merupakan
profesi yang diinginkan gadis-gadis yang belum menikah.
Kemudian, siswa perawat dan siswa bidan tidak diijinkan
untuk menikah dan siapapun yang memutuskan untuk menikah harus berhenti dari
pelatihan. Pada tahun 1960-an, peraturan-peraturan tersebut diperlonggar, dan
perempuan yang sudah menikah dijinkan untuk melanjudkan pelatihan keperawatan
dan kebidanan.
Standar pendidikan
Pada
tahun 1923, sertifikat standar enam telah dapat diterima, kemudian muncul
standar tujuh pada tahun1929. Standar delapan pada tahun 1949, dan pada tahun
1960, standar sepuluh merupakan standar pendidikan minimal yang diwajibkan.
Silabus dan lamanya pelatihan.
Pelatihan
kebidanan ditetapkan oleh empat Dewan Medis setelah dimulai di Cape pada tahun
1892, dan siswa harus menolong minimal 12 persalinan serta merawat 12 perempuan
pada masa puerperium. Pelatihan dilakukan di lapangan dan di ruang perawatan
rumah sakit kalau ada tersedia atau ada.
Sebagian
besar pusat pelatihan merasa bahwa masa pelatihan terlalu pendek, dan pada
tahun 1917, Asisoasi Perawat terlatih Afrika Selatan juga mengungkapkan
ketidakpuasannya dengan kurangnya fasilitas. Sekolah pelatihan terlalu sedikit
dan kurangnya bed yang tersedia bagi
para pasien kebidanan.
Asosiasi
ini merekomendasikan ketentuan rumah sakit kebidanan yang disubsi oleh
pemerintah yang lebih banyak untuk digunakan sebagai sekolah pelatihan, di mana
pelatihan harus diperpanjang sampai minimal selama 6 bulan, dan di mana
ketentuan tersebut harus meliputi pelatihan teoritis dan praktik di lapangan
dan ruang perawatan. Dewan perawatan Afrika Selatan mengambil kembali pelatihan
kebidanan pada tahun 1945, dan pada
tahun 1949, masa pengajaran lebih lanjut meningkat menjadi 18 bulan bagi perawat
yang belum terdaftar, dan 9 bukan bagi perawat yang sudah terdaftar. Pada tahun
1960, masa tersebut bertambah 24 bulan, dan 12 bulan berturut-turut. Diwajibkan
untuk menolong persalinan sebanyak 30 persalinan dan 30 asuhan postnatal.
Perawat yang belum terdaftar mengikuti ujian awal umum bersama siswa
keperawatan umum.
Sekarang
ini, kadang-kadang secara kontroversi, pengajaran kebidanan termasuk dalam
pengajaran selama 4 tahun, yang menuntun pada registrasi bagi seorang perawat
(umum,psikiatrik, dan komunitas) dan sebagai seorang bidan. Pada tahun 1977,
laki-laki diijinkan mengikuti pengajaran kebidanan untuk pertama kalinya di
Afrika Selatan.
2.2.3 Amerika
Pelayanan Bidan di Amerika
Di
Amerika, para bidan berperan seperti dokter, berpengalaman tanpa pendidikan
yang spesifik, standart-standart, atau peraturan-peraturan sampai pada awal
abad ke 20.
Kebidanan,
sementara itu dianggap menjadi tidak diakui dalam sebagian besar yuridiksi
(hukum-hukum) dengan istiklah “nenek tua” kebidanan akhirnya padam, profesi
bidan hampir mati.
Sekitar tahun 1700,
para ahli sejarah memprediksikan bahwa angka kematian ibu di AS sebanyak 95%.
Salah satu alasan kenapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk
menghilangkan praktek sihir yang mash ada pada saat itu. Dokter memegang
kendali dan banyak memberikan obat-obatan tetapi tidak mengindahkan aspek
spiritual. Sehingga wnaita yang menjalani persalinan selalu dihinggapi perasaan
takut terhadap kematian. Walaupun statistik terperinci tidak menunjukkan bahwa
pasien-pasien bidan mungkin tidak sebanyak dari pada pasien dokter untuk
kematian demam nifas atau infeksi puerperalis, sebagian besar penting karena
kesakitan maternal dan kematian saat itu.
Tahun
1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka pada akhir abad ke 18 banyak
kalangan medis yang berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak
dapat belajar dan menerapkan metode obstetric. Pendapat ini digunakan untuk
menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan tidak mempunyai pendukung, uang tidak
terorganisir dan tidak dianggap profesional. Pada pertengahan abad antara tahun
1770 dan 1820, para wanita golongan atas di kota-kota di Amerika, mulai meminta
bantuan “para bidan pria” atau para dokter. Sejak awal 1990 setengah persalinan
di AS ditangani oleh dokter, bidan hanya menangani persalinan wanita yang tidak
mampu membayar dokter. Dengan berubahnya kondisi kehidupan di kora,
persepsi-persepsi bartu para wanita dan kemajuan dalam ilmu kedokteran,
kelahiran menjadi semakin meningkat dipandang sebagai satu masalah medis
sehingga di kelola oleh dokter.
Tahun 1915 dokter Joseph de lee mengatakan
bahwa kelahiran bayi adalah proses patologis dan bidan tidak mempunyai peran di
dalamnya, dan diberlakukannya protap pertolongan persalinan di AS yaitu : memberikan
sedatif pada awal inpartu, membiarkan serviks berdilatasi memberikan ether pada
kala dua, melakukan episiotomi, melahirkan bayi dengan forcep elstraksi
plasenta, memberikan uteronika serta menjahit episiotomi. Akibat protap
tersebut kematian ibu mencapai angka 600-700 kematian per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 1900-1930, dan sebanyak 30-50% wanita melahirkan di rumah
sakit. Dokter Grantly Dicke meluncurkan buku tentang persalinan alamiah. Hal
ini membuat para spesialis obstetric berusaha meningkatkan peran tenaga diluar
medis, termasuk bidan.Pada waktu yang sama karena pelatihan para medis yang
terbatas bagi para pria, para wanita kehilangan posisinya sebagai pembantu pada
persalinan, dan suatu peristiwa yang dilaksanakan secara tradisional oleh suatu
komunitas wanita menjadi sebuah pengalaman utama oleh seorang wanita dan
dokternya.
Tahun 1955 American
College of Nurse – Midwives (ACNM) dibuka. Pada tahun 1971 seorang bidan di
Tennesse mulai menolong persalinan secara mandiri di institusi kesehatan. Pada
tahun 1979 badan pengawasan obat Amerika mengatakan bahwa ibu bersalin yang
menerima anasthesi dalam dosisi tinggi telah melahirkan anak-anak melahirkan
anak-anak yang mengalami kemunduran perkembangan psikomotor. Pernyataan ini
membuat masyarakat tertarik pada proses persalinan alamiah, persalinan di rumah
dan memacu peran bidan. Pada era 1980-an ACNM membuat pedoman alternatif lain
dalam homebirth. Pada tahun yang sama dibuat legalisasi tentang opraktek
profesional bidan, sehingga membuat bidan menjadi sebuah profesi dengan lahan
praktek yang spesifik dan membutuhkan organisasi yang mengatur profesi
tersebut. Pada tahun 1982 MANA (Midwive Alliance Of North America) di bentuk
untuk meningkatkan komunikiasi antar bidan serta membuat peraturan sebagai
dasar kompetensi untuk melindungi bidan. Di beberapa negara seperti Arizona,
bidan mempunyai tugas khusus yuaitu melahirkan bayi untuk perawatan selanjutnya
seperti merawat bayi, memberi injeksi bukan lagi tugas bidan, dia hanya
melakukan jika diperlukan namun jarang terjadi. Bidan menangani 1,1% persalinan
di tahun 1980 : 5,5% di tahun 1994. Angka sectio caesaria menurun dari 25%
(1988) menjadi 21% (1995). Penggunaan forcep menurun dari 5,5% (1989) menjadi
3,8% (1994). Dunia kebidanan berkembang saat ini sesuai peningkatan permintaan
untuk itu profesi kebidanan tidak mempunyai latihan formal, sehingga ada
beberapa tingkatan kemampuan, walaupun begitu mereka berusaha agar menjadi
lebih dipercaya, banyak membaca dan pendekatan tradisional dan mengurangi
teknik invasif untuk pertolongan seperti penyembuhan tradisional.
Hambatan-hambatan
yang dirasakan oleh bidan Amerika Serikat saat ini antaralain:
·
Walaupun ada banyak
undang-undang baru, direct entry midwives masih dianggap iolegal dibeberapa
negara bagian.
·
Lisensi praktek
berbeda tiap negara bagian, tidak ada standart nasional sehingga tidak ada
definisi yang jelas tentang bidan sebagai seseorang yang telah terdidik dan
memiliki standart kompetensi yang sama.
Sedikit sekali data yang akurat tentang direct entry midwives dan jumlah data persalinan yang mereka tangani.
Sedikit sekali data yang akurat tentang direct entry midwives dan jumlah data persalinan yang mereka tangani.
·
Kritik tajam dari
profesi medis kepada diret entry midwives ditambah dengan isolasi dari system
pelayanan kesehatan pokok telah mempersulit sebagian besar dari mereka untuk
memperoleh dukungan medis yang adekuat bila terjadi keadaan gawat darurat.
Pendidikan kebidanan biasanya berbentuk praktek
lapangan, sampai saat ini mereka bisa menangani persalinan dengan pengalaman
sebagai bidan. Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan selam
4 tahun dan praktek lapangan selama 2 tahun, yang mana biaya yang sangat mahal.
Kebidanan memiliki sebuah organisasi untuk membentuk standart, menyediakan
sertifikat dan membuat ijin praktek. Saat ini AS merupakan negara yang
menyediakan perawatan maternitas termahal di dunia, tetapi sekaligus merupakan
negara industri yang paling buruk dalam hasil perawatan natal di negara-negara
industri lainnya
2.2.4 Belanda
Perkembangan kebidanan di Belanda
Seiring
dengan meningkatnya perhatian pemerintah Belanda terhadap kelahiran dan
kematian, pemerintah mengambil tindakan untuk masalah tersebut. Perempuan
berhak memilih apakah ia mau melahirkan di rumah atau rumah sakit, hidup atau
mati. Belanda memiliki angka kelahiran yang sangat tinggi, sedangkan kematian
prenatal relative rendah.
Prof.
Geerit Van Kloosterman pada kenferensinya di Toronto tahun 1984, menyatakan
bahwa setiap kehamilan adalah normal, harus selalu dipantau dan mereka bebas memilih untuk tinggal di rumah atau
rumah sakit, di mana bidan yang sama akan memantau kehamiliannya. Astrid
Limburg mengatakan : Seorang perawat yang baik tidak akan menjadi seorang
bidan yang baik karena perawat dididik
untuk merawat orang yang sakit, sedangkan bidan untuk kesehatan wanita. Tidak
berbeda dengan ucapan Maria De Broer yang mengatakan bahwa kebidanan tidak
memiliki hubungan dengan keperawatan,
kebidanan adalah profesi mandiri.
Pendidikan
kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip, yakni sebagaimana member anastesi dan
sedative pada pasien, begitulah kita harus mengadakan pendekatan dan member
dorongan pada ibu saat persalinan. Jadi pada praktiknya bidan harus memandang
ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong dirinya sendiri. Pada
kasus rsisiko rendah dokter tidak ikut menangani, mulai dari prenatal, natal,
dan post natal. Pada rsisiko menengah mereka selalu member tugas tersebut pada
bidan dan pada kasus risiko tinggi dokter dan bidan saling bekerjasama. Bidan
di Belanda 75% bekerja secara mandiri, karena kebidanan adalah profesi yang
mandiri dan aktif. Sehubunga dengan dengan hal tersebut, bidan harus menjadi
role model di masyarakat dan harus menganggap kehamilan adalah sesuatu yang
normal, sehingga apabila seorang perempuan merasa dirinya hamil dia dapat langsung memeriksakan diri ke
bidan/atau dianjurkan oleh keluarga, teman, atau siapapun.
Adapun
Pelayanan - Pelayanan yang Dilaksanakan oleh Belanda, yaitu :
1.
Pelayanan Antenatal
Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak
praktek mandiri daripada perawat. Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktek dan
menyediakan layanan kepada wanita dengan resiko rendah, meliputi antenatal,
intrapartum dan postnatal tanpa Ahli Kandungan yang menyertai mereka bekerja di
bawah Lembaga Audit Kesehatan. Bidan harus merujuk wanita
denganresiko tinggi atau kasus patologi
ke Ahli Kebidanan untuk di rawat dengan baik.Untuk memperbaiki pelayanan
kebidanan dan ahli kebidanan dan untuk meningkatakan kerjasama antar bidan dan
ahli kebidanan dibentuklah dafatar indikasi oleh kelompok kecil yang
berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda.
2.
Pelayanan Intrapartum
Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan
dipanggil sampai satu jam setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan
mempunyai kemampuan untuk melakukan episiotomi tapi tidak diijinkan menggunakan
alat kedokteran. Biasanya bidan menjahit luka perineum atau episiotomi, untuk
luka yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan. Syntometrin dan Ergometrin diberikan
jika ada indikasi. Kebanyakan Kala III dibiarkan sesuai fisiologinya. Analgesik
tidak digunakan dalam persalinan.
3.
Pelayanan Postpartum
Di Kebidanan Belanda, pelayanan post natal
dimulai setelah.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community – normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting.Pendidikan bidan digunakan sistem Direct Entry dengan lama pendidikan 3tahun.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community – normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting.Pendidikan bidan digunakan sistem Direct Entry dengan lama pendidikan 3tahun.
Pendidikan kebidanan di Belanda
Pendidikan
kebidanan di Belanda terpisah dari pendidikan keperawatan, dan berkembang
menjadi profesi yang berbeda. Di Belanda ada 3 institusi kebidanan dan menerima
66 mahasiswa setiap tahunnya. Hampir setiap tahun 800 calon mahasiswa (95%
wanita, 4% laki-laki) mengikuti tes syarat masuk untukl mengikuti pendidikan di
usia minimal 19 tahun. Mahasiswa kebidanan tidak menerima gaji dan tidak
membayar biaya pendidikan.
Selama
pendidikan, ketiga institusi menekankan bahwa kehamilan, persalinan, nifas
merupakan proses fisiologi. Ini
diterapkan dengan menempatkan mahasiswa untuk praktik di kamar bersalin,
di mana terdapat perempuan dengan risiko rendah melahirkan. Bila ada masalah,
mahasiswa baru akan berkunsultasi dengan ahli kebidanan. Mahasiswa diwajibkan mempunyai pengalaman minimal 49
persalinan selama pendidikan. Ketika lulus ujian akhir, merekan akan menerima
ijazah, di mana di dalamnya tercantum nilai ujian.
2.2.5 Moskow, Uni Soviet
Pelayanan Antenatal
Pada
awalnya, pelayanan antenatal di Moskow dilakukan oleh dokter bersama beberapa
perawat, atau bidan, yang melakukan tugas rutin yang cukup berat, pemerikasaan urin, dan sebagai asisten
dokter. Di beberapa area pedesaan, bidan lebih terlibat dalam pelayanan
antenatal. Angka kematian ibu berfariasi, tetapi bias any lebih tinggi di area
pedesaan, di mana akses untuk mendapatkan pelayanan sulit. Pengelolaan masalah
seperti kehamilan yang menyebabkaj hipertensi dan pre eklampsia, sering
terjadi. Terdapat kekurangan pada perlengkapan monitor dan fasilitas untuk
pemeriksaan yang akan menghasilkan bentuk manajemen kuno. Ibu mengunjungi
klinik secara rutin setiap bulan pada umur kehamilan 12-20 minggu dan pada
kehamilan 32-40 minggu. Pemeriksaan urin rutin, tekanan darah, dan berat badan
dilakukan pada setiap kunjungan.
Pendidikan kebidanan di Moskow, Uni Soviet
Pendidikan
bidan di Moskow dilakukan selama 3 tahun di bawah pengawasan ahli kandungan.
Perkuliahan termasuk anatomi fisiologi, patologi dari kehamilan, dan
sebagainya. Nampaknya tidak ada ruang untuk kegiatan organisasi siswa dan
nampaknya tidak dianggap penting, dpat terlihat bahwa mereka lebih difokuskan
pada aspek ilmu fisik dan biologis daripada ilu social dan psiksikologis.
2.2.6 Jepang
Pelayanan kebidanan di Jepang
Jepang merupakan sebuah negara dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang maju serta kesehatan masyarakat yang
tinggi.Pelayanan kebidanan setelah perang dunia II, lebih lebih banyak
terkontaminasi oleh medikalisasi. Pelayana kepada masyarakat masih bersifat
hospitalisasi. Bidan berasal dari perawat jurusan kebidanan dan perawat
kesehatan masyarakat serta bidan hanya berperan sebagai asisten dokter.
Pertolongan persalinan lebih banyak dilakukan oleh dokter dan perawat.
Jepang melakukan peningkatan pelayanan dan
pendidikan bidan sert mulai menata dan merubah situasi. Pada tahun 1987 peran bidan
kembali dan tahun 1989 berorientasi pada siklus kehidupan wanita mulai dari
pubertas sampai klimaktelium serta kembali ke persalinannormal.
Bagi orang jepang melahirkan adalah suatu hal
yang kotor dan tidak diiinginkan maa banyak wanita yang akan melahirkan
diasingkan dan saat persalinan terjadi di tempat kotor gelap seperti gedung dan
gudang.
Dokumentasi relevan pertama tentang praktek
kebidanan adalah tentang pembantu-pembantu kelahiran (asisten) pada periode
Heian (794-1115).Dokumentasi hukum pertama tentang praktek kebidanan
ditwerbitkan pada tahun 1868. Dokumen ini resmi menjadi dasar untuk
peraturan-peraturan hukum utama untuk profesi medis Jepang. Tahhun 1899 izin
kerja kebidanan dikeluaran untuk memastikan profesional kualifikasi.
Pendidikan Kebidanan di Jepang
Pendidikan kebidanan di Jepanbg diawali
dengan terbentuknya sekolah bidan pada tahun 1912 didirikan oleh Obgyn, dan
baru mendapatkan lisensi pada tahun 1974. Kemudian pada tahun 1899 lisensi dan
peraturan-peraturan untuk seleksi baru terbentuk.
Tahun 1987, pendidikan bidan mulai berkembang
dan berada dibawah pengawasan obstretikian. Kurikulum yang digunakan dalam
pendidikan bidan terdiri dari ilmu fisika, biologi, ilmu sosial, dan psikologi.
Ternyata hasil yang diharapkan dari pendidikan bidan tidak sesuai dengan
harapan. Bidn-bidan tersebut banyak yang bersifat tidak ramah dan tidak banyak
menolong persalinan dan pelayanan kebidanan.
Yang mengikuti pendidikan bidan yaitu para
perawat yang masuk pendidikan saat umur 20 tahun. Pendidikan berlangsung selama
3 tahun. Tingkat Degree di universitas terdiri dari 8-16 kredit, yaitu 15 jam
teori, 30 jam lab, dan 45 jam praktik. Pendidikan kebidanan tersebut bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan obstetri
dan neonatal, serta meningkatkan kebutuhan masyarakat karena masih tingginya
angka aborsi di Jepang. Masalah-masalah yang masih terdapat di Jepang antara
klain masih kurangnya tenaga bidan dan kualitas bidan yang masih belum
memuaskan.
Saat ini pendidikan bidan di Jepang bisa
setelah lulus dari sekolah perawat atau perguruan tinggi 2 tahun atau melalui
program kebidanan yang ditawarkan oleh perguruan tinggi 4 tahun.
2.2.7 New Zealand
Selama 50 tahun masalah kebidanan hanya terpaku pada
medicalisasi kelahiran bayi yang progresif. Wanita tukang sihir telah dikenal
sebagai bagian dari maternal sejak tahun 1904. Tindakan keperawatan mulai dari
tahun 1971 mulai diterapkan pada setiap ibu hamil, hal ini menjadikan bidan
sebagai perawat spesialis kandungan.
Pada tahun 1970 Selandia
Baru telah menerapkan medicalisasi kehamilan. Ini didasarkan pada pendekatan
mehasiswa pasca sarjana ilmu kebidanan dari universitas Aukland untuk terjun ke
rumah sakit pemerintah khusus wanita. Salah satu konsekuensi dari pendekatan
ini dalah regional jasa. Inia dalah efek dari sentralisasi yang mengakibatkan
penutupan runah sakit pedesaan dan wilayah kota.
Dengan adanya dukungan
yang kuat terhadap gerakan feminis, banyak wanita yang berjuang untuk
meningkatkan medicalisasi dan memilih persalinan di rumah. Dengan adnya dukungan
yang kuat terhadap gerakan feminis, banyak wanita yang berjuang untuk
meningkatkan medicalisasi dan memilih persalinan di rumah. Kumpulan Homebirth
di Aukland dibentuk tahun 1978. dimulai dengan keanggotaan 150 orang dan
menjadi organisasi nasional selama 2 tahun yaitu NZNA ( New Zaeland Nurses
Association). Perkumpulan ini didukung oleh para langganan, donator dan tenaga
kerja suka rela atau fakultatif yang bertanggung jawab atas banyaknya
perubahan positif dalan system RS. Tahun 1986 homebirth sangat berpengatruh
dalam kemajuan melawan penetapan yang dibuat oleh medis, akhirnya menteri
pelayanan kesehatan secara resmi mengakui homebirth tanuh 1986.
Pada tahun 1980 NZNA
membuat garig besar mengenai statemen kebijakan atas pembatasan rumah hal ini
disampaikan olah penasehat panitia meternal jasa kepada jawatan kesehatan.
Panitia meternal jasa adalah suatu panitia dimana dokter kandungan menyatakan
peraturan mengenai survey maternal terutama dalam hal memperdulikan rumah
Sekarang NZNA telah
membuat kemajuan yang patut dipertimbangkan dalam menetapkan konsep general
perawat kesehatan keluarga secara berkesinambungan menyediakan pelayanan mulai
dari kelahiran sampai meninggal. Sejak tahun 1904 RS St. Hellen mengadakan
pelatihan kebidanan selama 6 bulan dan ditutup tahun 1979. sebagi penggantinya
sejak tahun 1978 beberapa politeknik keperawatan berdiri, selain itu ada yang
melanjutkan pendidikan di Australia untuk memperoleh keahlian kebidanan.
Tercatat 177 (86 %) bidan telah memperolah pendidikan kebidanan di luar negeri
pada tahun 1986 dari 206 bidan yang ada, dan hanya 29 orang lulusan kebidanan
Selandia Baru tahun 1987.
Tahun 1981 sebagian
besar RS memasukkan bidan keperkumpulan perawat, para bidan mengalami krisis
untuk membentuk organisasi dan pemimpin dari mereka. Kemudian muncul
perkumpulan bidan yang menentang NZNA untuk mendapatkan rekomendasi lebih
lanjut langsung di bawah RS atau dibawah dokter kandungan.
2.2.8 Denmark
Merupakan Negara Eropa
lainnya yang berpendapat bahwa profesi bidan tersendiri. Pendidikan bidan
disini mulai pada tahun 1787 dan pada tahun 1987 yang lalu merayakan 200 tahun
berdirinya sekolah bidan. Kini ada 2 pendidikan bidan di Denmark.
Setiap tahun menerima 40
siswa dengan lama pendidikan 3 tahun direct entry. Mereka yang menjadi perawat
maka pendidikan ditempuh 2 tahun. Hal ini menimbulkan berbagai kontroversi
dikalangan bidan sendiri, apakah tidak sebaiknya pendidikan bidan didirikan
atas dasar perawat sebagian besar berpendapat tidak.
Pendidikan post gradua terbagi bidan selama 9
bulan dalam bidang pendidikan dan pengelola. Tahun 1973 disusun rangkaian
pedoman bagi bidan yang mengelompokkan klien dari berbagai resiko yang terjadi.
Hal ini menimbulkan masalah kerena tidak jelas batasan mana yang resiko rendah
dan tinggi. Pada tahun 1990 diadakan perubahan pedoman baru yang isinya sama
sekali tidak menyinggung masalah resiko. Penekanan pelayanan adalah pada
kesehatan non invansi care.
2.2.9 Spanyol
Spanyol merupakan salah
satu Negara di benua Eropa yang telah lama mengenal profesi bidan. Dalam tahun
1752 persyaratan bahwa bidan harus lulus ujian, dimana materi ujiannya adalah
dari sebuah buku kebidanan “ A Short Treatise on the Art Of Midwifery) pendidikan
bidan di ibu kota Madrid dimulai pada thain 1789. Bidan disiapkan untuk bekerja
secara mandiri di masyarakat terutama dikalangan petani dan buruh tingkat
menengah kebawah. Bidan tidak boleh mandiri memberikan obat-obatan , melakukan
tindakan yang menggunakan alat-alat kedokteran.
Pada tahun 1942 sebuah
RS Santa Cristina menerima ibu-ibu yang hendak bersalin. Untuk itu dibutuhkan
tenaga bidan lebih banyak. Pada tahun 1932 pendidikan bidan disini secara resmi
menjadi School of Midwife. Antara tahun 1987-1988 pendidikan bidan untuk
sementara ditutup karena diadakan penyesuaian kurikulum bidan menurut ketentuan
Negara-negara masyarakat Eropa, bagi mereka yang telah lulus sebelum itu,
penyesuaian pada akhir 1992.
2.2.10 Ontario, Kanada
Onatario
adalah provinsi pertama di Kanada yang menerbitkan peraturan tentang kebidanan,
setelah adanya secarah panjang tentang kebidanan yang illegal dan berakibat
meningkatkan praktik bidan yang tidak berijin. Mereka membuat pilihan asuhan
dan keputusan yang sesuai dengan pengalaman untuk dijadikan model kebidanan
terbaru. Model kabidanan yang dipakai di
Ontario berdasarkan pada definisi ICM tentang bidan yaitu seorang tenaga yang
mempunyai otonomi praktik terbatas pada persalianan normal. Sasaran dari praktik
kebidanan adalah masyarakat. Bidan memiliki akses pada rumah sakit maternitas
dan perempuan mempunyai pilihan atas persalinan di rumah atau rumah sakit.
Ontario
tidak menganut konsep partnership
sebagai pusat praktik kebidanan walaupun terbatas atas dua model. Sebagai
contoh, Ontario Kanada menerapkan model partnership dalam asuhan kebidanan. Beberapa aspek di dalamnya antara lain
hubungan antar wanita , asuhan praktik kebidanan terfokus pada kehamilan dan
persalinan normal.
Dalam
membangun dunia profesi kebidanan yang baru, Kanada membuat sistem dalam
mempersiapkan bidan-bidan untuk registrasi. Dimulai dengan sebuah keputusan
bahwa bidanlah yang dibutuhkan dalam pelayanan maternitas dan menetpakan ruang
lingkup praktik kebidanan. Ruang lingkup praktik kebidanan di negara tersebut
tidak keluar jalur yang telah ditetapkan ICM yaitu bidan bekerja dengan otonomi
penuh dalam lingkup persalinan normal dan pelayanan maternits primer. Bidan
bekerja dan berkonsultasi dengan ahli obstetric bila terjadi komplikasi, dan
ibu serta bayi memerluakan bantuan dan pelayanan sekunder. Bidan di negara
tersebut mempunyai akses fasilitas rumah sakit tanpa harus bekerja di rumah
sakit. Mereka bekerja di rumah sakit atau di rumah sakit meternitas dan dapat
mengakses fasilitas.
Kanada
menetapkan program direct entry (pendidikan kebidanan selama 3 tahun tanpa
melalui pendidikan kepeawatan). Bagaimana pun negara tersebut yakin bahwa untuk
mempersiapkan bidan mampu bekerja secara otonom dan bisa member dukungan kepada
perempuan agar dapatmenentukan sendiri persalinannya. Penting untuk mendukung
perempuan yang sebelumnya belum perna berkecimpung dalam sisem kesehatan untuk
menempuh program pendidikan kebidanan, tetapi program direct entry lebih
diutamakan. Perawat yang inin menjadi bidan sepenuhnya harus melewati program
pendidikan kebidanan terlebih dahulu, walupun meraka harus memenuhi beberapa
aspek program.
Negara
tersebut menggunakan dua model pendidikan, yaitu pembelajaran teori dan
mangang. Pembelajaran teori di kelas di fokuskan pada teori dasar, yang akan
melahirkan bidan-bidan yang mampu mengartikulasikan filosofinya sendiri dalam
praktik, memanfaatkan penelitian dalam praktik mereka dan berpikir kritis
tentang praktik. Pendidikan dilengkapi dengan belajar mangang, di mana
mahasiswa bekerja dalam bimbingan dan pengawasan bidan yang berpraktik dalam
waktu yang cukup lama. Tidak seperti model mangang tradisional, di mana
mahasiswa bekerja bersama lebih dari seorang bidan, dengan berbagai macam
prkatik. Mahasiswa tidak hanya mempelajari hal posotif, tetapi juga harus
mengetahuai hal-hal yang negatif untuk pengetahuan di masa mendatang. Satu
mahasiswa lagi akan bekerja bersama satu bidan, sehingga mereka tidak
dikacaukan dengan bermacam-macam model praktik, dan berlangsung dalam waktu
yang cukup lama. Bidan tersebut memberikan role model yang penting bagi proses
pembelajaran. Mahasiswa bidan juga akan akan mulai belajar tentang model partnership. Model ini terdiri dari
hubungan antara perempuan dan mahasiswa bidan, mahsiswa bidan bersama bidan,
mahasiswa bidan dengan guru bidan, guru bidan dengan bidan, hubungan antara
program kebidanan dan profesi kebidanan serta program kebidanan dengan wanita.
Dari sini kit adapt lihat model pendidikan yang digunakan oleh Kanada saling
terkait satu sama lain sebagi bagian dari pelayanan maternitas. Setiap bagian
dari lingkaran tersebut mewakili bermacam-macam partnership yang salin berintegrasi. Partnership ini menjaga agar program pendidikan tetap pada tujuan
utama, yaitu mencetak bidan-bidan yang dapat bekerja sama secara mandiri
sebagai pemberian asuhan maternitas primer. Kanada telah sukses dalam
menghidpkan kembali status bidan status wanita. Kesesuain antara pendidikan
bidan dan ruang lingkup praktik kebidanan adalah bagian terpenting dari
keberhasilan tersebut.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan yakni sejarah perkembangan di
masing-masing negara jelas memiliki perbedaan. Baik itu dalam perkembangan pelayanan,
maupun pendidikan kebidanannya.
Dengan
demikian, uaraian-uraian di atas dapat dijadikan pembanding dan dapat kita
pilah mengenai hal positif dan negatif dari perbedaan tersebut.
3.2 Saran
3.2 Saran
“Tiada
gading yang tak retak”, itulah kalimat yang dapat kami ucapkan. Karena itu kami
dengan lapang dada menerima segala kritik ataupun saran untuk menyempurnakan
makalah ini.
Semoga
materi ini dapat menambah wawasan kita mengenai sejarah perkembangan pelayanan
dan pendidikan bidan. Tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.
DAFTAR
PUSTAKA
2.
http://gexaiiu.blogspot.com/2011/11/sejarah-perkembangan-pelayanan-dan.html
3.
Asrinah, dkk.
2010. Konsep
Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu
4.
http://mustikarazhmadhini.blogspot.com/2012/07/sejarah-pelayanan-kebidanan-di-luar.html