6/24/2013

Tugas Makala Konsep Kebidanan - Perkambangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Luar Negeri

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah konsep kebidanan ini dengan judul “ Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Luar Negeri” . Makala ini di susun dalam rangka memenuhi tugas individu mata kuliah konsep kebidanan Program Studi DIII Kebidanan Fakultas Kesehatan Masyrakat Universitas Muslim Indonesia Makassar.
Dalam penyusunan makala ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.    Ibu Hj. Hasrani, S.ST , selaku dosen mata kuliah “Konsep Kebidanan”
2.    Orang tua tercinta yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberikan bantuan baik moril maupun materi.
3.    Seluruh teman-teman yang telah banyak membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khsusunya dan bagi pembaca umumnya.





Makassar, 10 -11- 2012
Penulis         

BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Bidan adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan program pendidikan kebidanan yang diakui oleh negara dan memenuhi kualifikasi untuk daftar serta memiliki izin yang sah untuk menjalankan praktek kebidanan.

Profesi kebidanan adalah salah satu profesi yang sudah diakui di Dunia Internasional sebagai profesi yang paling dekat dengan perempuan selama siklus kehidupannya. Sebagai salah satu profesi dalam bidang kesehatan bidan memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan kebidanan yaitu kesehatan reproduksi kepada perempuan, remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, bersalin, nifas, masa interval, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir , anak balita dan prasekolah. Selain itu bidan juga berwenang untuk memberikan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan masyarakat.

Perkembangan peleyanan dan pendidikan kebidanaan nasional dan internasional terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan merupakan hal yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan pelayanan.

Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan mordibitas pada wanita hamil, dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%. Mengingat hal diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambh ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.

1.2       Rumusan Masalah

1.    Bagaimana sejarah perkembangan pelayanan kebidanan di luar negeri ?
2.    Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan kebidanan di luar negeri ?

1.3       Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan agar masyarakat lebih mempelajari dan memahami sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan yang terjadi dalam lingkup internasional.

1.4      Manfaat
              Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makala ini, yaitu:
1.    Manfaat bagi peneliti :
a.    Agar peneliti bisa mengembangkannya kepada orang lain tentang sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di luar negeri.
2.    Manfaat bagi pembaca :
a.    Agar pembaca mendapat ilmu lebih banyak mengenai sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di luar negeri.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1        Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Luar Negeri

2.1.1      Sebelum abad 20 (1700-1900)
William Smellie dari Scotlandia (1677-1763) mengembangkan forcepss dengan kurva pelvik seperti kurva shepalik. Dia memperkenalkan cara pengukuran konjungata diagonalis dalam pelvi metri, menggambarkan metode tentang persalinan lahirnya kepala pada presentasi bokong, dan penanganan resusitasi bayi asfiksia dengan penonpaan paru-paru melalui sebuah metal kateler.

              Ignos Phillip Semmelweis, seorang dokter dari Hungaria (1818-1865) mengenalkan tentang cuci tangan yang bersih, mengacu pada pengendalian species puerperium.

              James Young Simpsosn dari Edenburgh, Scotlandia (1811-1870) memperkenalan dan menggunakan anastesi umum.

              Tahun 1824, James Blundell dari Inggris menjadi orang pertama yang berhasil menangani pendarahan postpartum dengan menggunakan tranfusi darah.

              Jean Lubumean dari Prancis (orang kepercayaan Rene Laenec, penemu Stetoskop pada tahun 1819) pertama kali mendengar bunyi jantung janin dengan stetoskop pada tahun 1920.

              Jhon Charles Weaven dari Inggris (1811-1859), pada tahun 1843, adalah orang pertama yang tes urin pada perempuan hamil untuk pemeriksaan dan menghubungkan kehadirannya dengan eklamsipsia.

              Adolf Pinard dari Prancis (1844-1934) , pada tahun 1878, mengumpulkan kerjanya pada palpasi abdominal.

              Carl Crede dari Jerman (1819-1892), menggambarkan metode stimulasi urin yang lembut dan lentur untuk mengeluarkan plasenta.

              Juduig Bandl, dokter obstetri dari jerman (1842-1992), pada tahun 1875, menggambarkan lingkaran retraksi yang pasti muncul pada pertemuan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim dalam persalinan macet atau sulit.

              Daunce dari Bordeauz, pada tahun 1857, memperkenalkan penggunaan inkubator dalam perawatan bayi prematur.

2.1.2   Abad 20

             Postnatal care sejak munculnya hospitalisasi untuk persalinan telah berubah dari perpanjangan masa rawatan sampai 10 hari, ke trend “Modern” ambulasi diri. Yang pada kenyataannya, suatu pengembalian pada “cara yang lebih alami”.Selama beberapa tahun, pemisahan ibu dan bayi merupakan praktek yang dapat diterima di banyak rumah sakit, dan alat menyusui bayi buatan menjadi dapat diterima, dan bahkan oleh norma! Bagaimanapun, alami sekali lagi “membuktikan dirinya “rooing-in” dipraktekan dan menyusui dipromosikan menyusui disemua rumah sakit yang sudah mendapat penerangan.

            Perkembangan teknologi yang cepat telah monitoring anthepartum dan intrapartum yang tepat menjadi mungkin dengan pengguraan ultrasonografi dan cardiotocografi, dan telah merubah prognosis bagi bayi prematur secara dramatis ketika dirawat di neonatal intersive acara urits, hal ini juga memungkinkan perkembangan yang menakjubkan.

2.2       Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Beberapa Negara

2.2.1      Australia

Pelayanan Bidan di Australia
Florence Nightingale adalah pelopor kebidanan dan keperawatan yang dimulai dengan tradisi dan latihan-latihan pada abad 19. Tahun 1824 kebidanan masih belum dikenal sebagai bagian dari pendidikan medis di Inggris dan Australia, kebidanan masih didominasi oleh profesi dokter.

Pendidikan bidan pertama kali di Australia dimulai pada tahun 1862. Lulusan itu dibekali dengan pengetahuan teori dan praktek. Pendidikan diploma kebidanan dimulai tahun 1893. Dan sejak itu tahun 1899 hanya bidan sekaligus perawat yang telah terlatih yang boleh bekerja di rumah sakit.
Sebagian besar wanita yang melahirkan tidak dirawat dengan selayaknya oleh masyarakat. Ketidakseimbangan seksual dan moral di Australia telah membuat prostitusi berkembang dengan cepat. Hal ini menyebabkan banyak wanita hamil diluar nikah dan jarang mereka dapat memperoleh pelayanan dari bidan atau dokter karena pengaruh sosial mereka atau pada komunitas yang terbatas, meskipun demikian di Australia bidan tidak bekerja sebagai perawat, mereka bekerja sebagaimana layaknya seorang bidan. Pendapat bahwa seseorang bidan harus reflek menjadi perawat dan program pendidikan serta prakteknya banyak dibuka di beberapa tempat dan umumnya disediakan oleh non bidan.
   
Pendidikan Kebidanan di Australia
Kebidanan di Australia telah mengalami perkembangan yang pesat sejak 10 tahun terakhir. Dasar pendidikan telah berubah dari tradisional hospital base programme menjadi tertiary course of studies menyesuaikan kebutuhan pelayanan dari masyarakat. Tidak semua institusi pendidikan kebidanan di Australia telah melaksanakan perubahan ini, beberapa masih menggunakan program yang berorientasi pada rumah sakit. Kurikulum pendidikan disusun oleh staf akademik berdasarkan pada keahlian dan pengalaman mereka di lapangan kebidanan.

Kekurangan yang bisa dilihat dari pendidikan di Australia hampir sama dengan pelaksanaan pendidikan bidan di Indonesia. Belum ada persamaan persepsi mengenai penerapan kurikulum pada masing-masing institusi, sehingga lulusan bidan mempunyai komponetensi klinik yang berbeda, tergantung pada institusi pendidikannya. Ini di tambah dengan kurangnya kebijaksaan formaldan tidak adanya standar nasional menurut National Review of Nurse Education 1994, tidak ada direct entry.

Perawat kebidanan tidak boleh menolong persalinan. Pendidikan kebidanan di Australia setingkat universitas, mahsiswanya berasal dari lulusan degree perawat dan 2 tahun bidan. Pada tahun 200, di University of technology of Sidney, telah terbentuk S2 kebidanan (Doctor of Midwifery).


2.2.2      Afrika

Usia yang diijinkan masuk
Sebelum ada peraturan-peraturan Dewan Medis Afrika Selatan, tidak ada penentuan batas usia. Beberapa sekolah menetapkan bahwa para siswa harus berusia 21-50 tahun, sekolah yang lain menetapkan 21-45 tahun. Semua sekolah mewajibkan orang yang sudah dewasa. Kebidanan bukan merupakan profesi yang diinginkan gadis-gadis yang belum menikah.

Kemudian, siswa perawat dan siswa bidan tidak diijinkan untuk menikah dan siapapun yang memutuskan untuk menikah harus berhenti dari pelatihan. Pada tahun 1960-an, peraturan-peraturan tersebut diperlonggar, dan perempuan yang sudah menikah dijinkan untuk melanjudkan pelatihan keperawatan dan kebidanan.

Standar pendidikan
Pada tahun 1923, sertifikat standar enam telah dapat diterima, kemudian muncul standar tujuh pada tahun1929. Standar delapan pada tahun 1949, dan pada tahun 1960, standar sepuluh merupakan standar pendidikan minimal yang diwajibkan. Silabus dan lamanya pelatihan.

Pelatihan kebidanan ditetapkan oleh empat Dewan Medis setelah dimulai di Cape pada tahun 1892, dan siswa harus menolong minimal 12 persalinan serta merawat 12 perempuan pada masa puerperium. Pelatihan dilakukan di lapangan dan di ruang perawatan rumah sakit kalau ada tersedia atau ada.

Sebagian besar pusat pelatihan merasa bahwa masa pelatihan terlalu pendek, dan pada tahun 1917, Asisoasi Perawat terlatih Afrika Selatan juga mengungkapkan ketidakpuasannya dengan kurangnya fasilitas. Sekolah pelatihan terlalu sedikit dan kurangnya bed yang tersedia bagi para pasien kebidanan.

Asosiasi ini merekomendasikan ketentuan rumah sakit kebidanan yang disubsi oleh pemerintah yang lebih banyak untuk digunakan sebagai sekolah pelatihan, di mana pelatihan harus diperpanjang sampai minimal selama 6 bulan, dan di mana ketentuan tersebut harus meliputi pelatihan teoritis dan praktik di lapangan dan ruang perawatan. Dewan perawatan Afrika Selatan mengambil kembali pelatihan kebidanan pada tahun 1945, dan  pada tahun 1949, masa pengajaran lebih lanjut meningkat menjadi 18 bulan bagi perawat yang belum terdaftar, dan 9 bukan bagi perawat yang sudah terdaftar. Pada tahun 1960, masa tersebut bertambah 24 bulan, dan 12 bulan berturut-turut. Diwajibkan untuk menolong persalinan sebanyak 30 persalinan dan 30 asuhan postnatal. Perawat yang belum terdaftar mengikuti ujian awal umum bersama siswa keperawatan umum.

Sekarang ini, kadang-kadang secara kontroversi, pengajaran kebidanan termasuk dalam pengajaran selama 4 tahun, yang menuntun pada registrasi bagi seorang perawat (umum,psikiatrik, dan komunitas) dan sebagai seorang bidan. Pada tahun 1977, laki-laki diijinkan mengikuti pengajaran kebidanan untuk pertama kalinya di Afrika Selatan.

2.2.3          Amerika

Pelayanan Bidan di Amerika
Di Amerika, para bidan berperan seperti dokter, berpengalaman tanpa pendidikan yang spesifik, standart-standart, atau peraturan-peraturan sampai pada awal abad ke 20.

Kebidanan, sementara itu dianggap menjadi tidak diakui dalam sebagian besar yuridiksi (hukum-hukum) dengan istiklah “nenek tua” kebidanan akhirnya padam, profesi bidan hampir mati.

Sekitar tahun 1700, para ahli sejarah memprediksikan bahwa angka kematian ibu di AS sebanyak 95%. Salah satu alasan kenapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk menghilangkan praktek sihir yang mash ada pada saat itu. Dokter memegang kendali dan banyak memberikan obat-obatan tetapi tidak mengindahkan aspek spiritual. Sehingga wnaita yang menjalani persalinan selalu dihinggapi perasaan takut terhadap kematian. Walaupun statistik terperinci tidak menunjukkan bahwa pasien-pasien bidan mungkin tidak sebanyak dari pada pasien dokter untuk kematian demam nifas atau infeksi puerperalis, sebagian besar penting karena kesakitan maternal dan kematian saat itu.

Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka pada akhir abad ke 18 banyak kalangan medis yang berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat belajar dan menerapkan metode obstetric. Pendapat ini digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan, sehingga bidan tidak mempunyai pendukung, uang tidak terorganisir dan tidak dianggap profesional. Pada pertengahan abad antara tahun 1770 dan 1820, para wanita golongan atas di kota-kota di Amerika, mulai meminta bantuan “para bidan pria” atau para dokter. Sejak awal 1990 setengah persalinan di AS ditangani oleh dokter, bidan hanya menangani persalinan wanita yang tidak mampu membayar dokter. Dengan berubahnya kondisi kehidupan di kora, persepsi-persepsi bartu para wanita dan kemajuan dalam ilmu kedokteran, kelahiran menjadi semakin meningkat dipandang sebagai satu masalah medis sehingga di kelola oleh dokter.

 Tahun 1915 dokter Joseph de lee mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses patologis dan bidan tidak mempunyai peran di dalamnya, dan diberlakukannya protap pertolongan persalinan di AS yaitu : memberikan sedatif pada awal inpartu, membiarkan serviks berdilatasi memberikan ether pada kala dua, melakukan episiotomi, melahirkan bayi dengan forcep elstraksi plasenta, memberikan uteronika serta menjahit episiotomi. Akibat protap tersebut kematian ibu mencapai angka 600-700 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1900-1930, dan sebanyak 30-50% wanita melahirkan di rumah sakit. Dokter Grantly Dicke meluncurkan buku tentang persalinan alamiah. Hal ini membuat para spesialis obstetric berusaha meningkatkan peran tenaga diluar medis, termasuk bidan.Pada waktu yang sama karena pelatihan para medis yang terbatas bagi para pria, para wanita kehilangan posisinya sebagai pembantu pada persalinan, dan suatu peristiwa yang dilaksanakan secara tradisional oleh suatu komunitas wanita menjadi sebuah pengalaman utama oleh seorang wanita dan dokternya.

Tahun 1955 American College of Nurse – Midwives (ACNM) dibuka. Pada tahun 1971 seorang bidan di Tennesse mulai menolong persalinan secara mandiri di institusi kesehatan. Pada tahun 1979 badan pengawasan obat Amerika mengatakan bahwa ibu bersalin yang menerima anasthesi dalam dosisi tinggi telah melahirkan anak-anak melahirkan anak-anak yang mengalami kemunduran perkembangan psikomotor. Pernyataan ini membuat masyarakat tertarik pada proses persalinan alamiah, persalinan di rumah dan memacu peran bidan. Pada era 1980-an ACNM membuat pedoman alternatif lain dalam homebirth. Pada tahun yang sama dibuat legalisasi tentang opraktek profesional bidan, sehingga membuat bidan menjadi sebuah profesi dengan lahan praktek yang spesifik dan membutuhkan organisasi yang mengatur profesi tersebut. Pada tahun 1982 MANA (Midwive Alliance Of North America) di bentuk untuk meningkatkan komunikiasi antar bidan serta membuat peraturan sebagai dasar kompetensi untuk melindungi bidan. Di beberapa negara seperti Arizona, bidan mempunyai tugas khusus yuaitu melahirkan bayi untuk perawatan selanjutnya seperti merawat bayi, memberi injeksi bukan lagi tugas bidan, dia hanya melakukan jika diperlukan namun jarang terjadi. Bidan menangani 1,1% persalinan di tahun 1980 : 5,5% di tahun 1994. Angka sectio caesaria menurun dari 25% (1988) menjadi 21% (1995). Penggunaan forcep menurun dari 5,5% (1989) menjadi 3,8% (1994). Dunia kebidanan berkembang saat ini sesuai peningkatan permintaan untuk itu profesi kebidanan tidak mempunyai latihan formal, sehingga ada beberapa tingkatan kemampuan, walaupun begitu mereka berusaha agar menjadi lebih dipercaya, banyak membaca dan pendekatan tradisional dan mengurangi teknik invasif untuk pertolongan seperti penyembuhan tradisional.

Hambatan-hambatan yang dirasakan oleh bidan Amerika Serikat saat ini antaralain:

·         Walaupun ada banyak undang-undang baru, direct entry midwives masih dianggap iolegal dibeberapa negara bagian.
·         Lisensi praktek berbeda tiap negara bagian, tidak ada standart nasional sehingga tidak ada definisi yang jelas tentang bidan sebagai seseorang yang telah terdidik dan memiliki standart kompetensi yang sama.
Sedikit sekali data yang akurat tentang direct entry midwives dan jumlah data persalinan yang mereka tangani.
·         Kritik tajam dari profesi medis kepada diret entry midwives ditambah dengan isolasi dari system pelayanan kesehatan pokok telah mempersulit sebagian besar dari mereka untuk memperoleh dukungan medis yang adekuat bila terjadi keadaan gawat darurat.

Pendidikan kebidanan biasanya berbentuk praktek lapangan, sampai saat ini mereka bisa menangani persalinan dengan pengalaman sebagai bidan. Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan selam 4 tahun dan praktek lapangan selama 2 tahun, yang mana biaya yang sangat mahal. Kebidanan memiliki sebuah organisasi untuk membentuk standart, menyediakan sertifikat dan membuat ijin praktek. Saat ini AS merupakan negara yang menyediakan perawatan maternitas termahal di dunia, tetapi sekaligus merupakan negara industri yang paling buruk dalam hasil perawatan natal di negara-negara industri lainnya

2.2.4          Belanda

Perkembangan kebidanan di Belanda
Seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah Belanda terhadap kelahiran dan kematian, pemerintah mengambil tindakan untuk masalah tersebut. Perempuan berhak memilih apakah ia mau melahirkan di rumah atau rumah sakit, hidup atau mati. Belanda memiliki angka kelahiran yang sangat tinggi, sedangkan kematian prenatal relative rendah.

Prof. Geerit Van Kloosterman pada kenferensinya di Toronto tahun 1984, menyatakan bahwa setiap kehamilan adalah normal, harus selalu dipantau dan mereka  bebas memilih untuk tinggal di rumah atau rumah sakit, di mana bidan yang sama akan memantau kehamiliannya. Astrid Limburg mengatakan : Seorang perawat yang baik tidak akan menjadi seorang bidan  yang baik karena perawat dididik untuk merawat orang yang sakit, sedangkan bidan untuk kesehatan wanita. Tidak berbeda dengan ucapan Maria De Broer yang mengatakan bahwa kebidanan tidak memiliki hubungan  dengan keperawatan, kebidanan adalah profesi mandiri.

Pendidikan kebidanan di Amsterdam memiliki prinsip, yakni sebagaimana member anastesi dan sedative pada pasien, begitulah kita harus mengadakan pendekatan dan member dorongan pada ibu saat persalinan. Jadi pada praktiknya bidan harus memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong dirinya sendiri. Pada kasus rsisiko rendah dokter tidak ikut menangani, mulai dari prenatal, natal, dan post natal. Pada rsisiko menengah mereka selalu member tugas tersebut pada bidan dan pada kasus risiko tinggi dokter dan bidan saling bekerjasama. Bidan di Belanda 75% bekerja secara mandiri, karena kebidanan adalah profesi yang mandiri dan aktif. Sehubunga dengan dengan hal tersebut, bidan harus menjadi role model di masyarakat dan harus menganggap kehamilan adalah sesuatu yang normal, sehingga apabila seorang perempuan merasa dirinya  hamil dia dapat langsung memeriksakan diri ke bidan/atau dianjurkan oleh keluarga, teman, atau siapapun.

Adapun Pelayanan - Pelayanan yang Dilaksanakan oleh Belanda, yaitu :
1.    Pelayanan Antenatal
Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak praktek mandiri daripada perawat. Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktek dan menyediakan layanan kepada wanita dengan resiko rendah, meliputi antenatal, intrapartum dan postnatal tanpa Ahli Kandungan yang menyertai mereka bekerja di bawah Lembaga Audit Kesehatan. Bidan harus merujuk   wanita     denganresiko     tinggi        atau           kasus      patologi  ke Ahli Kebidanan untuk di rawat dengan baik.Untuk memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan dan untuk meningkatakan kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan dibentuklah dafatar indikasi oleh kelompok kecil yang berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda.

2.    Pelayanan Intrapartum
Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu bidan dipanggil sampai satu jam setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan mempunyai kemampuan untuk melakukan episiotomi tapi tidak diijinkan menggunakan alat kedokteran. Biasanya bidan menjahit luka perineum atau episiotomi, untuk luka yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan. Syntometrin dan Ergometrin diberikan jika ada indikasi. Kebanyakan Kala III dibiarkan sesuai fisiologinya. Analgesik tidak digunakan dalam persalinan.

3.    Pelayanan Postpartum
Di Kebidanan Belanda, pelayanan post natal dimulai setelah.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community – normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, yang menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting.Pendidikan bidan digunakan sistem Direct Entry dengan lama pendidikan 3tahun.

Pendidikan kebidanan di Belanda
Pendidikan kebidanan di Belanda terpisah dari pendidikan keperawatan, dan berkembang menjadi profesi yang berbeda. Di Belanda ada 3 institusi kebidanan dan menerima 66 mahasiswa setiap tahunnya. Hampir setiap tahun 800 calon mahasiswa (95% wanita, 4% laki-laki) mengikuti tes syarat masuk untukl mengikuti pendidikan di usia minimal 19 tahun. Mahasiswa kebidanan tidak menerima gaji dan tidak membayar biaya pendidikan.

Selama pendidikan, ketiga institusi menekankan bahwa kehamilan, persalinan, nifas merupakan proses fisiologi. Ini  diterapkan dengan menempatkan mahasiswa untuk praktik di kamar bersalin, di mana terdapat perempuan dengan risiko rendah melahirkan. Bila ada masalah, mahasiswa baru akan berkunsultasi dengan ahli kebidanan. Mahasiswa  diwajibkan mempunyai pengalaman minimal 49 persalinan selama pendidikan. Ketika lulus ujian akhir, merekan akan menerima ijazah, di mana di dalamnya tercantum nilai ujian.

2.2.5          Moskow, Uni Soviet

Pelayanan Antenatal
Pada awalnya, pelayanan antenatal di Moskow dilakukan oleh dokter bersama beberapa perawat, atau bidan, yang melakukan tugas rutin yang cukup berat,  pemerikasaan urin, dan sebagai asisten dokter. Di beberapa area pedesaan, bidan lebih terlibat dalam pelayanan antenatal. Angka kematian ibu berfariasi, tetapi bias any lebih tinggi di area pedesaan, di mana akses untuk mendapatkan pelayanan sulit. Pengelolaan masalah seperti kehamilan yang menyebabkaj hipertensi dan pre eklampsia, sering terjadi. Terdapat kekurangan pada perlengkapan monitor dan fasilitas untuk pemeriksaan yang akan menghasilkan bentuk manajemen kuno. Ibu mengunjungi klinik secara rutin setiap bulan pada umur kehamilan 12-20 minggu dan pada kehamilan 32-40 minggu. Pemeriksaan urin rutin, tekanan darah, dan berat badan dilakukan pada setiap kunjungan.

Pendidikan kebidanan di Moskow, Uni Soviet
Pendidikan bidan di Moskow dilakukan selama 3 tahun di bawah pengawasan ahli kandungan. Perkuliahan termasuk anatomi fisiologi, patologi dari kehamilan, dan sebagainya. Nampaknya tidak ada ruang untuk kegiatan organisasi siswa dan nampaknya tidak dianggap penting, dpat terlihat bahwa mereka lebih difokuskan pada aspek ilmu fisik dan biologis daripada ilu social dan psiksikologis.

2.2.6          Jepang

Pelayanan kebidanan di Jepang
Jepang merupakan sebuah negara dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju serta kesehatan masyarakat yang tinggi.Pelayanan kebidanan setelah perang dunia II, lebih lebih banyak terkontaminasi oleh medikalisasi. Pelayana kepada masyarakat masih bersifat hospitalisasi. Bidan berasal dari perawat jurusan kebidanan dan perawat kesehatan masyarakat serta bidan hanya berperan sebagai asisten dokter. Pertolongan persalinan lebih banyak dilakukan oleh dokter dan perawat.

Jepang melakukan peningkatan pelayanan dan pendidikan bidan sert mulai menata dan merubah situasi. Pada tahun 1987 peran bidan kembali dan tahun 1989 berorientasi pada siklus kehidupan wanita mulai dari pubertas sampai klimaktelium serta kembali ke persalinannormal.

Bagi orang jepang melahirkan adalah suatu hal yang kotor dan tidak diiinginkan maa banyak wanita yang akan melahirkan diasingkan dan saat persalinan terjadi di tempat kotor gelap seperti gedung dan gudang.

Dokumentasi relevan pertama tentang praktek kebidanan adalah tentang pembantu-pembantu kelahiran (asisten) pada periode Heian (794-1115).Dokumentasi hukum pertama tentang praktek kebidanan ditwerbitkan pada tahun 1868. Dokumen ini resmi menjadi dasar untuk peraturan-peraturan hukum utama untuk profesi medis Jepang. Tahhun 1899 izin kerja kebidanan dikeluaran untuk memastikan profesional kualifikasi.

Pendidikan Kebidanan di Jepang
Pendidikan kebidanan di Jepanbg diawali dengan terbentuknya sekolah bidan pada tahun 1912 didirikan oleh Obgyn, dan baru mendapatkan lisensi pada tahun 1974. Kemudian pada tahun 1899 lisensi dan peraturan-peraturan untuk seleksi baru terbentuk.

Tahun 1987, pendidikan bidan mulai berkembang dan berada dibawah pengawasan obstretikian. Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan bidan terdiri dari ilmu fisika, biologi, ilmu sosial, dan psikologi. Ternyata hasil yang diharapkan dari pendidikan bidan tidak sesuai dengan harapan. Bidn-bidan tersebut banyak yang bersifat tidak ramah dan tidak banyak menolong persalinan dan pelayanan kebidanan.

Yang mengikuti pendidikan bidan yaitu para perawat yang masuk pendidikan saat umur 20 tahun. Pendidikan berlangsung selama 3 tahun. Tingkat Degree di universitas terdiri dari 8-16 kredit, yaitu 15 jam teori, 30 jam lab, dan 45 jam praktik. Pendidikan kebidanan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan obstetri         dan neonatal, serta meningkatkan kebutuhan masyarakat karena masih tingginya angka aborsi di Jepang. Masalah-masalah yang masih terdapat di Jepang antara klain masih kurangnya tenaga bidan dan kualitas bidan yang masih belum memuaskan.

Saat ini pendidikan bidan di Jepang bisa setelah lulus dari sekolah perawat atau perguruan tinggi 2 tahun atau melalui program kebidanan yang ditawarkan oleh perguruan tinggi 4 tahun.

2.2.7      New Zealand

Selama 50 tahun masalah kebidanan hanya terpaku pada medicalisasi kelahiran bayi yang progresif. Wanita tukang sihir telah dikenal sebagai bagian dari maternal sejak tahun 1904. Tindakan keperawatan mulai dari tahun 1971 mulai diterapkan pada setiap ibu hamil, hal ini menjadikan bidan sebagai perawat spesialis kandungan.
Pada tahun 1970 Selandia Baru telah menerapkan medicalisasi kehamilan. Ini didasarkan pada pendekatan mehasiswa pasca sarjana ilmu kebidanan dari universitas Aukland untuk terjun ke rumah sakit pemerintah khusus wanita. Salah satu konsekuensi dari pendekatan ini dalah regional jasa. Inia dalah efek dari sentralisasi yang mengakibatkan penutupan runah sakit pedesaan dan wilayah kota.
Dengan adanya dukungan yang kuat terhadap gerakan feminis, banyak wanita yang berjuang untuk meningkatkan medicalisasi dan memilih persalinan di rumah. Dengan adnya dukungan yang kuat terhadap gerakan feminis, banyak wanita yang berjuang untuk meningkatkan medicalisasi dan memilih persalinan di rumah. Kumpulan Homebirth di Aukland dibentuk tahun 1978. dimulai dengan keanggotaan 150 orang dan menjadi organisasi nasional selama 2 tahun yaitu NZNA ( New Zaeland Nurses Association). Perkumpulan ini didukung oleh para langganan, donator dan tenaga kerja suka rela atau fakultatif yang bertanggung jawab atas  banyaknya perubahan positif dalan system RS. Tahun 1986 homebirth sangat berpengatruh dalam kemajuan melawan penetapan yang dibuat oleh medis, akhirnya menteri pelayanan kesehatan secara resmi mengakui homebirth tanuh 1986.
Pada tahun 1980 NZNA membuat garig besar mengenai statemen kebijakan atas pembatasan rumah hal ini disampaikan olah penasehat panitia meternal jasa kepada jawatan kesehatan. Panitia meternal jasa adalah suatu panitia dimana dokter kandungan menyatakan peraturan mengenai survey maternal terutama dalam hal memperdulikan rumah
Sekarang NZNA telah membuat kemajuan yang patut dipertimbangkan dalam menetapkan konsep general perawat kesehatan keluarga secara berkesinambungan menyediakan pelayanan mulai dari kelahiran sampai meninggal. Sejak tahun 1904 RS St. Hellen mengadakan pelatihan kebidanan selama 6 bulan dan ditutup tahun 1979. sebagi penggantinya sejak tahun 1978 beberapa politeknik keperawatan berdiri, selain itu ada yang melanjutkan pendidikan di Australia untuk memperoleh keahlian kebidanan. Tercatat 177 (86 %) bidan telah memperolah pendidikan kebidanan di luar negeri pada tahun 1986 dari 206 bidan yang ada, dan hanya 29 orang lulusan kebidanan Selandia Baru tahun 1987.
Tahun 1981 sebagian besar RS memasukkan bidan keperkumpulan perawat, para bidan mengalami krisis untuk membentuk organisasi dan pemimpin dari mereka. Kemudian muncul perkumpulan bidan yang menentang NZNA untuk mendapatkan rekomendasi lebih lanjut langsung di bawah RS atau dibawah dokter kandungan.



2.2.8      Denmark   

Merupakan Negara Eropa lainnya yang berpendapat bahwa profesi bidan tersendiri. Pendidikan bidan disini mulai pada tahun 1787 dan pada tahun 1987 yang lalu merayakan 200 tahun berdirinya sekolah bidan. Kini ada 2 pendidikan bidan di Denmark.
Setiap tahun menerima 40 siswa dengan lama pendidikan 3 tahun direct entry. Mereka yang menjadi perawat maka pendidikan ditempuh 2 tahun. Hal ini menimbulkan berbagai kontroversi dikalangan bidan sendiri, apakah tidak sebaiknya pendidikan bidan didirikan atas dasar perawat sebagian besar berpendapat tidak.
Pendidikan post gradua terbagi bidan selama 9 bulan  dalam bidang pendidikan dan pengelola. Tahun 1973 disusun rangkaian pedoman bagi bidan yang mengelompokkan klien dari berbagai resiko yang terjadi. Hal ini menimbulkan masalah kerena tidak jelas batasan mana yang resiko rendah dan tinggi. Pada tahun 1990 diadakan perubahan pedoman baru yang isinya sama sekali tidak menyinggung masalah resiko. Penekanan pelayanan adalah pada kesehatan non invansi care.

2.2.9          Spanyol

Spanyol merupakan salah satu Negara di benua Eropa yang telah lama mengenal profesi bidan. Dalam tahun 1752 persyaratan bahwa bidan harus lulus ujian, dimana materi ujiannya adalah dari sebuah buku kebidanan “ A Short Treatise on the Art Of Midwifery) pendidikan bidan di ibu kota Madrid dimulai pada thain 1789. Bidan disiapkan untuk bekerja secara mandiri di masyarakat terutama dikalangan petani dan buruh tingkat menengah kebawah. Bidan tidak boleh mandiri memberikan obat-obatan , melakukan tindakan yang menggunakan alat-alat kedokteran.     
Pada tahun 1942 sebuah RS Santa Cristina menerima ibu-ibu yang hendak bersalin. Untuk itu dibutuhkan tenaga bidan lebih banyak. Pada tahun 1932 pendidikan bidan disini secara resmi menjadi School of Midwife. Antara tahun 1987-1988 pendidikan bidan untuk sementara ditutup karena diadakan penyesuaian kurikulum bidan menurut ketentuan Negara-negara masyarakat Eropa, bagi mereka yang telah lulus sebelum itu, penyesuaian pada akhir 1992.

2.2.10        Ontario, Kanada

Onatario adalah provinsi pertama di Kanada yang menerbitkan peraturan tentang kebidanan, setelah adanya secarah panjang tentang kebidanan yang illegal dan berakibat meningkatkan praktik bidan yang tidak berijin. Mereka membuat pilihan asuhan dan keputusan yang sesuai dengan pengalaman untuk dijadikan model kebidanan terbaru.  Model kabidanan yang dipakai di Ontario berdasarkan pada definisi ICM tentang bidan yaitu seorang tenaga yang mempunyai otonomi praktik terbatas pada persalianan normal. Sasaran dari praktik kebidanan adalah masyarakat. Bidan memiliki akses pada rumah sakit maternitas dan perempuan mempunyai pilihan atas persalinan di rumah atau rumah sakit.

Ontario tidak menganut konsep partnership sebagai pusat praktik kebidanan walaupun terbatas atas dua model. Sebagai contoh, Ontario  Kanada menerapkan model partnership dalam asuhan kebidanan.   Beberapa aspek di dalamnya antara lain hubungan antar wanita , asuhan praktik kebidanan terfokus pada kehamilan dan persalinan normal.

Dalam membangun dunia profesi kebidanan yang baru, Kanada membuat sistem dalam mempersiapkan bidan-bidan untuk registrasi. Dimulai dengan sebuah keputusan bahwa bidanlah yang dibutuhkan dalam pelayanan maternitas dan menetpakan ruang lingkup praktik kebidanan. Ruang lingkup praktik kebidanan di negara tersebut tidak keluar jalur yang telah ditetapkan ICM yaitu bidan bekerja dengan otonomi penuh dalam lingkup persalinan normal dan pelayanan maternits primer. Bidan bekerja dan berkonsultasi dengan ahli obstetric bila terjadi komplikasi, dan ibu serta bayi memerluakan bantuan dan pelayanan sekunder. Bidan di negara tersebut mempunyai akses fasilitas rumah sakit tanpa harus bekerja di rumah sakit. Mereka bekerja di rumah sakit atau di rumah sakit meternitas dan dapat mengakses fasilitas.

Kanada menetapkan program direct entry  (pendidikan kebidanan selama 3 tahun tanpa melalui pendidikan kepeawatan). Bagaimana pun negara tersebut yakin bahwa untuk mempersiapkan bidan mampu bekerja secara otonom dan bisa member dukungan kepada perempuan agar dapatmenentukan sendiri persalinannya. Penting untuk mendukung perempuan yang sebelumnya belum perna berkecimpung dalam sisem kesehatan untuk menempuh program pendidikan kebidanan, tetapi program direct entry  lebih diutamakan. Perawat yang inin menjadi bidan sepenuhnya harus melewati program pendidikan kebidanan terlebih dahulu, walupun meraka harus memenuhi beberapa aspek program.
Negara tersebut menggunakan dua model pendidikan, yaitu pembelajaran teori dan mangang. Pembelajaran teori di kelas di fokuskan pada teori dasar, yang akan melahirkan bidan-bidan yang mampu mengartikulasikan filosofinya sendiri dalam praktik, memanfaatkan penelitian dalam praktik mereka dan berpikir kritis tentang praktik. Pendidikan dilengkapi dengan belajar mangang, di mana mahasiswa bekerja dalam bimbingan dan pengawasan bidan yang berpraktik dalam waktu yang cukup lama. Tidak seperti model mangang tradisional, di mana mahasiswa bekerja bersama lebih dari seorang bidan, dengan berbagai macam prkatik. Mahasiswa tidak hanya mempelajari hal posotif, tetapi juga harus mengetahuai hal-hal yang negatif untuk pengetahuan di masa mendatang. Satu mahasiswa lagi akan bekerja bersama satu bidan, sehingga mereka tidak dikacaukan dengan bermacam-macam model praktik, dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Bidan tersebut memberikan role model yang penting bagi proses pembelajaran. Mahasiswa bidan juga akan akan mulai belajar tentang model partnership. Model ini terdiri dari hubungan antara perempuan dan mahasiswa bidan, mahsiswa bidan bersama bidan, mahasiswa bidan dengan guru bidan, guru bidan dengan bidan, hubungan antara program kebidanan dan profesi kebidanan serta program kebidanan dengan wanita. Dari sini kit adapt lihat model pendidikan yang digunakan oleh Kanada saling terkait satu sama lain sebagi bagian dari pelayanan maternitas. Setiap bagian dari lingkaran tersebut mewakili bermacam-macam partnership yang salin berintegrasi. Partnership ini menjaga agar program pendidikan tetap pada tujuan utama, yaitu mencetak bidan-bidan yang dapat bekerja sama secara mandiri sebagai pemberian asuhan maternitas primer. Kanada telah sukses dalam menghidpkan kembali status bidan status wanita. Kesesuain antara pendidikan bidan dan ruang lingkup praktik kebidanan adalah bagian terpenting dari keberhasilan tersebut.

BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan yakni sejarah perkembangan di masing-masing negara jelas memiliki perbedaan. Baik itu dalam perkembangan pelayanan, maupun pendidikan kebidanannya.
Dengan demikian, uaraian-uraian di atas dapat dijadikan pembanding dan dapat kita pilah mengenai hal positif dan negatif dari perbedaan tersebut.

3.2       Saran
“Tiada gading yang tak retak”, itulah kalimat yang dapat kami ucapkan. Karena itu kami dengan lapang dada menerima segala kritik ataupun saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Semoga materi ini dapat menambah wawasan kita mengenai sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan bidan. Tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.


DAFTAR PUSTAKA
2.   http://gexaiiu.blogspot.com/2011/11/sejarah-perkembangan-pelayanan-dan.html
3.   Asrinah,    dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu
4.   http://mustikarazhmadhini.blogspot.com/2012/07/sejarah-pelayanan-kebidanan-di-luar.html

No comments:

Post a Comment