11/01/2013

Makala Imunisasi


KATA PENGANTAR
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Segala puji pula bagi-Nya yang telah memberikan yang telah melimpahkan rahmat dan kasi_nya. Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makala ini dnegna judul “ IMUNISASI”.
Penulis menyadari dalam menyusun makala ini, banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan moril maupun material dari berbagai pihak sehingga hambatan tersebut dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar kepada kedua orang dan teman-teman BD 3.
Makala ini akan berbicara tentang pegertian imunisasi, konsep dasar imunisasi, jenis-jenis imunisasi, imunisasi yang dianjurkan untuk anak, imunisasi yang dianjurkan tapi tidak diwajibkan, dan cara penyimpanan vaksin yang besar.
Akhirnya semoga makala ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi penulis sendiri dan juga para pembaca serta Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberika rahmat dan petunjuk dalam pemanfaatan makala ini.

Makassar, Oktober 2013
penulis


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara sendiri agar berbagai kuman yang masuk dapat dicegah, pertahan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik, proses mekanisme pertahan dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan nonspesifik seperti complemen dan makrofag dimana complemen dan makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peran ketika ada kuman yang masuk kedalam tubuh. Setelah itu maka kuman harus melawan pertahanan tubuh yng kedua yaitu pertahanan tubuh spesifik terdiri dari sistem humoral dan seluler.
Sistem pertahan humoral akan menghasilkan zat yang disebut imunologlobulin (Ig A, Ig M, Ig G, Ig E, Ig, D) dan system pertahanan seluler terdiri dari Limfosit B dan Limfosit T, dalam pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu cell yang disebut sel memori, sel ini akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah perna masuk kedalam tubuh, kondisi ini yang akan digunakan dalam prinsip imunisasi.
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan.Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk.
Pada tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas.Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat.Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya.Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut. Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.

B.  Rumusan Masalah
1.     Apa saja pengertian dari imunisasi ?
2.    Apa konsep dasar dari imunisasi ?
3.    Apa tujuan dilakukannya imunisasi ?
4.    Apa saja jenis-jenis imunisasi ?
5.    Apa saja imunisasi yang dianjurkan untuk diberikan kepada anak ?
6.    Imunisasi apa saja yang dianjurkan tetapi tidak diwajibkan ?
7.    Bagaimana penyimpanan vaksin yang benar ?

C.  Tujuan
1.     Untuk mengetahui pengertian dari imunisasi
2.    Untuk mengrtahui konsep dasar imunisasi
3.    Untuk mengetahui tujuan dilakukannya imunisasi
4.    Untuk mengetahui jenis-jenis imunisasi
5.    Untuk mengetahui  imunisasi yang dianjurkan untuk diberikan kepada anak
6.    Untuk mengetahui imunisasi yang dianjurkan tetapi tidak diwajibkan
7.    Untuk mengetahui cara penyimpanan vaksin yang benar
BAB II
PEMBAHASAN
1.  Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resistan. Anak di imunisasi,berarti berikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resistan terhdap suatu penyakit yang lain (Notoadmojo, 1997 : 37)
Kata imun berasal dari bahasa Latin (immunitas) yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberika kepada senator Romawi selama masa jabatan mereka  terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadpa penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular (Theophilus, 2000, Mehl, dan Madrona, 2001)
Imunisasi adalah pemberian vaksin kepada seseorang untuk melindunginya dari beberapa penyakit tertentu.Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntuika dan mulut.

2.  Konsep Dasar Imunisasi
1.     Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun) memasuki tubuh maka tubuh akan berusaha menolaknya, tubuh membuat zat anti berupa antibody atau anti toxin.
2.    Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung secara lambat dan lemah, sehingga tak cukup banyak antibody yang terbentuk.
3.    Pada reaksi atau respon yang kedua, ketiga, dan seterusnya tubuh sudah mulai lebih mengenal jenis antigen tersebut.
4.    Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk mmepertahankan agar tetap kebal, perlu diberika antigen/suntikan/imunisasi ulang.
5.    Kadar antibody yang tinggi dalam tubuh menjamin anak akan sulit untuk terserang penyakit.

3.  Tujuan Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Sacara umum tujuan imunisasi antara lain :
1.     Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.
2.    Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
3.    Imunisasi menurunkan angka morbiditas ( angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada balita.

4.  Jenis –jenis Imunisasi
Sistem pertahan humoral akan menghasilkan zat yang disebut imunologlobulin (Ig A, Ig M, Ig G, Ig E, Ig, D) dan system pertahanan seluler terdiri dari Limfosit B dan Limfosit T, dalam pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu cell yang disebut sel memori, sel ini akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah perna masuk kedalam tubuh, kondisi ini yang akan digunakan dalam prinsip imunisasi. Berdasarkan proses tersebut diatas maka imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
1.     Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi. Imunisasi aktif mserupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar terjaid infeksi maka tubuh secara cepat merespon. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio atau campak. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain :
a.    Antigen merupakan bagian dari faksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa polisakarida, toksoid, atau virus dilemahkan atau bakteti yang dimatikan
b.    Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan
c.    Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilitas antigen
d.    Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen
2.    Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Imunsasi pasif merupakan pemberian zat (imunologlobulin) yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bias ular), yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain terdapat pada bayi baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibody dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan, misalnya antibody terhadap campak.

5.  Imunisasi yang dianjurkan pada Anak
a.    Imunisasi BCG (Bacilus Calmette Guerin)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinaya penyakit TBC yang primer atau ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC Milier (pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi BCG diberikan pada umur 0-11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan, kemudian cara pemberian imunisasi BCG melalui intra dermal. Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis, dan reaksi panas.
b.    Imunisasi DPT ( Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)
Merupkan imunisasi yang digunkan untuk menegah terjadinya penyakit difteri. Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah tiga kali, dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengendalian) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga tr=erbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian Imunisasi DPT antara umur 2-11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi DPT melalui intra muscular. Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat., efek ringan seperti pembengkakkan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam sedangnkan efek berat dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan shock.
c.    Imunisasi Polio
Merupakan  imunisasi yang digunakan untuk mencagah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksi ini kuman yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah empat kali. Wakti pembetian imuniasasi polio pada umur 0-11 bulan dengan interval pemberian 4 minggu. Cara pemberian melalui oral.
d.    Imunisai Campak
Merupakan umunsasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak kerana penyakit ini sangat menular. Kandugan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pe,berian imununisasi campak adalah satu kali. Waktu pemberian imunisasi campak pada umur 9-11 bulan. Cara pemberian imunisasi campak melalui subcutan kemudian efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas.
e.    Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis yang kandugannya HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis tiga kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0-11 bulan. Cara pemberian hepatitis ini adalah intra muscular.
f.    Imunisasi MMR (Measles< Mumps, dan Rubela)
Merupakan imunsasi yang digunakan dalam memberikan dan menceagah terjadinya penyakit campak (measles), gondok, parotis epidemika (mumps) dan rubella (campak jerman). Dalam imunisasi MMR ini memakai antigen yang dipakai adlaah virus campak strain edomonson yang dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan virus gondong. Vaksin ini tidak dianjurkan pada bayi usia dibawah 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibody maternal yang masih ada. Khusus pada daerah endemic sebaiknya diberikan imunisasi campak yang monovalen dahulu pada usia 4- 6 bulan atau 9-11 bulan dan boster dilkaukan MMR pada usia 15-18 bulan.
g.    Imunisasi Tiphus Abdominal
Merupakan imunisasi yan digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit tifus abdominalis, dalam persediannya khsusnya di Indonesia terdapat tiga jenis vaksin tifus abdominalis diantaranya kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivotif, berna) dan antigen capsular Vi poliysaccharide (Thyphim Vi, Pasteur Meriux). Pada vaksin kuman yang dimatikan dapat diberikan untuk bayi 6-12 bulan adalah 0,1 ml, 1-2 tahun adalah 0,2 ml, dan 2-12 tahun adalah 0,5 ml, pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan interval empat minggu kemudian penguat setelah satu tahun kemudian.
h.    Imunisasi Vericella
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit vericella (cacar air). Vaksin vericella merupakan virus hidup varicella zoozler srain OKA yang dilemahkan. Pemberian vaksin vericella dapat diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropik dan bila di atas 13 tahun dapat diberikan dua kali suntikan dengan interval 4-8 minggu.
i.      Imunisasi Hepatitis A
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis A. pemberian imunisasi ini dapat diberikan pada usia di atas dua tahun. Untuk imunisasi awal dengan menggunakan vaksin Havrix (isinya virus hepatitis A strain HM175 yang inactivated) dengan 2 suntikan dengan interval 4 minggu dan boster pada enam bulan kemudian dan apabila menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan tiga kali suntikan pada usia 0,6 dan 12 bulan.
j.     Imunisasi HiB (Haemophilus Influenzae Tipe B)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe b. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP:purified capsular polysaccharide) kuman H. Influenza tipe b. Antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-protein lain seperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid dipteri (PRP-D atau PRPCR50) atau dengan kuman menongokokus (PRP-OMPC). Pada pemberian imunisasi awal dengan PRP-T dilakukan dengan tiga suntikan dengan interval 2 bulan kemudian vaksin PRP OMPC dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval 2 bulan kemudian bosternya dapat diberikan pada usia 18 bulan. (Ismoedijanto, 2002)

6.  Imunisasi yang dianjurkan tetapi tidak diwajibkan
a.    Imunisasi HiB
Imunisasi HiB, tergolong imunisasi yang dianjurkan. Imunisasi diberikan agar tubuh mempunyai kekebalan terhadap bakteri Haemophilus Influenzae Type B. Bakteri Haemophilus Influenzae Type B dapat menyebabkan septisemia (keracunan darah dan merupakan infeksi yang lebih sering tersebar luas keseluruh tubuh).

Bakteri Haemophilus Influenzae Type B
Penyakit HiB adalah penyebab paling umum infeksi pada anak berusia di bawah lima tahun sebelum ditemukannya vaksinasi Hib rutin pada tahun 1993. Penyakit HiB dapat menyebabkan :
*      Meningitis, infeksi pada selaput yang melindungi otak
*      Epilottitis, bengkaknya tenggorokan yang dapt menghambat pernafasan
*      Septic arthritis, infeksi pada sendi
*      Cellulitis, infeksi pada jaringan di bawah kulit biasanya di muka
*      Radang paru-paru
Penularan
Penyakit HiB menular melalui bersin atau batuk dari penderita secra langsung dapat juga disebabkan, karena penggunaan barang-barang yang terinfeksi oleh bakteri Haemophilus Influenzae Type B dan secara tidak sengaja menjangkit tubuh kita melaui mulut.
Cara pemberian dan dosis
Imunisasi HiB diberikan pada bayi berumur 2, 3 dan 5 bulan. Imunisasi ini diberikan 3 kali. Kali pertama ketika 2 bulan, kali kedua 3 bulam dan kali ke tiga ketika umur 5 bulan. Imunisasi HiB diberikan secara suntikan dibagian otot paha (intra muscular).

Efek samping
Setelah pemberian imunisasi ini, biasanya sakit, bengkak dan kemerahan berlaku ditempat suntikan. Biasanya berlaku sampai 3 hari. Kadang demam juga bias terjadi. Efek sampingnya ini tergolong ringan, jika dibandingkan dengan penyakit yang disebabkan oleh HiB.
b.    Imunisasi Meningitis
Meningitis merupakan penyakit akut radang selaput otak yang disebabkan oleh bakteri Nesseria meningitides.

bakteri Nesseria meningitides
Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dan komoprofilaksis untuk orang-orang yang kontak dengan meningitis dan karier. Gejala klinis penyakit ini adalah demam (panas tinggi) mendadak, nyeri kepala, mual, muntah, kaku duduk, ketahanan fisik lemah, dan kemrahan di kulit. Pada keadaan berlanjut, kesadaran menurun sampai koma serta terjadi perdarahan echymosis.
Manfaat
Mencegah infeksi meningitis atau radang selaput otak, yang disebabkan bakteri.
Pemberiaan
Pada ibu hamil, sebaiknya imunisasi meningitis diberikan setelah trimester pertama. Jamaah haji dan umroh maupun yang akan pergi ke Arab Saudi akan juga mendapatkan imunisasi jenis meningitis tersebut.
c.    Imunisasi Pneumokokus
Fungsi
Imunisasi pneumokokus sangat penting dalam melindungi anak-anak dari penyakit radang paru, yang mengacu pada berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi dengan bakteri streptokokus pneumonia, yang juga dikenal sebagai pneumokokus.

bakteri streptokokus pneumonia
 Infeksi bakteri ini dapat menyerang berbagai organ tubuh. Misalnya :
*      Bakteri pneumokokus masuk ke aliran darah, dikenal sebagai bakteremia
*      Bagian otak tertentu yang terserang. Dikenal sebagi meningitis
*      Bakteri pheumokokus meyerang paru-paru, dikenal sebagai pneumonia
*      Telinga tengah terinfeksi, dikenal sebagai otitis media.
Penularan
Pneukokus sangat mudah menular. Bakteri pneimokokus biasanya terdapat di dalam hidung dan tenggorokan. Oleh karena itu, orang berisiko tertelur jika ada kontak langsung dengan penderita. Bakteri ini menular memalui tetesan lender atau ludah, seperti bersin, batuk.
Pemberian immunisasi
Imunisasi diberikan pada usia 2, 4, 6, 12 bulan.
Efek samping
*      Sedikit bengkak, merah, dan sakit ditempat suntikan
*      Demam rendah
*      Reaksi yang kurang biasa mungkin termasuk muntah, kurang nafsu makan, diare
*      Reaksi parah kejang sekali
Penanganan efek samping
*      Membubuhkan kain basah yang dingin di tempat suntikan
*      Anak jangan berpakaian terlalu hangat
*      Memberikan parasetamol untuk mengurangi demam (perhatikan dosis yang dianjurkan menurut usia anak)
*      Memberikan anak lebih banyak minuman
d.  Imunisasi Meale, Mumps, Rubela (MMR)
Imunisasi MMR merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak (meales) parotis epidemika (mumps) dan rubella (campak jerman). Mumps atau lebih dikenal dengan istilah gondongan disebabklan oleh virus paramyxovirus. Virus Mumps ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari bersin atau batuk penderita. Gejala dan tanda mumps :
*      Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38.5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut).
*      Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan.
*      Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis.
*      Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah
Rubella atau yang lebih dikena campak Jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan tenggorokan. Anak-anak biasanya sembuh lebih cepat dibandingkan orang dewasa. Virus ini menular lewat udara. Rubela juga biasanya ditularkan oleh ibu kepada bayinya, makanya disarankan untuk melakukan tes Rubela sebelum hamil. Bayi yang terkena virus Rubela selama di dalam kandungan beresiko cacat. Gejala yang ditimbulkan :
*      Pembengkakan pada kelenjar getah bening.
*      Demam diatas 38 derajat Celsius.
*      Mata terasa nyeri.
*      Muncul bintik-bintik merah di seluruh tubuh.
*      Kulit kering.
*      Sakit pada persendian.
*      Sakit kepala.Hilang nafsu makan.
*      Wajah pucat dan lemas
Efek samping
Reaksi paling umum adalah merasa tidak sehat, demam tingkat rendah dan mungkin kulit kemerahan enam minggu hingga sebelas hari sesudah imunisasi.
Kontra indikasi MMR
Imunisasi MMR tidak boleh diberikan, jika mengalami beberapa kondisi, seperti :
*      Alergi terhadap antibiotic neomycin
*      Wanita yang sedang hamil atau yang bertujuan hamil dalam satu bulan setelah imunisasi
*      Individu yang menderita penyakit atau menerima penobatan yang menekan system kekebalan tubuh, seperti cortisone atau prednisolon
*      Menderita infeksi akut
e.   Imunisasi Tipoid
Memberikan kekebalan pada tubuh terhadap infeksi kuman penyebab tipoid merupakan tujuan diberikan imunisasi ini. Demam tipoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh memperbanyak diri dalam sel tubuh dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah. Deman tipoid disebabkam oleh disebabkan oleh bakteri salmonella typhi.

salmonella typhi
Gejala Demam Tifoid
Umumnya gejala klinis demam tifoid timbul setelah 8 – 14 hari setelah terkontaminasi. Gejala klinis yang timbul bervariasi dari ringan sampai berat tergantung dari jumlah kuman yang masuk dan keadaan sistem kekebalan tubuh. Gejalanya berupa :
*      Demam : Pada siang hari biasanya demam tidak terlalu tinggi dan secara bertahap meningkat pada sore dan malam hari. Demam terjadi lebih dari 1 minggu.
*      Mual sampai muntah
*      Buang air besar mencret/diare, namun dalam beberapa kasus justru yang terjadi adalah sulit buang air besar (konstipasi)
*      Rasa tidak enak diperut
*      Lemah, nafsu makan menurun
*      Sakit kepala
*      Pingsan atau gangguan kesadaran
Pemeberian Imunisasi
Terdapat tiga jenis vaksin tipus abdominalis yaitu vaksin dari kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan dan antigen capsular Vi polisakarida. Untuk bayi usia 6-12 bulan diberikan vaksin dari kuman yang telah dimetikan dengan dosis 0,1 ml, untuk usia 1-2 tahun sebanyak 0,2 ml, dan untuk usia 2-12 tahun sebanyak 0,5 ml. Pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan interval empat minggu, selanjutnya penguat dilakukan setelah satu tahun. Pada vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk kapsul enteric coated sebelum makan pada hari 1,2,5 pada anak diatas usia 6 tahun dan pada antigen capsular diberikan pada usia diatas dua tahun dan dapat diulang tiap 3 tahun.
f.   Imunisasi Hepatitis A
Imunisasi hepatitis A bertujuan untuk mncegah penyakit hepatitis A.penyakit hepatitis A beg_genus Heparnavirua, terutama mnayerang padaanak dan kaum dewasa muda. Penyakit ini dikenal juga sebagai penyakit kuning.

Penyebaran
Penyebaan virus ini melalui makanan (fecel-oral), bukan melalui aktivitas sexsual atau melalui darah.
Gejalah
Gejala hepatitis A seperti gejala flu, mual, demam pusing terus menerus, air seni kemerahan, bagian bola mata putih menjadi kekuningan, dan perut sebelah kanan atas terasa sakit atau bebal. Namun pada anak-anak kadang kala tidak timbul gejala yang mencolok hanya demam tiba-tiba, hilang nafsu makan.
Pemberian imunisasi
Untuk imunisasi awal dengan menggunakan vaksin Havrix yang berisi virus hepatitis A strain HM175 yang inactive, dengan dua suntikan dengan interval 4 minggu boster pada enam bulan kemudian. Apabila menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan tiga kali suntikan pada usia 0 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan, pemberian imunisasi ini dilakukan saat usia di atas dua tahun.
g.   Imunisasi Varicella
Merupakan imunisasi yang dilakukan agar tubuh mempunyai kekebalan terhadap penyakit varisella atau cacar air.
Penyabaran
Virus ini ditularkan melalu percikan ludah penderita atau melalui benda-benda yang telah terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit. Seseorang yang terkena cacar air dapat menularkan virus varicella zoster mulai dari timbulnya gejala sampai lepuhan yang terakhir mongering.
Pemberian vaksin
Vaksin cacar air berisi virus hidup varicella zoozter strain OKA yang tidak berbahaya serta sedikit antibiotic, neomisin. Pemberian vaksin varicella dapat diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah tropic dan bila diatas usia 13 tahun dapat diberikan dua kali suntikan dengan interval 4-8 minggu. Pemberian vaksin, juga dapat diberikan pada :
*      Anak usia 12-18 bulan yang belum terkena cacar air harus mendapat satu dosis vaksin
*      Anak usia 19 bulan hingga 13 tahun yang belum terinfeksi hingga 13 tahun yang belum terinfeksi cacar air, mendapat satu dosis vaksin
*      Orang dewasa yang belum mengalami cacar air dan bekerja atau tinggal dilingkungan yang rentang penularan cacar air, seperti di sekolah, panti penitipan anak, rumah sakit, asrama, penjara atau barak militer
*      Wanit usia produktif yang belum perna terkena cacar air dan tidak sedang hamil.
*      Orang dewasa dan remaja yang belum terkena cacar air dan tinggal dengan anak-anak
*      Orang yang hendak berpergian ke luar negeri dan belum mengalami cacar air
7.  Cara Penyimpanan Vaksin yang Benar
Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian khusus karena vaksin merupakan sediaan biologis yang rentang terhadap perubahan temperature ruangan. Vaksin akan rusak apabila temperature terlalu tinggi atau terkena sinar matahari langsung seperti pada vaksin polio tetes dan vaksin campak. Kerusakan dapat juga terjadi apabila terlalu dingin atau beku seperti pada toksoid difteria, toksoid tetanus, vaksin pertusis (DPT, DT). Hib conjugate, hepatitis B dan vaksin influenza. Pada beberapa vaksin apabila rusak akan terlihat gumpalan antigen yang tidak bias larut lagi walaupun sudah dikocok sekuat-kuatnya. Sedangkan vaksin lain tidak akan berubah penampilan fisik walaupun potensinya sudah hilang/ berkurang. Vaksin yang sudah dilarutkan lebih cepat rusak. Dengan demikian kita harus yakin betul bahwa cara penyimpanan yang kita lakukan sudah benar dan menjamin potensi vaksin tidak akan berubah.
a.    Penanganan Vaksin
Prosedur yang harus diperhatikan waktu menggunakan vaksin
*      Vaksin yang sudah kadaluarsa harus segera dikeluarkan dari lemari pendingin untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
*      Vaksin harus selalu ada di dalam lemari pendingin sampai saatnya dibutuhkan, semua vaksin yang sudah tidak digunakan lagi harus dikembalikan ke dalam lemari pendingin.
*      Lemari pendingin, vaksin yang sudah tebuka atau sedang dipakai diletakkan dalam satu wadah/tempat khusus (tray), sehingga segera dapat dikenali.
*      Vaksin BCG yang sudah keluar masuk lemari pendingin selama pemerikasaan klinik harus dibuang pada akhir klinik
*      Vaksin polio oral dapat cepat dicairkan dan cepat pula dinekukan kembali sampai 10 kali tanpa kehilangan potensi vaksin. Vaksin polio oral dapat dipakai pada beberapa kali pemeriksaan poliklinil asalkan memenuhi syarat-syarat belum kadaluarsa dan vaksin disimpan dalam lemari pendingin penyimpan vaksin yang memadai.
*      Untuk vial vaksin multidosis yang mengandung bakteriostatik misalnya DPT, vial yang terpakai dibuang bila sudah kadaluarsa atau terkontaminasi.
*      Vaksin yng tidak mengandung bakteriostatik segera dibuang dalam waktu 24 jam apabila sudah terpakai.
*      Vaksin campak dan MMR yng sudah dilarutkan agar dibuang setelah 8 jam
*      Vaksin Hib yang sudah dilarutkan harus dibuang setelah 24 jam
b.    Vaksin yang sangat tidak stabil pada temperatur ruangan
*      Vaksin polio oral
*      Lautan vaksin campak
*      Larutan vaksin BCG
c.    Vaksin yang harus dilindungi dari sinar matahari
*      Larutan polio oral
*      Larutan vaksin BCG
*      Larutan vaksin MMR
d.    Vaksin yang tidak boleh beku
*      DPT, Td, DT, pertusis, tetanus
*      Hib
*      Hepatitis A, hepatitis B
*      Influenza
*      Pneumokok
e.    Standar penyimpanan vaksin menurut Depkes RI dan WHO
Terkait dengan penyimpanan vaksin, aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin harus didinginkan pada temperature 2-8° C dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT, Hib, Hepatitis B dan Hepatitis A) akan tidak aktif bila beku. Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan potensinya. Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur) informasi produk harus disertakan.
Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian khusus karena vaksin merupakan sediaan biologis yang rentan terhadap perubahan temperatur lingkungan. Pada setiap tahapan rantai dingin maka transportasi vaksin dilakukan pada temperature 0oC sampai 8°C. Vaksin polio boleh mencair dan membeku tanpa membahayakan potensi vaksin. Vaksin DPT, DT, dT, hepatitis-B dan Hib akan rusak bila membeku pada temperature 0° (vaksin hepatitis-B akan membeku sekitar -0,5°C).
Menurut Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi, Depkes RI, 1992, sarana penyimpanan vaksin di setiap tingkat administrasi berbeda. Di tingkat pusat, sarana penyimpan vaksin adalah kamar dingin/cold room. Ruangan ini seluruh dindingnya diisolasi untuk menghindarkan panas masuk ke dalam ruangan. Ada 2 kamar dingin yaitu dengan suhu +2o C sampai +8o C dan suhu -20o C sampai -25o C. Sarana ini dilengkapi dengan generator cadangan untuk mengatasi putusnya aliran listrik. Di tingkat provinsi vaksin disimpan pada kamar dingin dengan suhu -20o C sampai -25o C, di tingkat kabupaten sarana penyimpanan vaksin menggunakan lemari es dan freezer.
Dasar yang menjadi pertimbangan dalam memilih cold chain antara lain meliputi jumlah sasaran, volume vaksin yang akan dimuat, sumber energi yang ada, sifat, fungsi serta stabilitas suhu sarana penyimpanan, suku cadang dan anjuran WHO atau hasil penelitian atau uji coba yang pernah dilakukan. Sarana cold chain di tingkat Puskesmas merupakan sarana penyimpanan vaksin terakhir sebelum mencapai sasaran. Tingginya frekuensi pengeluaran dan pengambilan vaksin dapat menyebabkan potensi vaksin cepat menurun.
Untuk melakukan pemantauan suhu rantai dingin (cold chain) vaksin maka digunakan pemantau suhu. Pada kamar dingin (cold room) alat pemantau suhu berupa lampu alarm yang akan menyala bila suhu di dalamnya melampaui suhu yang ditetapkan. Untuk memantau suhu lemari es selain menggunakan termometer yang terletak pada dinding luar lemari es juga menggunakan termometer yang diletakkan dalam lemari es.Sementara standar WHO (User’s handbook for vaccine, 2002),  menjelaskan detail susunan vaksin dalam lemari es sebagaimana pada gambar :


BAB III
                               KESIMPULAN                         
A.  Kesimpulan
*      Imunisasi adalah pemberian vaksin kepada seseorang untuk melindunginya dari beberapa penyakit tertentu.
*      Konsep Dasar Imunisasi :
1.     Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun) memasuki tubuh maka tubuh akan berusaha menolaknya, tubuh membuat zat anti berupa antibody atau anti toxin.
2.    Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung secara lambat dan lemah, sehingga tak cukup banyak antibody yang terbentuk.
3.    Pada reaksi atau respon yang kedua, ketiga, dan seterusnya tubuh sudah mulai lebih mengenal jenis antigen tersebut.
4.    Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk mmepertahankan agar tetap kebal, perlu diberika antigen/suntikan/imunisasi ulang.
5.    Kadar antibody yang tinggi dalam tubuh menjamin anak akan sulit untuk terserang penyakit.
*      Tujuan imunisasi antara lain :
1.     Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.
2.    Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
3.    Imunisasi menurunkan angka morbiditas ( angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada balita.
*      Jenis –jenis imunisasi :
1.       Imunisasi Aktif : Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibody. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio atau campak.
2.    Imunisasi Pasif : Imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan.
*      Imunisasi yang dianjurkan untuk diberikan kepada anak :
1.     Imunisasi BCG (Bacilus Calmette Guerin)
2.    Imunisasi DPT ( Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)
3.    Imunisasi Polio
4.    Imunisai Campak
5.    Imunisasi Hepatitis B
6.    Imunisasi MMR (Measles< Mumps, dan Rubela)
7.    Imunisasi Tiphus Abdominal
8.    Imunisasi Vericella
9.    Imunisasi Hepatitis A
10.  Imunisasi HiB (Haemophilus Influenzae Tipe B)
*    Imunisasi yang dianjurkan tapi tidak diwajibkan :
1.     Imunisasi HiB
2.    Imunisasi Meningitis
3.    Imunisasi Pneumokokus
4.       Imunisasi Meale, Mumps, Rubela (MMR)
5.       Imunisasi Tipoid
6.       Imunisasi Hepatitis A
7.       Imunisasi Varicella
*    Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian khusus karena vaksin merupakan sediaan biologis yang rentang terhadap perubahan temperature ruangan. Vaksin akan rusak apabila temperature terlalu tinggi atau terkena sinar matahari langsung.
DAFTAR PUSTAKA
1.     Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : GRAHA ILMU
2.    Proverawati, Atika dan Citra Setyo Dwi Andini. 2010.  Iminusasi dan Vaksinasi. Yogyakarta : Nusa Medika
3.    Soeyitno, Hariyono dkk. 2011. Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.
4.    Yeyeh Rukiah, Ai dkk. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.  Jakarta : CV. Trans Info Media.
5.    http://susipurwati.blogspot.com/2010/10/imunisasi-aktif-pasif.html (dipost minggu 10 oktober 2010 )
6.    http://id.wikipedia.org/wiki/Rubela

7.    http://www.indonesian-publichealth.com/2012/09/standar-penyimpanan-vaksin.html


No comments:

Post a Comment