10/21/2013

Proses Pembekuan Darah dan Gangguan Pembekuan Darah

Proses Pembekuan Darah
                                
Hemostasis adalah penghentian pendarahan yang terjadi akibat trauma terputusnya integritas pembuluh darah. Terdapat 4 fase hemostasis. Fase pertama adalah konstriksi pembuluh darah yang rusak untuk mengurangi aliran darah distal terhadap luka. Fase kedua terdiri dari pembentukan sumbatan trombosit yang longgar, atau thrombus putih, pada tempat luka bekerja sebagai respon terhadap kolagen pengikat trombosit, yang sebagai respon terhadap kolagen pengikat, mengalami kerusakan struktur interna dan mebebaskan tromboxan dan ADP. Ini merangsang trombosit lain untuk melekat pada trombosit yang terikat pada kolagen, membentuk sumbat trombosit longgar dan sementara. Fase hemostasis ini mengukur dengan menentukan waktu pendarahan. Fase ketiga adalah pembentukan thrombus merah (bekuan darah). Fase keempat adalah disolusi (pelarutan) sebagian atau seluruh bekuan.
Secara skema  mekanisme pembekuan darah dapat digambarkan sebagai berikut :

Trombosit pecah pada saat menyentuh permukaan luka yang kasar akan mengeluarkan enzim trombokinase. Enzim trombokinase menyebabkan perubahab protrombin menjadi trombin. Perubahan tersebut dipercepat oleh ion kalsium. Selanjutnya, thrombin mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin.

Gangguan Pembekuan Darah

            Gangguan pada tingkat pembuluh darah

Dinding pembuluh darah dikelilingi dan dipertahanakn keutuhannya oleh serat-serat protein kalogen. Protein ini mengandung asam amino khas, yaitu OH-prolin (hidroksiprolin). Asam amini ini berasal dari asam aminon prolin. Pembentukan OH-prolin dari prolin ini memerlukan asam askorbat atau vitamin C. kekurangan vitamin C dalam jumlah yang banyak dan jangka waktu yang agak lama akan menyebabkan kerapuahan kapiler. Akibatnya, mudah terjadi pendarahan, bahkan oleh trauma yang ringan sekalipun.
Gangguan pada tingkat trombosit
Trombosit mempunyai peran yang sangat penting dalam penggumpalan darah. Penurunan jumlah trombosit ataupun perubahan sifatnya akan menyebabkana gangguan pada proses penggumpalan darah. Jumlah trombosit dapat berkurang kerana kekurangan pembentukan sel asalnya di sumsum tulang, yaitu megakaryosit. Keadaan ini dinamai sebagai Amegakaryocyte thrombopenia purpura (ATP). Akan tetapi, dapat pula jumlah megakaryosit di dalam sumsum tulang tetap normal, akan tetapi jumlah trombosit darah tepi tetap berkurang. Keadaan ini dinamai sebagai Idiopathic thrombocytopenia purpura (ITP), yang mungkin sekali suatu kelainan otoimun. Beberapa penyakit virus dapat menyebabkan penurunan jumlah trombosit. Diantara penyakit-penyakit tersebut, yang terkenal ialah penyakit deman berdarah dengue (DBD). Pada DBD ini terjadi penurunan yang tajam dari jumlah trombosit di dalm darah tepi, sehingga penderita tiap saat terancam oleh bahaya pendarahan.
Pada penyakit pembuluh darah, termasuk aterosklerosis, trombosit cenderung mudah beragregasi. Gerombolan trombosit ini akan mengendap dan melekat di suatu tempat, menimbulkan thrombus, yang mengganggu aliran darah ke hilir. Seperti yang telah diuraikan, thrombus ini dapat terlepas menjadi embolus yang dapat menimbulkan akibat parah.
Gangguan pada factor penggumpalan
Semua factor penggumpalan darah adalah protein, kecuali Ca2+. Kelainan yang menyangkut suatu protein, termasuk factor penggumpalan, dapat disebabkan oleh salah sat dari 3 penyebab. Pertama kelainan genetic, kedua kelainan karena kerusakan dari organ yang membuatnya dan yang ketiga, kelainan yang disebabkan oleh adanya masalah pada factor pendukung proses sintesis.
Pada tingkat gen penyakit yang terkenal dengan nama hemofilia. Hemofilia ada 2 jenis yaitu hemofilia A yang meyangkut anak keturunan dari ratu Victoria yang memrintah Inggris Raya disebagian besar abad ke-19 dan hemofilia B yang disebut juga penyakit Christmas dalam penyakit in, kelainan terjadi pada gen penyandi factor chrismas atau factor IX. Gen ini juga terdapat kromosom x dan juga bersifat resesif. Baik hemofilia A dan hemofilia B sama-sama menunjukkan ketidakmampuan darah untuk menggumpal. Penyakit afibrinogenemia juga merupakan genetic otosom, yang dicirikan oleh tidak adanya fibrinogen di dalam darah. Oleh karena penderita tidak mampu mensintesis fibrinogen sendiri, tiap saat ia terancam oleh bahaya pendarahan yang dapat membawa kematian.

3 comments: