4/27/2014

Kelainan Kongenital pada Uterus dan Tuba Fallopi

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alamu terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya.(1)

Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk menegakkan diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin.(1)

B.   Ruang Lingkup Penelitian

            Makala ini akan membahas mengenai definisi dari kelainan kongenital, penyebab, gejala klinis, penanganan, komplikasi, prognosis kelainan kongenital pada uterus dan tuba fallopi.
C.   Tujuan
1.    Tujuan Umum
            Penulis dapat mengetahui mengenai Kelainan kongenital pada uterus dan tuba falopii, penyebab, gejala klinis, penanganan, komplikasi, prognosis kelainan kongenital pada uterus dan tuba fallopi.

2.    Tujuan Khusus
a.    Mampu mengetahui kelainan kongenital pada uterus dan tuba falopii
b.    Mampu mengetahui , penyebab, gejala klinis, penanganan, komplikasi, prognosis kelainan kongenital pada uterus dan tuba fallopi.

D.   Manfaat Penelitian
1.    Manfaat bagi institusi
Menambah informasi, wacana dan referensi tentang kelainan congenital pada uterus dan tuba falopii serta  penyebab, gejala klinis, penanganan, komplikasi, prognosis kelainan kongenital pada uterus dan tuba fallopi.

2.    Manfaat bagi penulis
Dapat mempelajari sedalam mungkin mengenai kelainan congenital pada uterus dan tuba falopii serta penyebab, gejala klinis, penanganan, komplikasi, prognosis kelainan kongenital pada uterus dan tuba fallopi..Selain itu penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dari media elektrik maupun dari buku.



3.    Manfaat bagi pembaca
Menambah ilmu dan gambaran tentang kelainan congenital pada uterus dan tuba falopii serta penyebab, gejala klinis, penanganan, komplikasi, prognosis kelainan kongenital pada uterus dan tuba fallopi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.       Penyebab Kelainan Kongenital pada Uterus dan Tuba Falopii

Perkembangan genitalia janin selalu menjurus kearah alat reproduksi wanita. Lekukan ephitel mesoderm diketemukan Muller, “disebut duktus Muller atau duktus mesonephros”, disebelah lateral dari gonad ridge.(2)

Kelainan Genetalia dibentuk duktus Muller dapat mengalami agenesis, hipoplasia atau atresia. Gonad terus berkembang menjadi ovarium dan pada saat berfungsi mengeluarkan hormone estrogen dan progesterone. Oleh karena itu pertumbuhan tanda seks sekunder tidak ada hubungannya dengan pembentuka alat genitalia interna, karena saat pembentukan alat genitalia interna adalah :
1.    Testis Determining Factor (TDF) atau H – Y antigen
2.    Bila testis determining factor tidak terbentuk pada pertemuan seks kromosom XX, maka arah pertumbuhannya menuju alat genitalia wanita. Hasil tumbuh kembang duktus Muller yang akan  membentuk :
a.    Tuba Fallopii
b.    Uterus
c.    Vagina(2)

Anomali pada organ genitalia perempuan diakibatkan oleh karena terjadinya defek pada proses fusi lateral dan vertikal dari sinus urogenitalis dan duktus muller. Proses fusi (penggabungan duktus Muller kanan dan kiri akan selesai pada usia kehamilan 12 minggu. Sementara itu, proses kanalisasi akan selesai pada usia kehamilan 5 bulan.(3)

Kegagalan fusi vertikal antara duktus Muller dan sinus urogenital akan menyebabkan kelainan gangguan kanalisasi organ genitalia. Selanjutnya, kegagalan untuk melakukan fusi lateral akan menyebabkan terjadinya duplikasi organ.(3)

Terjadinya penyimpangan dalam fusi duktus Mulleri akan memberikan berbagai kelainan uterus. Apabila sama sekali tidak terjadi fusi, maka akan terbentuk dua uterus. Tersering bentuk bikornu maupun adanya septum dalam kavum uteri yang keduanya dikarenakan hanya sebagian dari duktus Mulleri yang mengalami gangguan untuk fusi.(5)

Pada keadaan ini seringkali diikuti dengan terdapatnya dua serviks. Apabila salah satu dari bentuk bikornu yang disertai septum tidak mempunyai saluran melalui serviks uteri, maka akan terjadi penimbunan darah (hematometra). Berbagai keluhan akan timbul pada proses penimbunan ini. Kelainan yang ekstrem yaitu tidak terbentuknya uterus. Kelainan kongenital uterus tersebut akan menyebabkan abortus, kelahiran prematur atau kesulitan melahirkan. Kemandulan dan amenorrhea bisa ditemukan bila uterus tidak terbentuk.(5)

B.   Kelainan-kelainan Kongenital yang Terjadi pada Uterus

1.    Uterus unicornis
Uterus unicornis dikenal juga dengan nama single horned uterus, yaitu uterus yang hanya mempunyai satu "tanduk" sehingga bentuknya seperti pisang.(4)
Sekitar 65% wanita memiliki kelainan uterus unicornis yang mempunyai semacam tanduk kedua lebih kecil.(4)
Terkadang "tanduk" kecil ini berhubungan dengan uterus dan vagina, tetapi yang sering terjadi adalah terisolasi dan tidak berhubungan dengan keduanya.(4)
            

                             Gambar B.1 Uterus unicornis(4)
2.    Uterus didelphis
Uterus didelphis adalah kelainan uterus yang memiliki "dua leher rahim". Sebagian besar kasus ini mempunyai dinding yang memisahkan vagina menjadi dua bagian. Wanita dengan kelainan ini tidak mengalami gejala apapun. (4)
Namun sebagian mengalami sakit ketika haid yang disebabkan karena adanya dinding penyekat yang memisahkan vagina menjadi dua bagian. (4)
   
         
              Gambar B.2.1 Uterus didelphis (4)
             

              Gambar B.2.2 Uterus didelphis(4)
3.    Uterus bikornis
Uterus bikornis adalah kelainan bentuk uterus seperti bentuk hati, mempunyai dinding di bagian dalamnya dan terbagi dua di bagian luarnya. Jika hamil, wanita yang memiliki bentuk rahim ini akan mengalami kelainan letak, yaitu janin sering dalam keadaan melintang atau sungsang.(4)
Namun, wanita yang mempunyai kelainan ini masih mempunyai kesempatan melahirkan anak, walaupun risiko tinggi untuk mengalami inkompetensia serviks keadaan leher rahim yang lemah sehingga mudah terbuka.(4)


                    Gambar B. 3 Uterus bikornis (4)
4.    Uterus Septus
Septate uterus adalah kelainan uterus yang sebagian atau seluruh dindingnya terbelah seolah-olah mempunyai sekat menjadi dua bagian. Padahal bagian luar terlihat normal.(4)
Kelainan ini dapat didiagnosis dengan pemeriksaan dalam, tetapi terkadang tidak diketahui sampai wanita tersebut mengalami gangguan kehamilan seperti sulit hamil atau sering keguguran berulang.(4)

                Gambar B.4 Septate uterus (4)
5.    Uterus Arkuata
Arcuate uterus ini mempunyai rongga uterus tunggal dengan fundus uteri cembung atau flat. Bentuk ini sering dianggap sebagai varian normal karena tidak meningkatkan risiko keguguran dan komplikasi lain.(4)
                              
                                         Gambar B.5 Uterus Arkuata(4)

6.    Kelainan DES
Pejanan in utero terhadap dietilstilbestrol (DES) terjadi pada individu yang lahir pada tahun 1940-1972 yang ibunya diberi estrogen sintetis untuk mencegah keguguran. DES kemudian terbukti menyebabkan kelainan kongenital pada wanita, dan pada derajat yang lebih rendah, juga pada pria.(4)
Kelainan pada wanita yang paling sering adalah bentuk serviks yang abnormal. Serviks ini digambarkan seperti mangkuk, peci, atau hipoplasia. Susunan otot-otot uterus juga mengalami kelainan pada wanita yang terpajan DES seperti rongga uterus berbentuk T pada histerosalpingografi.(4)
DES tampaknya menyebabkan kelainan ini melalui aktivasi yang tidak sesuai pada gen yang tergantung estrogen yang terlibat saat diferensiasi serviks dan sepertiga bagian atas vagina bagian bawah.
Keadaan ini tidak hanya menyebabkan kelainan struktural pada serviks dan uterus, namun juga menyebabkan menetapnya epitel kelenjar serviks pada vagina (adenosis vagina).(4)

             Gambar B.6 Rongga uterus berbentuk T(4)
C.       Kelainan Kongenital pada Tuba Fallopi

Atresia, striktura dan tidak terbentuknya tuba fallopi merupakan kelainan yang sangat jarang ditemukan . Kelainan yang kadang-kadang ditemukan ialah terdapatnya diverticula atau penambahan fimbriae.(3)

Dapat terjadi atresia parsiil tapi lebih sering tuba panjang dan sempit (hypoplasia). pada kelainan genitalia interna sering terdapat juga kelainan sistema uropoetis : aplasi satu ginjal, ureter kembar dan lain-lain.(6)
 BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Kelainan pada uterus dan tuba falopii biasanya disebabkan karena saluran Muller tidak tumbuh atau karena persatuan saluran Muller tidak terjadi.
Kelainan-kelainan kongenital yang terjadi pada uterus adalah uterus unicornis,uterus didelphis, uterus bikornis, uterus septus dan uterus arkuata serta terhadap dietilstilbestrol (DES) yang menyebabkan rongga uterus berbentuk T.

B.       Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makala ini.
Kami sekelompok berharap para pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang membangu kepada kelompok kami demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan penulis khusunya dan pembaca umumnya mengenai kelainan kongenital pada uterus dan tuba fallopi.




2 comments:

  1. artikelnya bagus sekali, dan akan lebih baik lagi jika ditambah daftar pustaka :)

    ReplyDelete
  2. Permisi mau tanya, kalo penyakit yg tidak ada uterus dikarenakan kelainan kongenital (bawaan lahir) itu namanya apa ya?
    Terimakasih

    ReplyDelete