10/18/2013

Makala Kebutuhan Dasar Selama Persalinan

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang

Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan maka akan muncul perasaan takut, khawatir, ataupun cemas terutama pada ibu primipara.Perasaan takut dapat meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang dan ibu menjadi cepat lelah yang pada akhirnya akan menghambat proses persalinan
Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Jika seorang bidan sedang sibuk, maka ia harus memastikan bahwa ada seorang pendukung yang hadir dan membantu wanita yang sedang dalam persalinan.
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap.
Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan bidan. Asuhan kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan yang sayang ibu ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran.

2.     Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dimakala ini adalah
1.      Apa itu persalian ?
2.     Apa-apa saja yang menjadi kebutuhan dasar ibu selama persalinan ?

3.     Tujuan
Tujuan dalam penulisan makala ini agar penulis dapat  mengetahuai dan menjelaskan mengenai Kebutuhan Dasar Ibu Selama Persalinan.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengetian Persalinan

Persalianan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagia ke dunia luar ( Prawirohardjo, 2007)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang  terjadi pada kehamilan yang cukup bulan ( 37-42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu maupun pada janin. ( Wiknjosastro dalam Prawiraharjo, 2005 )

B.     Kebutuhan Dasar Selama Persalinan

Selama proses persalinan, pasien sangat membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar, yang dimaksud dengan kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang sangat penting dan mutlak untuk dipenuhi selama persalinan.
Kebutuhan dasar ibu selama persalinan menurut Lesser dan Kenne meliputi:
1.      Asuhan fisik dan psikologis;
2.     Kehadiran seorang pendamping secara terus-menurus;
4.     Penerimaan atas sikap dan perilakunya; dan
5.     Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan aman.
Adapun  kebutuhan dasar ibu selama persalinan yang akan kita bahas adalah sebagai berikut:
1.      Dukungan fisik dan psikologis;
2.     Kebutuhan cairan dan nutrisi;
3.     Kebutuhan eliminasi;
4.     Posisi dan ambulasi;
5.     Pengurangan rasa nyeri.

1.    Dukungan fisik dan psikologis
Dukungan fisik dan psikologis tidak hanya diberikan oleh bidan, melainkan suami, keluarga, teman, maupun tenaga kesehatan yang lain. Dukungan dapat dimulai sejak awal ibu mengalami kehamilan. Dukungan fisik dan emosional harus sesuai dengan aspek sayang ibu yaitu:
1.      Aman, sesuai evidence based dan menyumbangkan keselamatan jiwa ibu;
2.     Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, serta emosional serta merasa didukung dan didengarkan;
3.     Menghormati praktek budaya, keyakinan agama, ibu/keluarga sebagai pengambil keputusan;
4.     Menggunakan cara pengobatan yang sederhana  sebelum memakai teknologi canggih; dan
5.     Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat dipahami oleh ibu.
Bidan harus mampu memberikan perasaan kehadiran meliputi: mendengarkan dan melakukan observasi, melakukan kontak fisik, bersikap tenang dan bisa menenangkan pasien. Hasil penelitian (Randomized Controlled Trial) membuktikan bahwa dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan dan kelahiran sangat efektif dan memberikan pengaruh apabila dilakukan pendampingan terus-menerus. Adapun pengaruhnya adalah: mengurangi kelahiran dengan tindakan vacum, forceps, dan operasi sesar, mengurangi kejadian APGAR score  bayi kurang dari 7, memperpendek lama persalinan, dan kepuasan ibu semakin besar dalam pengalaman persalinan.
2.    Kebutuhan cairan dan nutrisi;
a.     Makan dan Minum Per Oral
Berdasar hasil penelitian terdahulu bahwa pemberian makanan padat dengan pasien yang memerlukan anestesi tidak disetujui. Motilitas, absorpsi dan sekresi asam lambung menurun. Hal ini dapat menyebabkan makanan dapat tertinggal di lambung sehingga dapat terjadi aspirasi pneumonia. Namun demikian, kebutuhan akan cairan masih diperbolehkan. Selama persalinan, ibu memerlukan minum dan sangat dianjurkan minum minuman yang manis dan berenergi seperti jus.
Sebagian ibu masih berkeinginan untuk makan selama fase laten persalinan, tetapi memasuki fase aktif, hanya ingin minum saja. Pemberian makan dan minum selama persalinan merupakan hal yang tepat, karena memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi (dehidrasi dapat menghambat kontraksi/tidak teratur dan kurang efektif). Oleh karena itu, anjurkan ibu makan dan minum selama persalinan dan kelahiran bayi, anjurkan keluarga selalu menawarkan makanan ringan dan sering minum pada ibu selama persalinan. Namun ibu disarankan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang bisa menimbulkan bau yang menyengat seperti jengkol dan petai.
Makanan yang dianjurkan :
a.     Roti atau roti panggan (rendah serat) yang rendah lemak baik diberi selai ataupun madu.
b.     Sarapan sereal rendah serat dengan rendah susu.
c.     Nasi tim.
d.     Biskuit.
e.     Yogurt rendah lemak.
f.     Buah segar atau buah kaleng.
Minuman yang dianjurkan :
a.     Minuman yogurt rendah lemak.
b.     Es blok.
c.     Jus buah-buahan.
d.     Kaldu jernih.
e.     Diluted squash drinks.
f.     Air mineral.
g.    Cairan olahraga atau cairan isotonic

b.     Akses Intravena
Akses Intravena adalah tindakan pemasangan infuse pada pasien. Kebijakan ini diambil dengan pertimbangan sebagai jalur obat, cairan, atau darah ( untuk mempertahankan keselamatan jiwa sewaktu-waktu terjadi keadaan daruat ) dan untuk mempertahankan suplai cairan bagi pasien.
Beberapa keadaan berikut ini memerlukan pemasangan infussejak awal persalianan antara lain :
1.      Gravida 5 atau lebih
2.     Distensi uterus ( ketegangan uterus ) yang terlalu berlebihan, misalnya pada kondisi gemeli, polihidramnion, atau pada bayi besar.
3.     Induksi oksitosin
4.     Riwayat pendarahan pascapersalinan sebelumnya
5.     Riwayat atau predisposisi lain yang memungkinakan pasien untuk mengalami pendarahan segara setelah melahirkan
6.     Pasien mangalami dehidrasi atau keletihan
7.     Pasien diketahui mengidap penyakit  infeksi yang disebabkan oleh steptococus grup B, sehingga memerlukan terapi antibiotic secara intravena
8.     Suhu pasien lebih dari 38oC pada saat pesalinan
9.     Kondisi obstetric patologis yang mengancam kondisi pasien, misalnya plasenta previa, abrubsio plasenta, pre- eklamsi, dan eklamsi
10.   Anestesi spidural
Larutan intravena yang biasa diberikan kepada pasien adalah D5% atau RL dengan kecepatan 125 ml/ jam. Larutan yang diberikan dapat bervariasi tergantung dari tingkat dehidrasi pasien. Pada dehidrasi berat larutan diberikan 300 ml/jam, selanjutnya aliran diperlambat menjadi 125 ml/jam.
3.    Kebutuhan Eliminasi

*     Buang Air Kecil ( BAK )
Selama proses persalinan, pasien akan mengalami poliuri sehingga penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi dapat terpenuhi. Jika pasien masih berada dalam awal kala I, ambulansi dengan berjalan seperti dengan aktifitas ke toilet akan membantu penurunan kepala janin. Hal ini merupakan keuntungan tersendiri untuk kemajuan persalinannya.
Jika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk BAK sendiri ke toilet, maka tugas bidan atau keluarga terdekat untuk menfasilitasinya –misalnya menggunakan pispot di tempat tidur.
Urine yang tertahan di dalam kandung kemih akan menghambat penurunan kepala janin, maka bidan harus dapat meyakinkan bahwa ia sipa kapan saja untuk membantu BAK karena ini merupakan bagian dari tugasnya dalam rangka membantu persalinan agar berjalan lancar.
*     Buang Air Besar (BAB)
Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketikan merasakan dorongan untuk BAB. Namun rasa khawatir kadang lebih mendominasi dari pada perasaan tidak nyaman, hal ini terjadi Karena pasien tidak tahu mengenai caranya seta khawatir akan respon orang lain terhadap kebutuhannya ini. Dalam kondisi ini penting bagi keluarga serta bidan untuk menunjukkan respon positif dalam hal kesiapan untuk memberikan bantuan dan menyakinkan pasien bahwa ia tidak perlu meras risih atau sungkan untuk melakukannya. Jika upaya ini tidak dilkaukan, maka efek yang dirasakan adalah ia akan merasa rendah diri dan tidak percaya kepada orang lain serta akan mempengaruhi semngatnya untuk menyelesaikan proses persalinannya.
*     Kebersihan Tubuh
Sebagian pasien yang akan menjalani proses persalinan tidak begitu menganggap kebersihan tubuh sebagi suatu kebutuhan, karena ia lebih focus terhadap rasa sakit akibat his terutama pada primipara. Namun bagi sebagian yang lain akan merasa tidak nyaman atau risih jika kondisi tubuhnya kotor dan bau akibat keringat berlebihan selama proses persalinan.
Beberapa upaya yang dapat yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan tubuh pasien antra lain :
1.      Saat tidak ada his, bidan dan perawat dapat mebantu menggantikan baju terutama jika sudah basah dengan keringat. Sarankan pasien untuk menggunkan baju dengan bahan tipis dan menyerap keringat serta kancing depan;
2.     Seka keringat yang membasahi dahi dan wajah pasien menggunkan handuk kecil;
3.     Ganti kain pengalas bokong jika sudah basah oleh darah dan air ketuban.
*     Istirahat
Istirahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat rileks. Di awal persalinan sebaiknya anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup sebagai persiapak untuk menghadapi proses persalinan yang panjang, terutama pada primipara. Jika pasien benar-benar tidak dapat tidur terlelap karena sudah mulai merasakan his, minimal upayakan untuk berbaring di tempat tidur dalam posisi miring ke kiri untuk beberapa waktu.
Posisi ini dikombinasikan dengan aktivitas dalam ambulansi agar penurunan kepala janin dapat lebih maksimal.

4.   Posisi dan Ambulansi
Posisi yang nyaman selama persalinan sangat diperlukan bagi pasien. Selain mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu justru akan membantu proses penurunan kepala janin sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat ( selama tidak ada kontra indikasi dari keadaan pasien ). Beberapa posisi yang dapat diambil antara lain rekumbe lateral (miring), lutut-dada, tangan-lutut, duduk, berdiri, berjalan, dan jongkok.

Posisi diatas dapat membantu rotasi janin dari posisi posterior ke anterior. Setiap posisi yang mengarahkan uterus ke depan membantu gravitasi untuk membawa sisi yang lebih berat pada punggung janin kea rah depan, ke sisi bawah abdomen pasien. Posisinya yang membungkuk ke depan di atas kandungan atau jika sedang berada di tempat tidur, membungkuk ke atsa meja kecil yang biasa dipakai di tempat tidur. Selain itu, posisi ke depan berlawanan dengan individu penopang dalam posisi berdiri juga dapat dilakukan. Jika pasien berada di tempat tidur, posisi rekumben miring ke kiri sangat dianjurkan karena akan membantu putaran rotasi kepala janin yang berada dalam posisi oksipito posterior kiri.
Beberapa situasi pasien yang tidak memungkinkan untuk ambulansi dengan turun dari tempat tidur antara lain :
1.      Ketika ketuban sudah pecah dan taksiran berat janin kecil (kurang dari 2000 gr) serta bukan presentasi kepala. Pada kondisi tersebut akan sanga berbahaya bagi pasien jika turun dari tempat tidur karena akan menyebabkan prolaps tali pusat. Posisi telentang dengan kepala ditinggikan 20-30o juga akan meningkatkan resiko prolaps tali pusat. Posisi rekumben lateral dan posisi lutut-dada merupakan alternatife yang baik untuk keadaan ini.
2.     Ketiaka pasien sedang mendapatkan pengobatan yang dengan obat tersebut membuat pasien pusing dan tidak stabil untuk berdiri.
3.     Selama persalinan kala I yang kemajuannya cepat, kala I akhir multipara, atau kala II pada primipara kecuali jika sudah ada kesepakatan untuk bersalin dalam posisi jongkok atau berdiri.
4.     Pasien yang mengalami komplikasi obstetric seperti abrupsio plasenta, plasenta previa, pre-eklamsi, dan eklamsi.
5.    Pengurangan rasa nyeri.
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengatasi rasa sakit selama persalinan adalah: cara pengurangan rasa sakit sebaiknya sederhana, efektif dan biaya murah. Pendekatan pengurangan rasa sakit menurut Varney’s Midwifery, sebagai berikut:
1.      Adanya seorang yang dapat mendukung dalam persalinan;
2.     Pengaturan posisi;
3.     Relaksasi dan latihan pernafasan;
4.     Istirahat dan privasi;
5.     Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan;
6.     Asuhan diri; dan
7.     Sentuhan
Menurut Penny Simpkin, cara pengurangan sakit dapat dilakukan dengan mengurangi rasa sakit langsung dari sumbernya, memberikan rangsangan alternatif yang kuat dan mengurangi reaksi mental negatif, emosional dan reaksi fisik. Adapun secara umum, teknik pengurangan rasa sakit, meliputi:
1.      Kehadiran pendamping yang terus-menerus, sentuhan yang nyaman dan dorongan dari orang yang mendukung;
2.     Perubahan posisi dan pergerakan;
3.     Sentuhan dan masase;
4.     Counterpressure (mengurangi tegangan pada ligamen sacroiliaca);
5.     Pijatan ganda pada panggul;
6.     Penekanan pada lutut;
7.     Kompres hangat dan dingin;
8.     Berendam;
9.     Pengeluaran suara;
10.   Visualisasi dan pemusatan perhatian; dan
11.    Mendengarkan musik.
C.     Asuhan Sayang Ibu sebagai Kebutuhan Dasar dalam Persalinan

Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta dukungan yang terus-menerus dengan menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan. Sebagai bidan, ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk :
a.     Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran.
b.     Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan
komplikasi selama persalinan dan kelahiran.
c.     Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi.
d.     Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi.
e.     Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko.
f.     Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit.
g.     Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat.
h.     Pemberian ASI sedini mungkin.
Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan bidan. Asuhan kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan yang sayang ibu ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran.
1.      Konsep Asuhan Sayang Ibu
Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes ( Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan ), 2003 adalah sebagai berikut:
a.     Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.
b.     Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan.
c.     Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.
d.     Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.
e.     Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.
2.     Prinsip Umum Sayang Ibu
Prinsip-prinsip sayang ibu adalah sebagai berikut:
a.     Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis,
b.     Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa ada indikasi,
c.     Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu,
d.     Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu,
e.     Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu,
f.     Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional,
g.    Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup,
h.     Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan,
i.      Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama,
j.     Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya selama kehamilan, persalinan dan nifas.,
k.     Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
3.     Asuhan Sayang Ibu Selama Persalinan
Menurut Pusdiknakes (2003), upaya penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan meliputi kegiatan:
a.     Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan.
b.     Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan.
c.     Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga.
d.     Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses persalinan.
e.     Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama proses persalinan.
f.     Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter spesialis apabila terjadi kegawatdaruratan kebidanan.
g.    Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri kepada ibu, serta berusaha memberi rasa nyaman dan aman.
h.     Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik meliputi sarana dan prasarana pertolongan persalinan.
i.      Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses persalinan.
j.     Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan dan mendukung ibu selama proses persalinan dan kelahiran bayi, seperti: memberikan makan dan minum, memijit punggu ibu, membantu mengganti posisi ibu, membimbing relaksasi dan mengingatkan untuk berdoa.
k.     Bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi.
l.      Menghargai privasi ibu dengan menjaga semua kerahasiaan.
m.    Membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi selama persalinan yang nyaman dan aman.
n.     Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi.
o.     Menghargai dan memperbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak merugikan.
p.     Menghindari tindakan yang berlebihan dan membahayakan.
q.     Memberi kesempatan ibu untuk memeluk bayi segera setelah lahir dalam waktu 1  jam setelah persalinan.
r.     Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah
kelahiran bayi dengan membimbing ibu membersihkan payudara, posisi menyusui yang benar dan penyuluhan tentang manfaat ASI.

4.     Asuhan Sayang Ibu Dalam Proses Persalinan
Asuhan sayang ibu membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman selama proses persalinan. Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu (Depkes, 2004). Cara yang paling mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan?” atau “Apakah asuhan seperti ini, yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?”. Asuhan sayang ibu seharusnya diberikan pada tiap kala selama persalinan, misalnya :
a.     Kala I
Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan lengkap. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1)     Memberikan dukungan emosional.
2)     Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya.
3)     Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.
4)    Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara :
*     Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan memuji ibu.
*     Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi.
*     Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut.
*     Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain.
*     Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
5)     Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.
6)    Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi – Memberikan kecukupan energi dan mencegahdehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur dan kurang efektif.
7)    Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan spontan –Kandung kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan dan menghambatturunnya kepala; menyebabkan ibu tidak nyaman; meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan; mengganggu penatalaksanaan distosia bahu; meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.
8)    Pencegahan infeksi – Tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan angka morbiditas dan  mortalitas ibu dan bayi baru lahir.
b.     Kala II
          Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya bayi. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1)     Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami dan anggota keluarga yang lain.
2)     Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain :
*     Membantu ibu untuk berganti posisi.
*     Melakukan rangsangan taktil
*     Memberikan makanan dan minuman.
*     Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik.
*     Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai kelahiran bayinya.
3)     Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran – dengan cara :
*     Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga.
*     Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan.
*     Melakukan pendampingan selamaproses persalinan dan kelahiran.
4)    Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan – dengan cara memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu.
5)     Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran – dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.
6)     Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
7)    Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara :
*     Mengurangi perasaan tegang.
*     Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi.
*     Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong.
*     Menjawab pertanyaan ibu.
*     Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya.
*     Memberitahu hasil pemeriksaan.
8)    Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu.
9)    Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.
c.      Kala III
Kala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1)     Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera.
2)     Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.
3)     Pencegahan infeksi pada kala III.
4)    Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).
5)     Melakukan kolaborasi/ rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.
6)    Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7)    Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.
d.     Kala IV
          Adalah kala dimana 1-2 jam setelah lahirnya plasenta. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1)     Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dalam keadaan normal.
2)     Membantu ibu untuk berkemih.
3)     Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai kontraksi dan melakukan massase uterus.
4)    Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir.
5)     Mengajarkan ibu dan keluarganya ttg tanda-tanda bahaya post partum seperti perdarahan, demam, bau busuk dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalam menyusui bayinya dan terjadi kontraksi hebat.
6)    Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7)    Pendampingan pada ibu selama kala IV
8)    Nutrisi dan dukungan emosional.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

*     Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang  terjadi pada kehamilan yang cukup bulan ( 37-42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu maupun pada janin.
*     Kebutuhan Pasar Selama Persalinan :
1)     Makan dan minum per oral
2)     Akses intravena
3)     Posisi dan ambulasi
4)    Eliminasi selama persalinan (BAK atau BAB)

B.     Saran

Selama proses persalinan, ibu sangat membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar agar proses persalinannya dapat berjalan dengan lancar dan tanpa kendala maka dari itu, sebagai petugas kesehatan kita harus memantau dengan seksama dan memberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu, baik segi emosi / perasaan maupun fisik.

No comments:

Post a Comment