11/28/2013

MAKALAH ENDOMETRIOSIS

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang

Endometriosis disebabkan oleh jaringan endometrium atau selaput lendir rahim bagian dalam yang setiap bulan luruh menjadi darah haid. Darah yang luruh ini seharusnya hanya keluar lewat vagina dan sebagian kecil darah “tumpah“ melalui saluran telur ke dalam rongga abdomen atau rongga perut.Seharusnya tubuh bisa menyerap darah yang luruh ini. Namun beberapa hal seperti faktor genetik dan faktor lingkungan menyebabkan turunnya kemampuan sistem pertahanan tubuh. Sehingga darah tidak diserap secara maksimal.

Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan antara semua operasi pelvic. Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang Negro, dan lebih sering didapatkan pada wanita-wanita dari golongan social-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian ialah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur muda dan yang tidak mempunyai banyak anak. Rupanya fungsi ovarium secara siklis yang terus menerus tanpa diselingi oleh kehamilan, memengang peranan dalam terjadinya endometriosis. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 317)

Endometriosis terjadi pada dua pertiga remaja yang mengalami nyeri yang bermakna saat menstruasi. Remaja merupakan 8% wanita yang menderita endometriosis. Dari remaja-remaja yang menderita endometriosis, 10% nya mengalami obstruksi congenital aliran keluar menstruasi. Gejala-gejala yang paling mengarah ke endometriosis pada kelompok umur ini adalah peningkatan dismenorea yang didapat, nyeri panggul kronis, perubahan usus saat menstruasi dan perdarahan vagina abnormal. Karena itu, pemeriksaan laparoskopi untuk diagnostic harus dipertimbangkan pada remaja yang benar-benar menunjukkan gejala. Pada kasus yang jarang, dapat terjadi endometriosis pascamenopause yang disebabkan oelh penggunaanestrogen eksogen yang tidak teratur. (Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, 2009, Hal  670)

Endometriosis bisa diturunkan dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama (ibu anak perempuan, saudara perempuan). Endometriosis yang berat bisa menyebabkan kemandulan karena menghalangi jalannya sel telur dari ovarium ke rahim. (http://id.wikipedia.org/wiki/Endometriosis)

B.   Ruang Lingkup Penelitian
Makala ini akan membahas mengenai definisi dari endometriosis, gejala endometriosis, tempat terjadinya endometriosis, dan cara pengobatan endometriosis

C.   Tujuan
1.    Tujuan Umun
Masyarakat bisa mengetahui tentang endometriosis, gejala, dan cara pengobatannya.
2.    Tujuan Khusus
a.  Mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan endometriosis
b.  Mampu mengetahui gejala dari endometiosis
c.  Mampu mengetahiu tempat-tempat terjadinya endometiosis pada genetia eksternal wanita
d.  Mampu mengetahui cara pengobatan endometriosis
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Definisi Endometriosis

Endometriosis adalah adanya kelenjar dan stroma endometrium di luar  uterus, paling sering mengenai ovarium atau permukaan peritoneum viseralis yang mengantung. Meskipun jinak, endometriosis bersifat progresif, cenderung kambuh dan dapat mengivansi secara lokal, dapat memiliki banyak fokus yang tersebar luas (jarang), dan dapat terjadi dalam nodus limfe pelvis (30%). (Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, 2009, Hal  666)

Endometriosis adalah satu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di dalam miometrium ataupun di luar uterus.  (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 314)

Endometriosis adalah radang yang terkait dengan hormon estrogen berupa pertumbuhan jaringan endometrium yang disertai perambatan pembuluh darah, hingga menonjol keluar rahim dan menyebabkan pelvic pain. (http://id.wikipedia.org/wiki/Endometriosis)
B.   Gejala Endometriosis

1.    Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid. Dismonorea pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid yang semakin lama semakin menghebat. Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui, tetapi mungkin adanya hubungan dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Nyeri  tidak selalu didapatkan pada endometriosis walaupun kelainan sudah luas, sabaliknya kelainan ringan dapat menimbulkan gejala nyeri yang keras. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 318)
2.    Dispareunia
Dispareunia adalah nyeri ketika melakukan hubungan seksual. (http://id.wikipedia.org/wiki/Endometriosis)
Dispareunia yang merupakan gejala yang sering dijumpai, disebabkan oleh karean adanya endometriosis di kavum Douglasi. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 318)
3.    Nyeri waktu defekasi, khusunya pada waktu
Defekais yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid, disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid. Kadang-kadang bisa terjadi stenosis dari lumen usus besar tersebut. Endometriosis kandung kencing jarang terdapat, gejala-gejalanya ialah gangguan miksi dan hematuria pada waktu haid. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 318)
4.    Polimenorea dan hioermenorea
Polimenorea adalah panjang siklus haid yang memendek dari panjang siklus haid yang klasik, yaitu kurang dari 21 hari per siklusnya, sementara volume pendarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak dari volume pendarahan haid biasa.(H. Hendrik, 2006, Hal 122)
Hipermenorea adalah perdarahan haid yang banyak dan lebih lama dari normal, yaitu 6-7 hari dan ganti pembalut 5-6 kali perhari. (http://yunitadianhusada.blogspot.com/p/hipermenorea.html)
Gangguan haid dan siklusnya dapat terjadi pada endometriosis apabila kelainan pada ovarium demikian luasnya sehingga fungsi ovulasi terganggu. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 318)
5.    Infertilitas
Infertilitas adalah keadaan di mana seseorang tidak dapat hamil secara alami atau tidak dapat menjalani kehamilannya secara utuh. (http://asuh.wikia.com/wiki/Infertilitas)
Tiga puluh sampai empat puluh persen wanita dengan endometriosis menderita infertilitas. Menurut Rubin kemungkinan untuk hamil pada wanita dengan endometriosis ialah kurang lebih separuh wanita biasa. Faktor penting yang menyebabkan infertilitas pada endometriosis ialah apabila mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 318)

C.   Tempat-tempat ditemukannya endometriosis

Pada endometriosis jaringan endometrium ditemukan di luar kavum uteri dan di luar miometrium. Menurut urutan yang tersering endometriosis di temukan ditempat-tempat sebagai berikut :
1.    Ovarium
2.    Peritoneum dan ligamentum sakrouterinum,  kavum Douglasi; dinding belakang uterus, tuba Fallopii, plika vesikounterina, logamentum rotondum dan sigmoid
3.    Septum rektovaginal
4.    Kanalis ingunalis
5.    Apendiks
6.    Umbilicus
7.    Serviks uteri, vagina, kandung kencing, vulva, perineum
8.    Parut laparotomi
9.    Kelenjar limfe
10. Walaupun sangat jarang, endometriosis dapat ditemukan dilengan, paha, pleura, dan perikardium. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 316) 

(gambar tempat-tempat ditemukannya endometriosis)
D.   Penaganan Endometriosis
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, observasi, terapi hormonal, pembedahan dan radiasi.
1.    Pencegahan
Bila disminorea yang berat terjadi pada seorang pasien muda, kemungkinana bermacam-macam tingkat sumbatan pada aliran haid harus dipertimbangkan.kemungkinan munculnya suatu tanduk rahim yang tumpul pada rahimbikornuata atau sebuah sumbatan septum rahim atau vaginal harus diingat.dilatasi serviks untuk memungkinkan pengeluaran darah haid yang lebih mudah pada pasien dengan tingkat disminorea  yang hebat.( Moore, Hacker.2001)
Kemudian, adapula pendapat dari Meigs. Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala- gejala endometriosis memang berkurang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Maka dari itu perkawinan hendaknya jangan ditunda terlalu lama dan diusahakan secepatnya memiliki anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian tidak hanya merupaka profilaksis yang baik untuk endometriosis, melainkan juga mrnghindari terjadinya infertilitas sesudah endometrium timbul. Selain  itu juga jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau kerokan saat haid, karena dapat mengalirkan darah haid dari uterus ke tuba fallopi dan rongga panggul.(Wiknjosastro, hanifa.2007.)     
2.    Observasi
pengobatan ini akan berguna bagi wanita dengan gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang agak berumur, pengawasan ini bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. Dalam masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)
3.    Pengobatan Hormonal
Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan lingkungan hormone rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun  jaringan endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis yang baru karena transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa nyeri karena rangsangan peritoneum.
Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi progesterone yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan endomeetriosis.(Wiknjosastro, hanifa.2007.)    
4.    Pembedahan
Adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak tumbuhnya endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat menentukan apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini , pada wanita yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya pada wanita usia lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak dianjurkan. (Wiknjosastro, hanifa.2007)
5.    Radiasi
pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
1.    Endometriosis adalah radang yang terkait dengan hormon estrogen berupa pertumbuhan jaringan endometrium yang disertai perambatan pembuluh darah, hingga menonjol keluar rahim dan menyebabkan pelvic pain. (http://id.wikipedia.org/wiki/Endometriosis)
2.    Gejala Endometriosis          :
a.    Dismenorea
b.    Dispareunia
c.    Nyeri waktu defekasi, khusunya pada waktu
d.    Polimenorea dan hioermenorea
e.    Infertilitas
3.    Tempat-tempat ditemukannya endometriosis     :
a.    Ovarium
b.    Peritoneum dan ligamentum sakrouterinum,  kavum Douglasi; dinding belakang uterus, tuba Fallopii, plika vesikounterina, logamentum rotondum dan sigmoid
c.    Septum rektovaginal
d.    Kanalis ingunalis
e.    Apendiks
f.     Umbilicus
g.    Serviks uteri, vagina, kandung kencing, vulva, perineum
h.    Parut laparotomi
i.      Kelenjar limfe
j.      Walaupun sangat jarang, endometriosis dapat ditemukan dilengan, paha, pleura, dan perikardium. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 316) 
4.    Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, observasi, terapi hormonal, pembedahan dan radiasi.

B.   Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makala ini.
Kami sekelompok berharap para pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang membangu kepada kelompok kami demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan penulis khusunya dan pembaca umumnya mengenai gangguan system reproduksi khususnya materi tentang endometriosis.
DAFTAR PUSTAKA
Prawiroharjo.Sarwono.Ilmu Kandungan.2005.Jakarta:yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo 315-326
Benzo M.D. Ralp C. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Diterjemahkan oleh :
Dr. Susiani wijaya. Jakarta. Penerbit buku kedokteran ECG.666-670
H. Hendrik, Problem Haid : tinjauan syariat islam dan medis, 2006, Hal 122



No comments:

Post a Comment