10/21/2013

Proses Pembekuan Darah dan Gangguan Pembekuan Darah

Proses Pembekuan Darah
                                
Hemostasis adalah penghentian pendarahan yang terjadi akibat trauma terputusnya integritas pembuluh darah. Terdapat 4 fase hemostasis. Fase pertama adalah konstriksi pembuluh darah yang rusak untuk mengurangi aliran darah distal terhadap luka. Fase kedua terdiri dari pembentukan sumbatan trombosit yang longgar, atau thrombus putih, pada tempat luka bekerja sebagai respon terhadap kolagen pengikat trombosit, yang sebagai respon terhadap kolagen pengikat, mengalami kerusakan struktur interna dan mebebaskan tromboxan dan ADP. Ini merangsang trombosit lain untuk melekat pada trombosit yang terikat pada kolagen, membentuk sumbat trombosit longgar dan sementara. Fase hemostasis ini mengukur dengan menentukan waktu pendarahan. Fase ketiga adalah pembentukan thrombus merah (bekuan darah). Fase keempat adalah disolusi (pelarutan) sebagian atau seluruh bekuan.
Secara skema  mekanisme pembekuan darah dapat digambarkan sebagai berikut :

Trombosit pecah pada saat menyentuh permukaan luka yang kasar akan mengeluarkan enzim trombokinase. Enzim trombokinase menyebabkan perubahab protrombin menjadi trombin. Perubahan tersebut dipercepat oleh ion kalsium. Selanjutnya, thrombin mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin.

Gangguan Pembekuan Darah

            Gangguan pada tingkat pembuluh darah

Dinding pembuluh darah dikelilingi dan dipertahanakn keutuhannya oleh serat-serat protein kalogen. Protein ini mengandung asam amino khas, yaitu OH-prolin (hidroksiprolin). Asam amini ini berasal dari asam aminon prolin. Pembentukan OH-prolin dari prolin ini memerlukan asam askorbat atau vitamin C. kekurangan vitamin C dalam jumlah yang banyak dan jangka waktu yang agak lama akan menyebabkan kerapuahan kapiler. Akibatnya, mudah terjadi pendarahan, bahkan oleh trauma yang ringan sekalipun.
Gangguan pada tingkat trombosit
Trombosit mempunyai peran yang sangat penting dalam penggumpalan darah. Penurunan jumlah trombosit ataupun perubahan sifatnya akan menyebabkana gangguan pada proses penggumpalan darah. Jumlah trombosit dapat berkurang kerana kekurangan pembentukan sel asalnya di sumsum tulang, yaitu megakaryosit. Keadaan ini dinamai sebagai Amegakaryocyte thrombopenia purpura (ATP). Akan tetapi, dapat pula jumlah megakaryosit di dalam sumsum tulang tetap normal, akan tetapi jumlah trombosit darah tepi tetap berkurang. Keadaan ini dinamai sebagai Idiopathic thrombocytopenia purpura (ITP), yang mungkin sekali suatu kelainan otoimun. Beberapa penyakit virus dapat menyebabkan penurunan jumlah trombosit. Diantara penyakit-penyakit tersebut, yang terkenal ialah penyakit deman berdarah dengue (DBD). Pada DBD ini terjadi penurunan yang tajam dari jumlah trombosit di dalm darah tepi, sehingga penderita tiap saat terancam oleh bahaya pendarahan.
Pada penyakit pembuluh darah, termasuk aterosklerosis, trombosit cenderung mudah beragregasi. Gerombolan trombosit ini akan mengendap dan melekat di suatu tempat, menimbulkan thrombus, yang mengganggu aliran darah ke hilir. Seperti yang telah diuraikan, thrombus ini dapat terlepas menjadi embolus yang dapat menimbulkan akibat parah.
Gangguan pada factor penggumpalan
Semua factor penggumpalan darah adalah protein, kecuali Ca2+. Kelainan yang menyangkut suatu protein, termasuk factor penggumpalan, dapat disebabkan oleh salah sat dari 3 penyebab. Pertama kelainan genetic, kedua kelainan karena kerusakan dari organ yang membuatnya dan yang ketiga, kelainan yang disebabkan oleh adanya masalah pada factor pendukung proses sintesis.
Pada tingkat gen penyakit yang terkenal dengan nama hemofilia. Hemofilia ada 2 jenis yaitu hemofilia A yang meyangkut anak keturunan dari ratu Victoria yang memrintah Inggris Raya disebagian besar abad ke-19 dan hemofilia B yang disebut juga penyakit Christmas dalam penyakit in, kelainan terjadi pada gen penyandi factor chrismas atau factor IX. Gen ini juga terdapat kromosom x dan juga bersifat resesif. Baik hemofilia A dan hemofilia B sama-sama menunjukkan ketidakmampuan darah untuk menggumpal. Penyakit afibrinogenemia juga merupakan genetic otosom, yang dicirikan oleh tidak adanya fibrinogen di dalam darah. Oleh karena penderita tidak mampu mensintesis fibrinogen sendiri, tiap saat ia terancam oleh bahaya pendarahan yang dapat membawa kematian.

Pengertian, Sifat, Fungsi, dan Macam-macam Darah

DARAH

Darah adalah salah satu bagian tubuh yang paling mendapat perhatian dan penghargaan yang tinggi. Demikian tinggi penghargaaan tersebut, seringkali dihubungkan dengan berbagai hal yang sebenarnya di luar fungsi darah itu sendiri. Berbagai ungkapan seperti “darah daging”, “pertalian darah” , “tanah tumpah darah” , “darah biru” , “darah muda” , dan “darah mendidih” yang digunakan dalam  percakapan. Hal ini menunjukkan betapa tingginya nilai darah pada pandangan manusia. Di pihak lain, darah juga melambangkan semangat hidup dan kemudaan. Hali ini juga dijimpai tidak hanya sekedar dalam ungkapan, tetapi juga dalam tindakan. Dalam pengobatan lama ada tindakan bekam, yaitu melukai kulit untuk engeluarkan darah yang dianngap “kotor”, dalam usaha mengobatan penyakit. Bahkan dalam praktinya, di abad pertengahan masehi orang sudah melakukan transfuse darah untuk tujuan “mempermuda”(rejuvenilisasi) tubuh.
A.     Pengertian Darah

Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transport berbagai bahan serta fungsi homeostatis.

B.      Sifat Darah

Darah adalah suatu cairan yang kental dan berwarna merah. Kedua sifat utama ini, yaitu merah dan kental, membedakan darah dari cairan tubuh yang lain. Kekentalan ini disebabkann oleh banyaknya senyawa dengan berbagai macam berat molekul, dari yang kecil sampai yang besar seperti protein, yang terlarut dalam darah. Warna merah, yang memberi ciri yang sangat khas bagi darah, disebabkan oleh adanya senyawa yang berwarna merah dalam sel-sel darah merah yang tersuspensi dalam darah.

C.      Fungsi Darah

1.         Respirasi-transpor oksigen dari paru-paru ke jarinagn dan COdari jaringan ke paru-paru
2.        Nutrisi- transpor zat-zat makanan yang diabsorpsi
3.        Ekskresi- transport sisa metabolism ke ginjal, paru-paru, kulit dan usus untuk dibuang
4.        Pemeliharaan keseimbangan asam basa di dalam tubuh
5.        Pengaturan keseimbanag air melalui efek darah terhadap pertukaran air antara cairan yang beredar dan cairan jaringan
6.        Pengatur suhu tubuh dengan penyebaran panas tubuh
7.        Pertahanan terhadap infeksi oleh sel darah putih dan antibodi yang beredar
8.        Transport hormone, pengaturan metabolism
9.        Transport metabolit

D.      Macam-macam Sel Darah

Apabila setetes darah diletakkan di atas kaca objek yang bersih dan kering kemudian dibuat sedinan hapus yang bersih dan diwarnai dengan pewarnaan May Griinwald-Giemsa (MGG), secara garis besar akan tampak sel-sel yang dapat dibagi dalam 3 kelompok besar :

1.       Sel Darah Merah


Sel darah merah (SDM) atau eritrosit adalah sel darah yang terbanyak didalam darah. Karena sel ini mengandung senyawa yang berwarna, yaitu hemoglobin, maka dengan sendirinya darah berwarna merah.
Hemoglobin adalah suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai daya ikat terhadap oksigen dan karbondiogsida. Dalam menjalankan fungsinya membawa oksigen ke seluruh tubuh, hemoglobin di dalam SDM mengikat oksigen melalui suatu ikantan kimia khusus. Reaksi yang membantuk ikatan antara hemoglobin dan oksigen tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
                              Hb       +         O2              HbO2

Hemoglobin yang tidak atau belum mengikat oksigen disebut sebagai deoksihemoglobin atau deoksiHb dan umumnya ditulis Hb saja. Hemoglobin yang mengikat oksigen disebut oksihemoglobin atau HbO2. Seperti yang tampak pada persamaan reaksi tersebut, reaksi ini dapat berlangsung dalam 2 arah. Meskipun demikian, reaksi yang berlangsung dalam arah ke kanan, yang merupakan reaksi penggabungan atau asosiasi terjadi didalam alveolud paru-paru, tempat berlangsungnya pertukaran udara antara tubuh dengan lingkungan. Sebaliknya, reaksi yang merupakan suatu reaksi penguraian atau disosiasi, terutama terjadi di dalam berbagai jaringan. Dengan demikian, dapat juga dikatakan bahwa hemoglobin dalam SDM mengikat oksigen di paru-paru dan melepaskan di jaringan, untuk diserahkan dan digunakan oleh sel-sel.
Fungsi lain dari sel darah merah ialah mengikat dan mempermudah tranportasi gas CO2. Di dalam paru-paru terjadilah pertukaran gas dengan lingkungan : oksigen diambil dari lingkunagan dan CO dikeluarkan ke lingkungan. Hanya sebagian saja dari CO2 yang berikatan langsung dengan molekul Hb melalui ikaan karbamino, berupa HbCO2. Sebagian yang lebih besar dari CO ini malahan diangkut sebagai bentuk terlarut dalam plasma. Akan tetapi berbeda dengan oksigen, CO2 tersebut tidaklah larut secara fisik dalam bentuk senyawa tersebut, akan tetapi sebagai bikarbonat (HCO3),  yang pembentuknya sangat memerlukan sel darah merah. Di dalam sel darah merah terdapat enzim anhidrase karbonat yang mengkatalisis reaksi berikut :
CO2          + H2O                 H2CO3                              H+  +   HCO3-
                              Asam karbonat                        ion bikarbonat

Ciri-ciri sel darah merah, antara lain bentuknya melingkar, pipih, dan cakram bikonkaf, sel yang telah matang tidak mempunyai nucleus, berdiameter kurang dari 0,01 mm dan elastis.

2.    Sel Darah Putih
     
Sel darah putih atau leukosit adalah sel lain yang terdapat di dalam darah. Yang berperan dalam mempertahankan tubuh terhadap penyusupan benda asing yang selalu dipandang mempunyai kemungkinan untuk mendatangkan bahaya bagi kelangsungan hidup individu selain itu, sel darah putih berfungsi sebagai pengangkut zat lemak.
Sel darah putih mempunyai ciri-ciri, antara lain tidak berwarna, mempunyai nucleus, kehilangan Hb, bentuknya tidak beraturan, dapat bergerak, dan dapat berubah bentuk.
Sel darah putih dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu granulosit dan agranulosit. Sebenarnya kedua jenis sel darah putih ini jelas terlihat pada granulosit. Granula mengandung beragam enzim dan protein yang membantu sel darah putih dalam melindungi tubuh.
Granulosit mempunyai nucleus yang banyak dan bersifat fagosit. Macam-macam granulosit, antara lain :
a.    Neutrofil : 

Jenis sel darah putih terbanyak. Bentuk nukleusnya beragam, misalnya batang, bengkok, atau bercabang-cabang. Neutrofil menjadi sel darah putih yang pertama merespon adanya infeksi dan sel-sel tersebut menelan patogen selama fagositosis.

b.    Basofil    : 

Berbentuk U dan berbintik-bintik. Basofil melepaskan histamin pada saat terjadi reaksi alergi.
c.     Eosinofil  :

Berbintik-bintik kemerahan. Meningkat apabila terjadi infeksi atau reaksi alergi.
Agranulsit hanya mempunyai sebuah  nucleus dan tidak seluruhnya bersifat fagosit. Macam-macam agranulosit, antara lain :
a.    Monosit   :       
     
Jenis sel darah putih terbesar, bersifat fagosit, nukleusnya berbentuk seperti kacang, dan dapat bergerak cepat. Monosit yang berada pada suatu jaringan dapat berdiferensiasi menjadi makrofag yang berukuran lebih besar. Makrofag berfungsi untuk memfagosit patogen, sel using, dan puing-puing seluler dan dapat merangsang sel-sel darah putih yang lain untuk melindungi tubuh.

b.    Limfosit  : 

     Jenis sel darah putih yang tidak bersifat fagosit, selnya cenderung  berbentuk lingkaran, berinti tunggal, dan hanya memperhatikan sedikit pergerakan. Fungsi limfosit untuk imunitas (kekebalan) terhadap patogen dan toksin tertentu. Ada dua macam limfosit yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit B melindungi kita dengan memproduksi antibody yang akan menghancurkan patogen, sedangkan limfosit T secara langsung menghancurkan sel-sel yang mengandung antigen.
3.    Keping Darah

Keeping darah disebut juga trombosit. Sebenarnay, trombosit tidak dapat dipandang sebagai sel utuh karena berasal dari sel raksasa yang berada di sumsung tulang, yang dinamakan megakariosit. Dalam pematangannya, megakariosit ini pecah menjadi 3000 sampai 4000 serpihan sel, yang dinamai sebagai trombosit atau keeping sel (platelet) tersebut. Trombosit mempunyai bentuk bicembung dengan garis 0,75-2,25 mm. Dengan sendirinya trombosit ini tidak mempunyai inti. Akan tetapi keeping sel ini masih dapat melakukan sintesis protein.
Selain itu, trombosit masih mempunyai mitokondria, butir glikogen yang mungkin berfungsib sebagai cadangan energy dan 2 jenis granula, yaitu granula- dan granula yang lebih padat. Granula- berisi enzim-enzim hidrolase asam yang mengigatkan kita kepada lisosom. Granula lebih padat antara lainberisi factor penggumpalan tertentu (factor V), factor pertumbuhan dan beberapa jenis glikoprotein, antara lain fibronektin.

Trombosit berfungsi penting dalam usaha tubuh untuk mempertahankan keutuhan jaringan bila terluka, sehingga tubuh tidak mengalami kehilangan darah dan terlindung dari penyusupan benda atau sel asing dan untuk melakukan agregasi.

10/18/2013

Makala Kebutuhan Dasar Selama Persalinan

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang

Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan maka akan muncul perasaan takut, khawatir, ataupun cemas terutama pada ibu primipara.Perasaan takut dapat meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang dan ibu menjadi cepat lelah yang pada akhirnya akan menghambat proses persalinan
Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Jika seorang bidan sedang sibuk, maka ia harus memastikan bahwa ada seorang pendukung yang hadir dan membantu wanita yang sedang dalam persalinan.
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap.
Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan bidan. Asuhan kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan yang sayang ibu ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran.

2.     Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dimakala ini adalah
1.      Apa itu persalian ?
2.     Apa-apa saja yang menjadi kebutuhan dasar ibu selama persalinan ?

3.     Tujuan
Tujuan dalam penulisan makala ini agar penulis dapat  mengetahuai dan menjelaskan mengenai Kebutuhan Dasar Ibu Selama Persalinan.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengetian Persalinan

Persalianan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagia ke dunia luar ( Prawirohardjo, 2007)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang  terjadi pada kehamilan yang cukup bulan ( 37-42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu maupun pada janin. ( Wiknjosastro dalam Prawiraharjo, 2005 )

B.     Kebutuhan Dasar Selama Persalinan

Selama proses persalinan, pasien sangat membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar, yang dimaksud dengan kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang sangat penting dan mutlak untuk dipenuhi selama persalinan.
Kebutuhan dasar ibu selama persalinan menurut Lesser dan Kenne meliputi:
1.      Asuhan fisik dan psikologis;
2.     Kehadiran seorang pendamping secara terus-menurus;
4.     Penerimaan atas sikap dan perilakunya; dan
5.     Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan aman.
Adapun  kebutuhan dasar ibu selama persalinan yang akan kita bahas adalah sebagai berikut:
1.      Dukungan fisik dan psikologis;
2.     Kebutuhan cairan dan nutrisi;
3.     Kebutuhan eliminasi;
4.     Posisi dan ambulasi;
5.     Pengurangan rasa nyeri.

1.    Dukungan fisik dan psikologis
Dukungan fisik dan psikologis tidak hanya diberikan oleh bidan, melainkan suami, keluarga, teman, maupun tenaga kesehatan yang lain. Dukungan dapat dimulai sejak awal ibu mengalami kehamilan. Dukungan fisik dan emosional harus sesuai dengan aspek sayang ibu yaitu:
1.      Aman, sesuai evidence based dan menyumbangkan keselamatan jiwa ibu;
2.     Memungkinkan ibu merasa nyaman, aman, serta emosional serta merasa didukung dan didengarkan;
3.     Menghormati praktek budaya, keyakinan agama, ibu/keluarga sebagai pengambil keputusan;
4.     Menggunakan cara pengobatan yang sederhana  sebelum memakai teknologi canggih; dan
5.     Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat dipahami oleh ibu.
Bidan harus mampu memberikan perasaan kehadiran meliputi: mendengarkan dan melakukan observasi, melakukan kontak fisik, bersikap tenang dan bisa menenangkan pasien. Hasil penelitian (Randomized Controlled Trial) membuktikan bahwa dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan dan kelahiran sangat efektif dan memberikan pengaruh apabila dilakukan pendampingan terus-menerus. Adapun pengaruhnya adalah: mengurangi kelahiran dengan tindakan vacum, forceps, dan operasi sesar, mengurangi kejadian APGAR score  bayi kurang dari 7, memperpendek lama persalinan, dan kepuasan ibu semakin besar dalam pengalaman persalinan.
2.    Kebutuhan cairan dan nutrisi;
a.     Makan dan Minum Per Oral
Berdasar hasil penelitian terdahulu bahwa pemberian makanan padat dengan pasien yang memerlukan anestesi tidak disetujui. Motilitas, absorpsi dan sekresi asam lambung menurun. Hal ini dapat menyebabkan makanan dapat tertinggal di lambung sehingga dapat terjadi aspirasi pneumonia. Namun demikian, kebutuhan akan cairan masih diperbolehkan. Selama persalinan, ibu memerlukan minum dan sangat dianjurkan minum minuman yang manis dan berenergi seperti jus.
Sebagian ibu masih berkeinginan untuk makan selama fase laten persalinan, tetapi memasuki fase aktif, hanya ingin minum saja. Pemberian makan dan minum selama persalinan merupakan hal yang tepat, karena memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi (dehidrasi dapat menghambat kontraksi/tidak teratur dan kurang efektif). Oleh karena itu, anjurkan ibu makan dan minum selama persalinan dan kelahiran bayi, anjurkan keluarga selalu menawarkan makanan ringan dan sering minum pada ibu selama persalinan. Namun ibu disarankan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang bisa menimbulkan bau yang menyengat seperti jengkol dan petai.
Makanan yang dianjurkan :
a.     Roti atau roti panggan (rendah serat) yang rendah lemak baik diberi selai ataupun madu.
b.     Sarapan sereal rendah serat dengan rendah susu.
c.     Nasi tim.
d.     Biskuit.
e.     Yogurt rendah lemak.
f.     Buah segar atau buah kaleng.
Minuman yang dianjurkan :
a.     Minuman yogurt rendah lemak.
b.     Es blok.
c.     Jus buah-buahan.
d.     Kaldu jernih.
e.     Diluted squash drinks.
f.     Air mineral.
g.    Cairan olahraga atau cairan isotonic

b.     Akses Intravena
Akses Intravena adalah tindakan pemasangan infuse pada pasien. Kebijakan ini diambil dengan pertimbangan sebagai jalur obat, cairan, atau darah ( untuk mempertahankan keselamatan jiwa sewaktu-waktu terjadi keadaan daruat ) dan untuk mempertahankan suplai cairan bagi pasien.
Beberapa keadaan berikut ini memerlukan pemasangan infussejak awal persalianan antara lain :
1.      Gravida 5 atau lebih
2.     Distensi uterus ( ketegangan uterus ) yang terlalu berlebihan, misalnya pada kondisi gemeli, polihidramnion, atau pada bayi besar.
3.     Induksi oksitosin
4.     Riwayat pendarahan pascapersalinan sebelumnya
5.     Riwayat atau predisposisi lain yang memungkinakan pasien untuk mengalami pendarahan segara setelah melahirkan
6.     Pasien mangalami dehidrasi atau keletihan
7.     Pasien diketahui mengidap penyakit  infeksi yang disebabkan oleh steptococus grup B, sehingga memerlukan terapi antibiotic secara intravena
8.     Suhu pasien lebih dari 38oC pada saat pesalinan
9.     Kondisi obstetric patologis yang mengancam kondisi pasien, misalnya plasenta previa, abrubsio plasenta, pre- eklamsi, dan eklamsi
10.   Anestesi spidural
Larutan intravena yang biasa diberikan kepada pasien adalah D5% atau RL dengan kecepatan 125 ml/ jam. Larutan yang diberikan dapat bervariasi tergantung dari tingkat dehidrasi pasien. Pada dehidrasi berat larutan diberikan 300 ml/jam, selanjutnya aliran diperlambat menjadi 125 ml/jam.
3.    Kebutuhan Eliminasi

*     Buang Air Kecil ( BAK )
Selama proses persalinan, pasien akan mengalami poliuri sehingga penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi dapat terpenuhi. Jika pasien masih berada dalam awal kala I, ambulansi dengan berjalan seperti dengan aktifitas ke toilet akan membantu penurunan kepala janin. Hal ini merupakan keuntungan tersendiri untuk kemajuan persalinannya.
Jika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk BAK sendiri ke toilet, maka tugas bidan atau keluarga terdekat untuk menfasilitasinya –misalnya menggunakan pispot di tempat tidur.
Urine yang tertahan di dalam kandung kemih akan menghambat penurunan kepala janin, maka bidan harus dapat meyakinkan bahwa ia sipa kapan saja untuk membantu BAK karena ini merupakan bagian dari tugasnya dalam rangka membantu persalinan agar berjalan lancar.
*     Buang Air Besar (BAB)
Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketikan merasakan dorongan untuk BAB. Namun rasa khawatir kadang lebih mendominasi dari pada perasaan tidak nyaman, hal ini terjadi Karena pasien tidak tahu mengenai caranya seta khawatir akan respon orang lain terhadap kebutuhannya ini. Dalam kondisi ini penting bagi keluarga serta bidan untuk menunjukkan respon positif dalam hal kesiapan untuk memberikan bantuan dan menyakinkan pasien bahwa ia tidak perlu meras risih atau sungkan untuk melakukannya. Jika upaya ini tidak dilkaukan, maka efek yang dirasakan adalah ia akan merasa rendah diri dan tidak percaya kepada orang lain serta akan mempengaruhi semngatnya untuk menyelesaikan proses persalinannya.
*     Kebersihan Tubuh
Sebagian pasien yang akan menjalani proses persalinan tidak begitu menganggap kebersihan tubuh sebagi suatu kebutuhan, karena ia lebih focus terhadap rasa sakit akibat his terutama pada primipara. Namun bagi sebagian yang lain akan merasa tidak nyaman atau risih jika kondisi tubuhnya kotor dan bau akibat keringat berlebihan selama proses persalinan.
Beberapa upaya yang dapat yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan tubuh pasien antra lain :
1.      Saat tidak ada his, bidan dan perawat dapat mebantu menggantikan baju terutama jika sudah basah dengan keringat. Sarankan pasien untuk menggunkan baju dengan bahan tipis dan menyerap keringat serta kancing depan;
2.     Seka keringat yang membasahi dahi dan wajah pasien menggunkan handuk kecil;
3.     Ganti kain pengalas bokong jika sudah basah oleh darah dan air ketuban.
*     Istirahat
Istirahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat rileks. Di awal persalinan sebaiknya anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup sebagai persiapak untuk menghadapi proses persalinan yang panjang, terutama pada primipara. Jika pasien benar-benar tidak dapat tidur terlelap karena sudah mulai merasakan his, minimal upayakan untuk berbaring di tempat tidur dalam posisi miring ke kiri untuk beberapa waktu.
Posisi ini dikombinasikan dengan aktivitas dalam ambulansi agar penurunan kepala janin dapat lebih maksimal.

4.   Posisi dan Ambulansi
Posisi yang nyaman selama persalinan sangat diperlukan bagi pasien. Selain mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu justru akan membantu proses penurunan kepala janin sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat ( selama tidak ada kontra indikasi dari keadaan pasien ). Beberapa posisi yang dapat diambil antara lain rekumbe lateral (miring), lutut-dada, tangan-lutut, duduk, berdiri, berjalan, dan jongkok.

Posisi diatas dapat membantu rotasi janin dari posisi posterior ke anterior. Setiap posisi yang mengarahkan uterus ke depan membantu gravitasi untuk membawa sisi yang lebih berat pada punggung janin kea rah depan, ke sisi bawah abdomen pasien. Posisinya yang membungkuk ke depan di atas kandungan atau jika sedang berada di tempat tidur, membungkuk ke atsa meja kecil yang biasa dipakai di tempat tidur. Selain itu, posisi ke depan berlawanan dengan individu penopang dalam posisi berdiri juga dapat dilakukan. Jika pasien berada di tempat tidur, posisi rekumben miring ke kiri sangat dianjurkan karena akan membantu putaran rotasi kepala janin yang berada dalam posisi oksipito posterior kiri.
Beberapa situasi pasien yang tidak memungkinkan untuk ambulansi dengan turun dari tempat tidur antara lain :
1.      Ketika ketuban sudah pecah dan taksiran berat janin kecil (kurang dari 2000 gr) serta bukan presentasi kepala. Pada kondisi tersebut akan sanga berbahaya bagi pasien jika turun dari tempat tidur karena akan menyebabkan prolaps tali pusat. Posisi telentang dengan kepala ditinggikan 20-30o juga akan meningkatkan resiko prolaps tali pusat. Posisi rekumben lateral dan posisi lutut-dada merupakan alternatife yang baik untuk keadaan ini.
2.     Ketiaka pasien sedang mendapatkan pengobatan yang dengan obat tersebut membuat pasien pusing dan tidak stabil untuk berdiri.
3.     Selama persalinan kala I yang kemajuannya cepat, kala I akhir multipara, atau kala II pada primipara kecuali jika sudah ada kesepakatan untuk bersalin dalam posisi jongkok atau berdiri.
4.     Pasien yang mengalami komplikasi obstetric seperti abrupsio plasenta, plasenta previa, pre-eklamsi, dan eklamsi.
5.    Pengurangan rasa nyeri.
Hal yang perlu diperhatikan dalam mengatasi rasa sakit selama persalinan adalah: cara pengurangan rasa sakit sebaiknya sederhana, efektif dan biaya murah. Pendekatan pengurangan rasa sakit menurut Varney’s Midwifery, sebagai berikut:
1.      Adanya seorang yang dapat mendukung dalam persalinan;
2.     Pengaturan posisi;
3.     Relaksasi dan latihan pernafasan;
4.     Istirahat dan privasi;
5.     Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan;
6.     Asuhan diri; dan
7.     Sentuhan
Menurut Penny Simpkin, cara pengurangan sakit dapat dilakukan dengan mengurangi rasa sakit langsung dari sumbernya, memberikan rangsangan alternatif yang kuat dan mengurangi reaksi mental negatif, emosional dan reaksi fisik. Adapun secara umum, teknik pengurangan rasa sakit, meliputi:
1.      Kehadiran pendamping yang terus-menerus, sentuhan yang nyaman dan dorongan dari orang yang mendukung;
2.     Perubahan posisi dan pergerakan;
3.     Sentuhan dan masase;
4.     Counterpressure (mengurangi tegangan pada ligamen sacroiliaca);
5.     Pijatan ganda pada panggul;
6.     Penekanan pada lutut;
7.     Kompres hangat dan dingin;
8.     Berendam;
9.     Pengeluaran suara;
10.   Visualisasi dan pemusatan perhatian; dan
11.    Mendengarkan musik.
C.     Asuhan Sayang Ibu sebagai Kebutuhan Dasar dalam Persalinan

Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta dukungan yang terus-menerus dengan menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan. Sebagai bidan, ibu akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk :
a.     Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran.
b.     Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan
komplikasi selama persalinan dan kelahiran.
c.     Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi.
d.     Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi.
e.     Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko.
f.     Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit.
g.     Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat.
h.     Pemberian ASI sedini mungkin.
Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan bidan. Asuhan kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan yang sayang ibu ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran.
1.      Konsep Asuhan Sayang Ibu
Konsep asuhan sayang ibu menurut Pusdiknakes ( Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan ), 2003 adalah sebagai berikut:
a.     Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.
b.     Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan.
c.     Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.
d.     Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.
e.     Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberitahu tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.
2.     Prinsip Umum Sayang Ibu
Prinsip-prinsip sayang ibu adalah sebagai berikut:
a.     Memahami bahwa kelahiran merupakan proses alami dan fisiologis,
b.     Menggunakan cara-cara yang sederhana dan tidak melakukan intervensi tanpa ada indikasi,
c.     Memberikan rasa aman, berdasarkan fakta dan memberi kontribusi pada keselamatan jiwa ibu,
d.     Asuhan yang diberikan berpusat pada ibu,
e.     Menjaga privasi serta kerahasiaan ibu,
f.     Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional,
g.    Memastikan ibu mendapat informasi, penjelasan dan konseling yang cukup,
h.     Mendukung ibu dan keluarga untuk berperan aktif dalam pengambilan keputusan,
i.      Menghormati praktek-praktek adat dan keyakinan agama,
j.     Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan sosial ibu/ keluarganya selama kehamilan, persalinan dan nifas.,
k.     Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
3.     Asuhan Sayang Ibu Selama Persalinan
Menurut Pusdiknakes (2003), upaya penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan meliputi kegiatan:
a.     Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan.
b.     Meminta ijin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan.
c.     Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga.
d.     Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses persalinan.
e.     Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama proses persalinan.
f.     Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter spesialis apabila terjadi kegawatdaruratan kebidanan.
g.    Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri kepada ibu, serta berusaha memberi rasa nyaman dan aman.
h.     Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik meliputi sarana dan prasarana pertolongan persalinan.
i.      Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses persalinan.
j.     Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan dan mendukung ibu selama proses persalinan dan kelahiran bayi, seperti: memberikan makan dan minum, memijit punggu ibu, membantu mengganti posisi ibu, membimbing relaksasi dan mengingatkan untuk berdoa.
k.     Bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi.
l.      Menghargai privasi ibu dengan menjaga semua kerahasiaan.
m.    Membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi selama persalinan yang nyaman dan aman.
n.     Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi.
o.     Menghargai dan memperbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak merugikan.
p.     Menghindari tindakan yang berlebihan dan membahayakan.
q.     Memberi kesempatan ibu untuk memeluk bayi segera setelah lahir dalam waktu 1  jam setelah persalinan.
r.     Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah
kelahiran bayi dengan membimbing ibu membersihkan payudara, posisi menyusui yang benar dan penyuluhan tentang manfaat ASI.

4.     Asuhan Sayang Ibu Dalam Proses Persalinan
Asuhan sayang ibu membantu ibu dan keluarganya untuk merasa aman dan nyaman selama proses persalinan. Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu (Depkes, 2004). Cara yang paling mudah untuk membayangkan asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan?” atau “Apakah asuhan seperti ini, yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?”. Asuhan sayang ibu seharusnya diberikan pada tiap kala selama persalinan, misalnya :
a.     Kala I
Kala I adalah suatu kala dimana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan lengkap. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1)     Memberikan dukungan emosional.
2)     Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya.
3)     Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.
4)    Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara :
*     Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan memuji ibu.
*     Membantu ibu bernafas dengan benar saat kontraksi.
*     Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut.
*     Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain.
*     Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
5)     Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.
6)    Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi – Memberikan kecukupan energi dan mencegahdehidrasi. Oleh karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur dan kurang efektif.
7)    Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan spontan –Kandung kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan dan menghambatturunnya kepala; menyebabkan ibu tidak nyaman; meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan; mengganggu penatalaksanaan distosia bahu; meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan.
8)    Pencegahan infeksi – Tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan angka morbiditas dan  mortalitas ibu dan bayi baru lahir.
b.     Kala II
          Kala II adalah kala dimana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya bayi. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1)     Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami dan anggota keluarga yang lain.
2)     Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain :
*     Membantu ibu untuk berganti posisi.
*     Melakukan rangsangan taktil
*     Memberikan makanan dan minuman.
*     Menjadi teman bicara/ pendengar yang baik.
*     Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai kelahiran bayinya.
3)     Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran – dengan cara :
*     Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga.
*     Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan.
*     Melakukan pendampingan selamaproses persalinan dan kelahiran.
4)    Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan – dengan cara memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu.
5)     Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan umtuk meneran – dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.
6)     Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.
7)    Memberika rasa aman dan nyaman dengan cara :
*     Mengurangi perasaan tegang.
*     Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi.
*     Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong.
*     Menjawab pertanyaan ibu.
*     Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya.
*     Memberitahu hasil pemeriksaan.
8)    Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu.
9)    Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.
c.      Kala III
Kala III adalah kala dimana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1)     Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera.
2)     Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.
3)     Pencegahan infeksi pada kala III.
4)    Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).
5)     Melakukan kolaborasi/ rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.
6)    Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7)    Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.
d.     Kala IV
          Adalah kala dimana 1-2 jam setelah lahirnya plasenta. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :
1)     Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dalam keadaan normal.
2)     Membantu ibu untuk berkemih.
3)     Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai kontraksi dan melakukan massase uterus.
4)    Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir.
5)     Mengajarkan ibu dan keluarganya ttg tanda-tanda bahaya post partum seperti perdarahan, demam, bau busuk dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalam menyusui bayinya dan terjadi kontraksi hebat.
6)    Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.
7)    Pendampingan pada ibu selama kala IV
8)    Nutrisi dan dukungan emosional.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

*     Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang  terjadi pada kehamilan yang cukup bulan ( 37-42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu maupun pada janin.
*     Kebutuhan Pasar Selama Persalinan :
1)     Makan dan minum per oral
2)     Akses intravena
3)     Posisi dan ambulasi
4)    Eliminasi selama persalinan (BAK atau BAB)

B.     Saran

Selama proses persalinan, ibu sangat membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar agar proses persalinannya dapat berjalan dengan lancar dan tanpa kendala maka dari itu, sebagai petugas kesehatan kita harus memantau dengan seksama dan memberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu, baik segi emosi / perasaan maupun fisik.