11/28/2013

MAKALAH ENDOMETRIOSIS

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang

Endometriosis disebabkan oleh jaringan endometrium atau selaput lendir rahim bagian dalam yang setiap bulan luruh menjadi darah haid. Darah yang luruh ini seharusnya hanya keluar lewat vagina dan sebagian kecil darah “tumpah“ melalui saluran telur ke dalam rongga abdomen atau rongga perut.Seharusnya tubuh bisa menyerap darah yang luruh ini. Namun beberapa hal seperti faktor genetik dan faktor lingkungan menyebabkan turunnya kemampuan sistem pertahanan tubuh. Sehingga darah tidak diserap secara maksimal.

Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan antara semua operasi pelvic. Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang Negro, dan lebih sering didapatkan pada wanita-wanita dari golongan social-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian ialah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur muda dan yang tidak mempunyai banyak anak. Rupanya fungsi ovarium secara siklis yang terus menerus tanpa diselingi oleh kehamilan, memengang peranan dalam terjadinya endometriosis. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 317)

Endometriosis terjadi pada dua pertiga remaja yang mengalami nyeri yang bermakna saat menstruasi. Remaja merupakan 8% wanita yang menderita endometriosis. Dari remaja-remaja yang menderita endometriosis, 10% nya mengalami obstruksi congenital aliran keluar menstruasi. Gejala-gejala yang paling mengarah ke endometriosis pada kelompok umur ini adalah peningkatan dismenorea yang didapat, nyeri panggul kronis, perubahan usus saat menstruasi dan perdarahan vagina abnormal. Karena itu, pemeriksaan laparoskopi untuk diagnostic harus dipertimbangkan pada remaja yang benar-benar menunjukkan gejala. Pada kasus yang jarang, dapat terjadi endometriosis pascamenopause yang disebabkan oelh penggunaanestrogen eksogen yang tidak teratur. (Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, 2009, Hal  670)

Endometriosis bisa diturunkan dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama (ibu anak perempuan, saudara perempuan). Endometriosis yang berat bisa menyebabkan kemandulan karena menghalangi jalannya sel telur dari ovarium ke rahim. (http://id.wikipedia.org/wiki/Endometriosis)

B.   Ruang Lingkup Penelitian
Makala ini akan membahas mengenai definisi dari endometriosis, gejala endometriosis, tempat terjadinya endometriosis, dan cara pengobatan endometriosis

C.   Tujuan
1.    Tujuan Umun
Masyarakat bisa mengetahui tentang endometriosis, gejala, dan cara pengobatannya.
2.    Tujuan Khusus
a.  Mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan endometriosis
b.  Mampu mengetahui gejala dari endometiosis
c.  Mampu mengetahiu tempat-tempat terjadinya endometiosis pada genetia eksternal wanita
d.  Mampu mengetahui cara pengobatan endometriosis
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Definisi Endometriosis

Endometriosis adalah adanya kelenjar dan stroma endometrium di luar  uterus, paling sering mengenai ovarium atau permukaan peritoneum viseralis yang mengantung. Meskipun jinak, endometriosis bersifat progresif, cenderung kambuh dan dapat mengivansi secara lokal, dapat memiliki banyak fokus yang tersebar luas (jarang), dan dapat terjadi dalam nodus limfe pelvis (30%). (Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, 2009, Hal  666)

Endometriosis adalah satu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di dalam miometrium ataupun di luar uterus.  (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 314)

Endometriosis adalah radang yang terkait dengan hormon estrogen berupa pertumbuhan jaringan endometrium yang disertai perambatan pembuluh darah, hingga menonjol keluar rahim dan menyebabkan pelvic pain. (http://id.wikipedia.org/wiki/Endometriosis)
B.   Gejala Endometriosis

1.    Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid. Dismonorea pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid yang semakin lama semakin menghebat. Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui, tetapi mungkin adanya hubungan dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Nyeri  tidak selalu didapatkan pada endometriosis walaupun kelainan sudah luas, sabaliknya kelainan ringan dapat menimbulkan gejala nyeri yang keras. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 318)
2.    Dispareunia
Dispareunia adalah nyeri ketika melakukan hubungan seksual. (http://id.wikipedia.org/wiki/Endometriosis)
Dispareunia yang merupakan gejala yang sering dijumpai, disebabkan oleh karean adanya endometriosis di kavum Douglasi. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 318)
3.    Nyeri waktu defekasi, khusunya pada waktu
Defekais yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid, disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid. Kadang-kadang bisa terjadi stenosis dari lumen usus besar tersebut. Endometriosis kandung kencing jarang terdapat, gejala-gejalanya ialah gangguan miksi dan hematuria pada waktu haid. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 318)
4.    Polimenorea dan hioermenorea
Polimenorea adalah panjang siklus haid yang memendek dari panjang siklus haid yang klasik, yaitu kurang dari 21 hari per siklusnya, sementara volume pendarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak dari volume pendarahan haid biasa.(H. Hendrik, 2006, Hal 122)
Hipermenorea adalah perdarahan haid yang banyak dan lebih lama dari normal, yaitu 6-7 hari dan ganti pembalut 5-6 kali perhari. (http://yunitadianhusada.blogspot.com/p/hipermenorea.html)
Gangguan haid dan siklusnya dapat terjadi pada endometriosis apabila kelainan pada ovarium demikian luasnya sehingga fungsi ovulasi terganggu. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 318)
5.    Infertilitas
Infertilitas adalah keadaan di mana seseorang tidak dapat hamil secara alami atau tidak dapat menjalani kehamilannya secara utuh. (http://asuh.wikia.com/wiki/Infertilitas)
Tiga puluh sampai empat puluh persen wanita dengan endometriosis menderita infertilitas. Menurut Rubin kemungkinan untuk hamil pada wanita dengan endometriosis ialah kurang lebih separuh wanita biasa. Faktor penting yang menyebabkan infertilitas pada endometriosis ialah apabila mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 318)

C.   Tempat-tempat ditemukannya endometriosis

Pada endometriosis jaringan endometrium ditemukan di luar kavum uteri dan di luar miometrium. Menurut urutan yang tersering endometriosis di temukan ditempat-tempat sebagai berikut :
1.    Ovarium
2.    Peritoneum dan ligamentum sakrouterinum,  kavum Douglasi; dinding belakang uterus, tuba Fallopii, plika vesikounterina, logamentum rotondum dan sigmoid
3.    Septum rektovaginal
4.    Kanalis ingunalis
5.    Apendiks
6.    Umbilicus
7.    Serviks uteri, vagina, kandung kencing, vulva, perineum
8.    Parut laparotomi
9.    Kelenjar limfe
10. Walaupun sangat jarang, endometriosis dapat ditemukan dilengan, paha, pleura, dan perikardium. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 316) 

(gambar tempat-tempat ditemukannya endometriosis)
D.   Penaganan Endometriosis
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, observasi, terapi hormonal, pembedahan dan radiasi.
1.    Pencegahan
Bila disminorea yang berat terjadi pada seorang pasien muda, kemungkinana bermacam-macam tingkat sumbatan pada aliran haid harus dipertimbangkan.kemungkinan munculnya suatu tanduk rahim yang tumpul pada rahimbikornuata atau sebuah sumbatan septum rahim atau vaginal harus diingat.dilatasi serviks untuk memungkinkan pengeluaran darah haid yang lebih mudah pada pasien dengan tingkat disminorea  yang hebat.( Moore, Hacker.2001)
Kemudian, adapula pendapat dari Meigs. Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala- gejala endometriosis memang berkurang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis. Maka dari itu perkawinan hendaknya jangan ditunda terlalu lama dan diusahakan secepatnya memiliki anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian tidak hanya merupaka profilaksis yang baik untuk endometriosis, melainkan juga mrnghindari terjadinya infertilitas sesudah endometrium timbul. Selain  itu juga jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau kerokan saat haid, karena dapat mengalirkan darah haid dari uterus ke tuba fallopi dan rongga panggul.(Wiknjosastro, hanifa.2007.)     
2.    Observasi
pengobatan ini akan berguna bagi wanita dengan gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang agak berumur, pengawasan ini bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. Dalam masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)
3.    Pengobatan Hormonal
Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan lingkungan hormone rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun  jaringan endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis yang baru karena transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa nyeri karena rangsangan peritoneum.
Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi progesterone yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan endomeetriosis.(Wiknjosastro, hanifa.2007.)    
4.    Pembedahan
Adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak tumbuhnya endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat menentukan apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini , pada wanita yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya pada endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya pada wanita usia lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak dianjurkan. (Wiknjosastro, hanifa.2007)
5.    Radiasi
pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
1.    Endometriosis adalah radang yang terkait dengan hormon estrogen berupa pertumbuhan jaringan endometrium yang disertai perambatan pembuluh darah, hingga menonjol keluar rahim dan menyebabkan pelvic pain. (http://id.wikipedia.org/wiki/Endometriosis)
2.    Gejala Endometriosis          :
a.    Dismenorea
b.    Dispareunia
c.    Nyeri waktu defekasi, khusunya pada waktu
d.    Polimenorea dan hioermenorea
e.    Infertilitas
3.    Tempat-tempat ditemukannya endometriosis     :
a.    Ovarium
b.    Peritoneum dan ligamentum sakrouterinum,  kavum Douglasi; dinding belakang uterus, tuba Fallopii, plika vesikounterina, logamentum rotondum dan sigmoid
c.    Septum rektovaginal
d.    Kanalis ingunalis
e.    Apendiks
f.     Umbilicus
g.    Serviks uteri, vagina, kandung kencing, vulva, perineum
h.    Parut laparotomi
i.      Kelenjar limfe
j.      Walaupun sangat jarang, endometriosis dapat ditemukan dilengan, paha, pleura, dan perikardium. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 316) 
4.    Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, observasi, terapi hormonal, pembedahan dan radiasi.

B.   Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makala ini.
Kami sekelompok berharap para pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang membangu kepada kelompok kami demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan penulis khusunya dan pembaca umumnya mengenai gangguan system reproduksi khususnya materi tentang endometriosis.
DAFTAR PUSTAKA
Prawiroharjo.Sarwono.Ilmu Kandungan.2005.Jakarta:yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo 315-326
Benzo M.D. Ralp C. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Diterjemahkan oleh :
Dr. Susiani wijaya. Jakarta. Penerbit buku kedokteran ECG.666-670
H. Hendrik, Problem Haid : tinjauan syariat islam dan medis, 2006, Hal 122



11/11/2013

Makala Asuhan Bayi Baru Lahir


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Pada masa sekarang ini Indonesia masih menghadapi berbagai kendala dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) khususnya dalam bidang kesehatan. Kendala tersebut tampak antara lain dari masih tingginya kelahiran dan kematian neonatal. Setiap tahun diperkirakan ada sejumlah 4.608.000 bayi dilahirkan dan 100.454 diantanya ternyata meninggal dunia pada masa neonatal atau sebelum usia 1 bulan. Dengan kata lain setiap 5 menit satu bayi meninggal di Indonesia oleh bebagai sebab. ( Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir,2003:41)
Periode neonatal merupakan suatu periode yang krisis nantinya akan memperngaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi bahkan sampai dewasa. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kematian. (Mochtar Rustam, 1998:119)
Perugas kesehatan khususnya bagi penolong persalinan harus lebih memperhatikan bahwa bati baru lahir adalah suatu individu yang utuh. Menolong kelahiran bayi terampil memberikan Asuhan yang seksama akan membantu bayi melalui proses adaptasi dengan baik sehingga akan menjadi bayi yang sehat sebagi curahan harapan orang tua, bangsa dan Negara.
B.   Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai :
1.    Apa itu bayi baru lahir ?
2.    Apa ciri-ciri bayi baru lahir ?
3.    Bagaimana tahapan bayi baru lahir ?
4.    Apa tujuan perawatan bayi baru lahir ?
5.    Bagiamna adaptasi / perubahan fisiologi pada bayi baru lahir ?
6.    Bagaimana tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir ?
7.    Apa itu bounding attachment ?
8.    Apa itu penilain APGAR ?
9.    Apa itu inisiasi menyusu dini ?
C.   Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makala i ini adalah :
1.    Untuk mengetahui pengertian bayi baru lahir
2.    Untuk menegtahui cirri-ciri bayi baru lahir
3.    Untuk mngetahui tahapan bayi baru lahir
4.    Untuk mengetahui tujuan perawatan bayi baru lahir
5.    Untuk mengetahiu cara adaptasi / perubahan fisiologi pada bayi baru lahir
6.    Untuk mengetahui tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir
7.    Untuk mengetahui tindakan bounding attachment
8.    Untuk mengetahui penilaian APGAR
9.    Untuk menegetahui tindakan inisiasi menyusu dini
D.   Metode penulisan
Dalam penyusunan makala ini I penulis menggunkan metode studi kepustakaan dengan membaca dan mempelajati literature-literatur yang berhubungan dengan bayi baru lahir.

BAB II
PEMBAHASAN
1.    Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan ekstrauteri.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Depkes RI, 2005). Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu (Dona L. Wong, 2003).
2.    Ciri-ciri bayi baru lahir
1)    Berat badan 2500 – 4000 gram
2)    Panjang lahir 48 – 52 cm
3)    Lingkar dada 30 – 38 cm
4)    Lingkar kepala 33 – 35 cm
5)    Lingkar lengan 11-12
6)    Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
7)    Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
8)    Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
9)    Kuku agak panjang dan lemas
10) Nilai APGAR >7
11) Gerakan aktif
12) Bayi lahir langsung menangis kuat
13) Genetalia :
14) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang.
15) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uterus yang berlubang ,serta labia mayora menutupi labia minora.
16) Refleks rooting ( mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut)sudah terbentuk dengan baik.
17) Refleks sucking sudah terbentuk dengan baik.
18) Refleks grasping sudah baik
19) Refleks morro
20) Eliminasi baik, urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama
3.    Tahapan Bayi Baru Lahir
1)    Tahap I terjadi segera setelah lahir ,selama menit –menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan system scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
2)    Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas .Pada tahan II dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adannya perubahan perilaku.
3)    Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.
4.    Tujuan Perawatan Pada Bayi Baru Lahir
Periode pascapartum awal
1)    Mencapai dan mempertahankan jalan nafas dan mendukung pernafasan.
2)    Mempertahankan kehangatan dan mecegah hipotermi
3)    Memastikan keamanan dan mencegah cedera atau infeksi
4)    Megidentifikasi masalah-masalah actual atau potensial yang memerlukan perhatian segera.
Perawatan Lanjutan
1)    Melanjutkan perlindungan dan cedera atau infeksi dan mngidentifikasi masalah-masalah actual dan potensial yang memerlukan perhatian.
2)    Memfasilitasi terbinanya hubungan dekat orang tua-bayi
3)    Memberikan informasi kepada orang tua tentang perawatan bayi baru lahir
4)    Membantu orang tua dalam mengembangkan sikap sehat tentng praktik membesarkan anak
5.    Adaptasi / Perubahan Fisiologi Pada BBL
Faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir :
1)    Pengalaman antepartum ibu dan bayi baru lahir ( misalnya, terpajan zat toksik dan sikap orang tua)
2)    Pengalaman intrapartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya, lama persalinan, tipe analgetic, atau anastesia intrapartum)
3)    Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi ke kehidupan ekstrauterin
4)    Kemampuan petugas kesehatan untuk mengkaji dan merespon masalah dengan tepat pada saat terjadi.
Menurut pusdiknas (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah :
1)    Perubahan system pernafasan / respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru.
a.    Perkembangan paru-paru
Paru –paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk stuktrur percabngan bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan nafas panjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan megurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karean keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan system kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
b.    Awal adanya nafas
Factor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
*      Hipoksia pada akhir peralinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak
*      Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis. Intraksi antara system pernafasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbukan pernafsan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
*      Penimbunan karbondioksida (CO2), setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernafasan janin.
*      Perubahan suhu, keadaan dingin akan merangsang pernafasaan.
c.    Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
*      Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
*      Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kalinya.
2)    Perubahan pada system peredaran darah
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a.    Penutupan feramen ovale pada atrium jantung
b.    Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh system pembuluh. Oksigen menyebabkan system pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi/ meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah
a.    Pada saat tali pusat dipotong resitensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
b.    Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan volume darah dan tekanan atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, toramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen ovali secara fungsional akan menutup.
Vana umbilicus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
3)    Pengaturan suhu
Bayi baru lahir belm dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menybabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energy yang akan mengunah lemak menjadi panas. Lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adany stress dingin. Semakin lam usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai megalami hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL.
4)    Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada saat bayi baru lahir, glukosa darah akan tutun dalam waktu cepat (1 – 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a.    Melalui penggunaan ASI
b.    Melalui penggunaan adangan glikogen
c.    Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
5)    Perubahan system gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai mengisap dan menelan. Reflek gumoh dan reflek betuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna maknan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonates, kapasitas lambung masih terbatas kurang darih 30 cc untuk bayi baru lahir cukup buan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya member ASI on demand.
6)    System kekebalan tubuh/imun
System imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonates rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. System imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami :
a.  Perlindungan oleh kulit membrane mukosa
b.  Fungsi saringan saluran nafas
c.  Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
d.  Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membuhun mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL sel-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapatkan akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukna system kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba ( seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
6.    Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum mnangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi berikut :
·         Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
·         Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayu yang belum dimandikan
·         Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, pengisap lender DeLee dan benang tali pusat telah didisimfeksi tingkat tinggi atu steril. Gunakan bola karet yang baru dan bersih juka akan melakukan pengisapan lender dengan alat tersebut (jangan bola karet yang sama untuk lebih dari satu bayi)
·         Pastikan semua pakaian, handuk, selimut, dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita pengukur,thermometer, stetoskop, dan benda-benda lain yang akan bersentuhan dengan bayi, juga bersih. Dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah digunakan.
1)    Perlindungan Termal (Termoregulasi)
Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna, untuk itu perlu dilakukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia sangat berisiko tinggi mengalami kesakitan berat bahkan kematian. Hipotermia mudan terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun didalam ruangan yang relative hangat. Cegah kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain :
*      Keringkan bayi denga seksama
*      Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih daan hangat
*      Selimuti bagian kepala bayi
*      Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
*      Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
2)    Pemeliharaan pernafasan
Semua petugas yang bekerja di kamar bersalin hendaknya terlatih mengenai teknik penilaian dan resusitasi. Kalau factor resiko meningkatkan kemungkinan kalahiran bayi yang depresi. Dokter anak yang terlatih mengenai resusitasi neonatal harus dipanggil. Setelah kelahiran neonatus yang normal, perhatian harus ditunjukkan pada langkah-langkah penting berikut untuk memastikan adaptasi neonatal yang optimal. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian :
a.    Membersihkan saluran nafas
Proses penurunan melalui jalan lahir menyebabkan kompresi dinding dada, mengakibatkan pembuangan cairan dari mulut dan hidung. Bila kepala keluar dari vagina, dokter harus menggunakan handuk atau kain kassa untuk membuang sekresi dari muka. Selain itu suatu penyedot lender dapat digunakan untuk menyedot secret dari faring lewat mulut. Penyedot lendir tidak boleh digunakan untuk penyedotan hidung karena perangasangan hidung dapat menginisiasikan hembusan nafas dan dapat menyebabkan terjadinya aspirasi mekonium.
b.    Memastikan permulaan pernafasan
Pernafasan biasanya dimulai beberapa detik dari kelahiran tetapi mengkin tertunda selama sampai 60 detik. Bia tidak ada data klinik untuk menunjukkan suatu kelainan biokimia (hipoksiaasidosis) yang terbaik biasanya mengambil kebijaksanaan untuk menunggu dan member kesempatan kepada bayi untuk bernafas secara spontan.
3)    Pemotongan tali pusat
Pemotongan dan pengikatan tali pusat menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu dan bayi dan ini sangat tergantung dari pengalaman seorang ahli kebidanan. Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat trehenti dapat dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat perlu dilakukan pemotongan tali pusat secepat mungkin agar dapat dilakukan resusitasi sebaik-baiknya. Tali pusat dijepit dengan kocher kira-kira 3 cm dan sekali lagi kira-kira 5 cm dari pusat, pemotongan dilakukan diantara kedua tali penjepit tersebut. Kemudian bayi diletakkan di atas kain bersih atau steril dan hangat dan ditempat tidurnya.
7.    Bounding Attachment
Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment adalah membangun ikatan jadi bounding attachment adalah sebuat peningkatan  hubungan kasih sayang dengan keterikatan hubungan batin antara orangtua dan bayinya.
Tahap-tahap bounding attachment
a.    Perkenalan dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenai bayinya
b.    Bouding (keterikatan)
c.    Attachment, perasaan kasih saying yang mengikat individu dengan individu lain.
8.    Penilain APGAR
Keadaan umum bayi dimulai 1 menit setelah lahir dengan penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Setiap penilaian diberi angka 0,1 dan 2 dari hasil penilaian tersebut apakah bayi normal (vigorous baby = nilai apgar 7-10), asfiksia sedang-ringan (nilai apgar 4-6) atau asfiksia berat (nilai apgar 0-3). Bila nilai apgar dalam 2 menit belum mencpai nilai 7, maka harus dilakukan tindakan resasitasi lebih lanjut. Oleh karena bila bayi menderita asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadi gejala-gejala neurologik lanjutan kemudian hari lebih besar. Berhubungan dengan itu, menurut apgar dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada umur 5 menit.
Nilai APGAR
0
1
2
Apperance
(Warna Kulit)
Pucat
Badan merah, ekstremitas biru
Seluruh tubuh kemerah-merahan
Pulse Rate
(Frek. Nadi)
Tidak ada
Kurang dari 100
Lebih dari 100
Grimance
(Reaksi Rangsangan)
Tidak ada
Sedikit gerakan mimik (grimance)
Batuk/bersih
Activity
(Tonus Otot)
Tidak ada
Ekstrimitas dalam sedikit flexi
Garakan aktif
Respiration
(Pernafasan)
Tidak ada
Lemah/tidak teratur
Baik/menangis

9.    Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisasi menyusu dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah lahiran. Hal ini merupakan kodrat dan anugrah dari Tuhan yang sudah disusun untuk kita. Melakukannya juga tidak sulit, hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam.
Inisiasi menyusu dini atau disingkat IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan putting susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tengannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.
Manfaat inisiasi menyusu dini :
a.    Untuk bayi
*      Kehangatan
Christensson et al, (1992) melaporkan bahwa dibandingkan bayi-bayi yang diletakkan dalam boks ternyata bayi-bayi yang kontak kulit dengan kulit ibunya mempunyai suhu tubuh yang lebih hangat dan stabil.
*      Kenyamanan
Ternyata bayi-bayi yang dilakukan inisiasi dini lebih jarang menangis di bandingkan dengan bayi-bayi yang dipisahkan dari ibunya.
*      Kualitas perlekatan
Di banding bayi yang dipisahkan dari ibunya, bayi-bayi yng di lakukan inisiasi dini mempunyai kemampuan perlekatan mulut yang lebih baik dari pada waktu menyusu.
b.    Untuk bayi
Pelepasan plasenta yang lebih cepat akan mengurangi resiko terjadinya pendarahan
BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
1.    Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan ekstrauteri.
2.    Tahapan Bayi Baru Lahir
a.    Tahap I terjadi segera setelah lahir ,selama menit –menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan system scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
b.    Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas .Pada tahan II dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adannya perubahan perilaku.
c.    Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.
3.    Tujuan Perawatan Pada Bayi Baru Lahir
Periode pascapartum awal
a.    Mencapai dan mempertahankan jalan nafas dan mendukung pernafasan.
b.    Mempertahankan kehangatan dan mecegah hipotermi
c.    Memastikan keamanan dan mencegah cedera atau infeksi
d.    Megidentifikasi masalah-masalah actual atau potensial yang memerlukan perhatian segera.
Perawatan Lanjutan
a.    Melanjutkan perlindungan dan cedera atau infeksi dan mngidentifikasi masalah-masalah actual dan potensial yang memerlukan perhatian.
b.    Memfasilitasi terbinanya hubungan dekat orang tua-bayi
c.    Memberikan informasi kepada orang tua tentang perawatan bayi baru lahir
d.    Membantu orang tua dalam mengembangkan sikap sehat tentng praktik membesarkan anak
4.    Adaptasi / Perubahan Fisiologi Pada BBL
a.    Perubahan system pernafasan / respirasi
b.    Perubahan pada system peredaran darah
c.    Pengaturan suhu
d.    Metabolisme Glukosa
e.  Perubahan system gastrointestinal
f.   System kekebalan tubuh/imun
5.    Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir
6.    Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah lahiran
B.   Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangn dan kesalahan,kami mohonmaaf.  Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik dikemudian hari.