7/09/2015

Hormon yang Mempengaruhi Kehamilan, persalinan dan Laktasi

1.    Hormon yang mempengaruhi kehamilan
a.        Estrogen
Estrogen merupakan factor yang mmpengaruhi proses pertumbuhan uterus, payudara, proses retensi air dan natrium, serta proses pelepasan hormone hiposisis.3
b.        Progesteron
Progesteron diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar drenal, dan pada kehamilan juga diprosuksi di plasenta.
Progesteron mempengaruhi tubuh ibu melalui relaksasi otot polos danjaringan ikat, kenaikan suhu, pengembangan duktus laktiferus da alveoli, serta peubaan sekretorik dalam payudara.3
c.        HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
HCG mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringa tropoblas (palsenta).1
HCG berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dn produksi hormone-hormon steroid terutama masa-masa kehamilan awal. Deteksi HCG pada darah atau urin ibu dapat dijadikan tanda kemungkinan adanya kehamilan.1
2.    Hormon yang mempengaruhi persalinan
a.        Penurunan kadar progesterone
Progesterone menimbulkan relaksasi oto-otot rahim, sebaliknya estrogen meningkatkan kontaksi otot rahim. Selamaa kehamilan keseimbangan kadar progestero dan estrogen di dalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar progeseron menurun sehingga timbul his.2
b.        Oksitosin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot rahim.2
c.        Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm terutama saat persalinann yang menyebabkan kontraksi miometrium.2
3.    Hormon yang mempengaruhi laktasi
a.        Prolaktin yang memgatur sel-sel dalam alveoli agar memproduksi air susu.4
b.        Oksitocin yang membuat sel-sel otot di sekitar alveoli berkontraksi sehingga air susu didorong menuju puting payudara.4

Daftar Pustaka
1.    Maryunani, Anik. 2010. Biologi Reproduksi Dala Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta.
2.    Rukiyah Ai Yeye,dkk,  2009. Asuhan Kebidanan II Persalinan, TIM, Jakarta.
3.    Rukiyah Ai Yeye,dkk,  2009. Asuhan Kebidanan I Kehamilan, TIM, Jakarta.

4.    Prasetyono, Dwi Sunar, 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif Pengenalan,Praktik, dan Kemanfaatan-kemanfaatannya. DIVA Press. Jogyakarta.

Kontasepsi


Seorang perempuan menjadi subur dan dapat melhirkan segera setelah ia mendapatkan haid pertama (manarke, dan kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung sampai mati haid menopause).1
Jenis-jenis kontrasepsi non-hormonal
1.        Sanggama terputus1
Adalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi.1
2.        Pembilasan pascasangama1
Pembilasan vagina dengan air biasa atau tampa tambahan larutan obat (cuka atau obat lain) segera setelah koitus merupakan suatu cara yang telah lama sekali dilakukan untuk tujuan kontasepsi.1
3.        Pepanjangan masa menyusui1
4.        Pantang berkala1
5.        Kondom1
Jenis-jenis kontrasepsi non-hormonal
1.        Pil kontrasepsi1
a.    Pil Kombinasi
Yang sekarang di gunakan tidak berisi estrogen dan prpgesteron alamiah, mlainkan sintetik.1
Mekanisme kerja : komponen estrogen dalam pil menekan sekresi FSH menghalangi matutrasi folikel dalam ovariu. Karena pengaruh estrogen dari ovarium terhadap hipofisi tidak ada, maka tidak terjadi pengeluaran LH. Pada pertengahan siklus haid kadar FSH rendah dan tidak terjadi peningkatan LH, sehingga menyebabkan ovulasi terganggu.1
b.    Pil sekuensial
Pil yang hanya mengandung estrogen saja untuk 14-16 hari, disusul dengan pil yang mengandung estrogen dan progesterone untuk 5-7 hari.1
2.        Kontasepsi Suntikan1
a.    Suntikan setiap 3 bulan
Mekanisme kerja : obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan gonadotropin releasing hormone dari hipotalamus. Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri. Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi.1
b.    Suntikan setiap bulan
Mekanisme kerjanya : mecegah keluarnya ovum dari ovarium (ovulasi)1
3.        AKDR1
Mekanisme kerja : IUD belum diketahui dengan pasti. Kini pendapat yang terbanya ialah bahwa IUD dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapt menghancurkan blastokista atau sperma.
4.        Kontrasepsi Implant2
Metode kontrasepsi yang diinsersika pada bagian subderal, yang hanya mengandung progesting dengan masa kerja panjang, dosis rendah, dan reversible untuk wanita.2
5.        KONTAP1
Sterilisasi ialah tindaka yang dilakukan pada kedua tuba fallopii perempuan dan -kedua vas deferens laki-laki.1

Referensi
1.    Prawirohardjo, Sarwono, 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Pt.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

2.    Eva Ellya Sibagaria, SKM, Rangga Pusmaika, S.ST, Rismalinda, S.ST. 2010. Kesehataan Reproduksi Wanita. Trans Info Media, Jakarta. 

Fertilisasi dan Implantasi

Fertilsasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani/sperma dengan sel telur di tuba falopii.1
Fertilisasi yang disebut juga pebuahan ata konsepsi adalah proses pertemuan antara ovum dan sperma yang tejadi di ampulla (1/3 bagian luar tuba fallopii) setelah proses ovulasi. Jika ovulasi tidak terjadi atau belum terjadi sebelum koitu, kehamilan (fertilisasi) tidak akan terjadi.2
Proses fertilsasi di mulai saat spermatozoa bergerak cepat dar vagina ke dalam rahim, masuk ke dalam tuba. Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontraksi myometrium dan dinding tuba yang terjadi saat senggam.1
Waktu ovulas sel telur diliputi oleh corona radiate yang akan ditembuus oleh spermatozoa karea adanya enzim hylunonidase yang dapat mencairkan corona rdiata tersebut sehingga dapat menembus dinding sel telur.2
Setelah peresenyawaan antara sel telur
dengan sel man, yang bisanya terjadi di amplla tuba, maka sel telur tersebut disebut zigot. Jadi, zigot adalah ovum  yang telah dibuahi oleh spermatozoa.2
Setelah sel telur ditebus oleh spermatozoa terjadilah perubahan-perubahan pada permukaan sel telur sehingga pada permukaan sel telur tidak dapat dimasuki oleh spermatozoa lain.2

Implantasi


Nidasi atau implantasi adalah perlekatan blastocyst tepatnya bagian tropoblasts pada endometrium, yang terjadi pada hari ke 7-8 setela fertilisasi.2

Referensi
1.    Rukiyah Ai Yeye,dkk,  2009. Asuhan Kebidanan I Kehamilan, TIM, Jakarta.
2.    Maryunani, Anik. 2010. Biologi Reproduksi Dala Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta.
3.    Prawirohardjo, Sarwono, 2010. Ilmu Kebidanan. Pt.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 

Hormon Reproduksi

Siklus reproduks wanita melibatkan berbagai macam organ yaitu uterus, ovarium, vagina dan mammae yang berlangsung dalam suatu waktu tertentu atau adanya sinkronisasi.1
Hal tersebut dapat dimungkinkan oleh karena adanya pengaturan/koordinasi yang disubut hormon. Dimana hormone dalam bahasa yunani yang berarti merangsang merupaka zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yamg langsung dialirkan ke dalam peredaran darah dan mempengaruhi organ tertentu yang disebut organ target.1
Berikur ini hormon yang berperan dala siklus reproduksi, yaitu :
1.      GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone)
Hormone reproduksi yang diproduksi oleh hipotalamus adalah GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone).2
Berfungsi menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hemon-hormon gonadotropin, yaitu FSH dan LH.1
2.        FSH (Follicle Stimulating Hormone)
Hormon ini diproduksi di sel-sel basal hipofisi anterior sebagi respon terhadap GnRH.1
Hormon ini berfungsi mengatur pertumbuhan ovum menjadi folike l matang dan mengatur sekresi telur pada ovarium dan telur.2
3.        LH (Luteinizing Hormone) Estrogen
LH berfungsi membantu control ovulasi dan manstruasi, dan membantu pematangan akhir folikel.2
4.        Estrogen
Estrogen merupakan factor yang mmpengaruhi proses pertumbuhan uterus, payudara, proses retensi air dan natrium, serta proses pelepasan hormone hiposisis.3
5.        Progesteron
Progesteron diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar drenal, dan pada kehamilan juga diprosuksi di plasenta.1
Progesteron mempengaruhi tubuh ibu melalui relaksasi otot polos dan jaringan ikat, kenaikan suhu, pengembangan duktus laktiferus da alveoli, serta peubaan sekretorik dalam payudara.3
6.        HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
HCG mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringa tropoblas (palsenta).1
HCG berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dn produksi hormone-hormon steroid terutama masa-masa kehamilan awal. Deteksi HCG pada darah atau urin ibu dapat dijadikan tanda kemungkinan adanya kehamilan.1
7.        LTH (Luteotropic Hormone)
Disebut juga hormone prolactin. Memiliki aktivitas memicu/ meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara.1

Referensi
1.    Maryunani, Anik. 2010. Biologi Reproduksi Dala Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta.
2.    Fairus, Martini.2011. Fisiologi Kebidanan (Untuk Mahasiswa Kebidanan). Pustaka Rihama. Yogyakarta.
3. Rukiyah Ai Yeye,dkk,  2009. Asuhan Kebidanan I Kehamilan, TIM, Jakarta.

SIKLUS MENSTRUASI



Menstruasi adalah prose keluarnya darah dari dalam rahim (uterus) yang terjai karena luruhnya lapisan dalam (endometrium) dan sel telur yang tidak dibuahi.
 Haid/Menstruasi dikatakan normal apabla siklus haid tidak kurang dari 24 hari, tetapi tidk lebih dari 35 hari, lama haid 3-7 hari dengan jumlah darah selama haid tdak melebihi 80 ml, ganti pembalut 2-6 kali perhari.1
Endometriuum merupakan organ target dari sistem reproduksi. Haid merupakan kerja sama yang sangat rapid an baku dari sumbu Hipotalamus-Hipofisi-Ovarium (sumbu H-H-O).1
Pada awal siklus sekresi gonadotropin (FSH, LH) meningkat perlahan, dengan sekresi follicle stimulating hormone (FSH) lebih dominan di banding luteinizing hormone (LH). Sekresi gonadotropin yang meningkat memicu beberapa perubahan di ovarium.1
FSH merangsang perkembangan folikel diovarium. Folikel yag berkembang akan mensekresi estrogen, estrogen akan menghambar sekresi FSH sehingga perkembangan folikel berhentndan hanya folikel yang sudah  menghasilkan estrogen yang dapat berkembang.1
Estrogen menyebabkan endometrium dalam fase proliferasi.m Estrogen makin tinggi dan menimbulkan umpan balik yang positif terhadap LH sehingga kadar LH meningkat tajam dan terjadilah ovulasi.2
Sisa folikel berubah menjadi corpus luteum yang menghasilkan estrogen dan progesterone, muailah endometrium fase sekresi.2
Pada fase sekresi endometrium tebalnya menetap, tapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku dan mengeluarkan getah, dalam endometrium sudah tertimun glycogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur.3
Korpus luteum kemudian berubah menjadi korpus albikans yang tidak menghasilkan hormone lagi sehingga endomtriu rontok dan terjadilah menstruasi.2


Referensi
1.    Prawirohardjo, Sarwono, 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Pt.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
2.    Setiadi,2007. Anatomi dan Fisologi Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta
3. Eva Ellya Sibagaria, SKM, Rangga Pusmaika, S.ST, Rismalinda, S.ST. 2010. Kesehataan Reproduksi Wanita. Trans Info Media, Jakarta.